Saat didorong menuju kamar pasien, sepanjang melewati lorong-lorong diperdengarkan ayat-ayat Suci Al Qur'an beserta terjemahnya serta doa-doa mohon kesembuhan, -- yang membuat hati pasien menjadikan tenang dan pasrah.
Dalam kamar opname, saya mendapatkan pelayanan yang sangat baik. Para perawat dan pegawai rumah sakit yang ramah, dengan bahasa yang santun selalu menyapa dan siap membantu kebutuhan pasien.
Sekira jam 8.30, perawat bilang kalau ternyata saya harus dioperasi. Apakah saya kaget, atau takut? Sama sekali tidak.
Padahal sebelum kejadian kecelakaan ini menimpa saya, ketika mendengar kata "operasi" saya merasakan takut, ngeri dan berharap semoga seumur hidup tidak akan mengalaminya.
Namun ketika mengalami sendiri, puji syukur, timbul keberanian untuk menjalani apapun demi kesembuhan sendiri.
Jelang operasi, ada 3 dokter yang memasuki ruangan. Pertama kemungkinan dokter jaga. Yang kedua dokter bius. Yang ketiga dokter bedah yang nantinya akan mengoperasi saya. Dokter jaga dan dokter bius, tidak tahu siapa namanya. Tapi untuk dokter bedah adalah dokter Zuhad.
Belakangan saya ketahui beliau putra dari dokter Tunjung, ahli bedah yang sangat terkenal di Solo yang juga putra dari Prof. Dr Soeharso (dokter ahli bedah, pahlawan nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang merupakan tempat merawat penderita cacat jasmani).
Persiapan menghadapi operasi, semua harus steril. Perhiasan dilepas, semua baju dan asesoris dilepas, tinggal memakai baju operasi, kepala dipasang penutup khusus, dan wajah bermasker. Bismillah. Tunggu tulisan berikutnya ya....
Kelanjutan kisahnya bisa dibaca di sini: Operasi? Okelah!
Semoga bermanfaat
Siti Nazarotin
Blitar, 6 Agustus 2023