Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Empat Filosofi Kupat (Ketupat): Makna Mendalam di Balik Tradisi Halal Bihalal

15 Mei 2024   17:08 Diperbarui: 15 Mei 2024   18:41 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam semangat silaturahmi, tradisi Halalbihalal telah menjadi momen istimewa bagi masyarakat Indonesia. Namun, di balik kebersamaan itu, tersimpan makna mendalam dari sebuah tradisi yaitu merayakan keikhlasan dan memperbaiki hubungan antar sesama.

Dalam sejarah panjangnya, tradisi Halalbihalal telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Selasa, 14/05/2024, tausiyah yang luar biasa dari Bapak Kyai Imam Mahmud S.Ag dari Sutojayan, memberikan pandangan tentang makna sebenarnya dari tradisi ini.

Menurut Kyai Imam Mahmud, Halal Bihalal bukan sekadar sebuah ritual berkumpul dan bersilaturahmi setelah Hari Raya Idul Fitri. Lebih dari itu, tradisi ini adalah wujud dari kesediaan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada sesama, seperti yang tersemat dalam filosofi "kupat". Di mana tradisi di lingkungan kita bahwa di hari ke tujuh bulan Syawal, kita mengadakan Hari Raya Ketupat atau Kupat

Kupat, yang merupakan kepanjangan dari "ngaku lepat" (mengakui kesalahan) dalam bahasa Jawa, memiliki makna yang dalam. Selain mengakui kesalahan, Kyai Imam Mahmud menjelaskan bahwa kupat juga mengandung makna "laku papat", yang mengajak kita untuk melakukan empat hal penting.

Lalu apa saja empat hal penting tersebut? Mari kita simak satu persatu:

1. Lebar (Lebaran)

Setelah sebulan berpuasa dan beribadah dengan penuh kesabaran dan ketekunan selama bulan Ramadan, momen "lebar" atau Lebaran menjadi puncak dari perjalanan spiritual yang telah dilalui. Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu di mana umat Islam merayakan keberhasilan dalam menunaikan kewajiban ibadah mereka.

Lebaran tidak hanya merupakan perayaan kesuksesan pribadi, tetapi juga merayakan kemenangan spiritual yang telah diraih. Selama bulan Ramadan, umat Islam berusaha keras untuk menahan hawa nafsu, meningkatkan ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah. Momen Lebaran menjadi momen untuk bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk menjalani bulan Ramadan dengan baik.

2. Lebur (Melebur Dosa dan Kesalahan)

Konsep "lebur" membawa makna penting dalam perjalanan spiritual, terutama setelah berpuasa di bulan Ramadan. Ini merupakan panggilan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama melalui silaturahmi dan saling memaafkan. Saat Lebaran tiba, umat Islam dianjurkan untuk menghapuskan dosa dan kesalahan yang mungkin terjadi selama setahun terakhir dengan membuka pintu maaf  kepada sesama.

Melalui tindakan memaafkan dan meminta maaf, kita tidak hanya membersihkan hati dari beban dosa dan kesalahan, tetapi juga memperbaiki ikatan sosial yang mungkin terganggu akibat perbedaan dan kesalahpahaman. Dengan demikian, momen "lebur" menjadi saat yang berharga untuk memulai kembali dengan hati yang bersih dan ringan, serta memperkuat hubungan yang baik dengan Allah dan sesama.

3. Luber (Kemurahan Hati dan Kedermawanan)

"Luber" mencerminkan kemurahan hati dan kedermawanan yang melimpah saat Hari Raya. Ini adalah waktu di mana orang-orang menjadi lebih dermawan dan suka memberi kepada sesama. Luber mengajarkan kita pentingnya berbagi keberkahan dengan orang lain, sehingga momen ini tidak hanya menjadi ajang merayakan kesuksesan pribadi, tetapi juga kesempatan untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Dengan memberikan suguhan kue-kue Lebaran dan memberikan sangu pada anak-anak kecil, kita tidak hanya merayakan kesuksesan pribadi. Akan tetapi juga menunjukkan kedermawanan dan kemurahan hati kepada sesama. Momen Lebaran menjadi lebih berarti karena tidak hanya tentang kegembiraan dalam diri sendiri, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan dengan orang lain yang mungkin membutuhkan dukungan dan perhatian.

4. Labur (Memperbaiki Diri dan Akhlak)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun