Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pasca Operasi 1

8 Agustus 2023   12:29 Diperbarui: 9 Agustus 2023   16:43 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terbaring lemah pasca operasi kaki | Foto: Alfina Rahma Dewi 

Betapa berharganya nikmat kesehatan yang Allah telah berikan. Dan ini baru kita sadari ketika kita sedang tergolek sakit dan membutuhkan waktu lama untuk pemulihan, seperti yang saya alami saat ini.

Artikel sebelumnya....

Keluar dari ruang operasi tepat pukul 10.00, didampingi kedua anak saya, bersama perawat dibawa ke ruang radiologi guna foto rontgen. Menunggu sebentar. Tak lama kemudian foto diperlihatkan pada saya. Disitu terlihat dengan jelas, di kaki saya sudah terpasang pen. Rapi.

Setelah dari ruang radiologi saya kembali ke kamar pasien. Menit berganti, jarum jampun bergeser. Menunjuk pada angka 11, masih aman. Karena efek bius masih belum hilang. Sampailah menuju pada angka 12.00. Apa yang terjadi?


Dua jam pasca operasi, saat itulah saya merasakan kesakitan karena efek bius telah habis. Erangan demi erangan kesakitan keluar dari mulut saya. Diselingi bacaan istighfar, air matapun mengalir dengan sendirinya. 


Kedua anak saya terus menempel di dekat saya sambil memberikan dukungan moril. Anak gadis dalam satu dua kesempatan, ikut menangis merasakan betapa ibunya menahan sakit.

Padahal pada cairan infus sudah disuntikkan obat anti nyeri. Efek operasi ternyata begini ya. Nyerinya luar biasa. Rasa seperti ini kadang berkurang kadang muncul kembali. Begitu berulang kali saya rasakan.

Ketika kembali muncul dan seakan saya tidak bisa menahannya, anak gadis selalu sigap untuk menekan bel, untuk memanggil perawat agar memeriksa kondisi saya dan menggantikan cairan infus dengan cairan anti nyeri.

Saat-saat seperti itulah saya benar-benar dalam kondisi yang sangat tidak nyaman. Berbaring pasrah, menunggu kesembuhan sambil merintih kesakitan.

Untungnya saya berada di Rumah Sakit yang tepat. Jauh dari daerah asal. Ibarat kata, menyepi. Tetirah. Butuh ketenangan. Bukannya tidak ingin dijenguk. Saya baru merasakan, ternyata saat dalam kondisi darurat seperti yang saya alami, yang dibutuhkan adalah ketenangan. Hanya butuh Allah dan support keluarga inti. Saya benar-benar merasakan suasana yang nyaman ketika saya sedang tidak nyaman.

Bagusnya pelayanan, ramahnya dokter, perawat dan pegawai rumah sakit lainnya, fasilitas yang lengkap, suasananya benar-benar mendukung kesembuhan pasien.

Di antara pelayanan yang masih saya ingat, ketika ada petugas sebutlah bidang rohani, pada sore hari berkunjung ke kamar untuk menyapa saya dan membacakan doa kesembuhan buat saya, mengingatkan untuk tetap shalat meskipun dalam kondisi lemah dan sakit.

"Insya Allah lantaran panjenengan tetap menjalankan shalat 5 waktu, akan segera disembuhkan oleh Allah. Panjenengan bisa bersuci dengan tayamum, dst." Kata petugas bidang rohani itu.

Saya menggangguk, mengiyakan apa yang disampaikan. Betapa di saat-saat seperti itulah pasien memang membutuhkan siraman rohani. Menyiramkan kekuatan doa sebagai kekuatan dahsyat untuk sembuh.

Ada lagi pelayanan yang tak kalah pentingnya yakni petugas terapi. Menyapa dengan ramah, memegang dan menggerakkan kaki saya untuk melatihnya agar sedikit demi sedikit bisa berfungsi dengan normal kembali. Namun ketika saya mengerang kesakitan, dia juga tidak memaksakan. Hanya mengatakan, bila nanti pulang, harus rutin untuk latihan gerakan kaki mulai dari digerakkan ke kanan, ke kiri, ke atas sampai latihan berjalan.

Begitulah yang saya alami saat itu. Pasca operasi saya masih mendapatkan perawatan intensif. Masih perlu dipantau dengan ketat dari semua segi. Diambil sampel darahnya, ditensi tekanan darahnya, plus dilihat kondisi pasien secara kasat mata, apakah masih butuh perawatan ataukah sudah cukup dan diperbolehkan pulang, dst.

Jum'at sekira jam 09.00, dokter Zuhad mengunjungi saya. Beliau bilang, kondisi saya menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Hinggalah beliau mengatakan, hari ini saya boleh pulang. Betapa girangnya saya dan keluarga.

Kabar gembira ini tentu juga salah satu penambah semangat saya untuk sembuh. Sambil menuntaskan perawatan, menghabiskan infus dan menunggu rincian dari kasir, anak-anak dan suami mulai mengemasi barang, diteliti satu persatu, dimasukkan tas dan dibawa ke mobil. Agar nantinya sewaktu-waktu dipanggil untuk menyelesaikan administrasi, kita sudah siap untuk pulang.

Ternyata waktu tunggu lumayan lama.
Kapan saya diperbolehkan pulang? Habis berapa selama perawatan di Solo? Tunggu tulisan berikutnya ya.

Salam sehat dan bahagia.

Tulisan selanjutnya....

Siti Nazarotin
Blitar, 8 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun