Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melestarikan Budaya Jawa dengan Program Kanigoro SaJa

8 Desember 2022   20:37 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:31 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sugih Tanpa Bandha, Digdaya Tanpa Aji, Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake."

Quote berbahasa Jawa di atas dapat dijadikan pedoman berperilaku dalam hidup kita. Mengandung nilai filosofi yang sangat mendasar, yang akan membuat hidup kita menjadi lebih indah, tanpa merendahkan orang lain, kehidupan yang diisi dengan sikap-sikap kesatria, kehidupan yang jauh dari keserakahan.

Launching Program Kanigoro SaJa

Mengapa tetiba saya mengutip quote berbahasa Jawa? Karena pada tanggal 21 September yang lalu, Keluarga Besar Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Kecamatan Kanigoro melaunching sebuah program yang tersemat dengan sebutan Kanigoro Saja (Kanigoro Sabtu Jawi). 

Maaf baru kali ini saya bisa mengabarkan kepada Anda. Tak apa-apakan? Masih mau membaca artikel saya kan? kan? He he he

Kanigoro SaJa, Kanigoro Sabtu Jawi, sebuah program di mana tiap hari Sabtu seluruh lembaga diimbau untuk melestarikan budaya Jawa. Memakai baju adat Jawa, menggunakan bahasa Jawa, menyanyikan lagu-lagu Jawa, mengenalkan jajanan tradisional Jawa, pokoknya serba Jawa.

Camat Kanigoro sedang memperagakan salah satu wayang Pandawa Lima didampingi Ibu Kepala Sekolah | Foto: Siti Nazarotin 
Camat Kanigoro sedang memperagakan salah satu wayang Pandawa Lima didampingi Ibu Kepala Sekolah | Foto: Siti Nazarotin 

Seperti dijelaskan oleh Bu Yunindyah Tjandrawati, Program ini awalnya adalah murni ide dari pengawas yang berlatar belakang ingin melestarikan budaya Jawa. Ternyata dalam perjalanannya sesuai dengan harapan dan petunjuk dinas terkait muatan lokal Bahasa Jawa.

Sebuah Upaya Melestarikan Budaya Jawa

Kalau seluruh keluarga Dinas Pendidikan dan Dinas-dinas yang lain yang berada di wilayah Kabupaten Blitar mempunyai program melestarikan budaya Jawa sesuai dengan kreativitas masing-masing, maka akan besar kemungkinannya budaya Jawa tetap terjaga.

Maka seluruh Unit Pelaksana Teknis yang berada dalam naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, dalam hal ini semua lembaga Paud, TK dan SD se Kecamatan Kanigoro, menindaklanjuti dengan meleburkan diri dalam kegiatan Launching Kanigoro Saja.

Seluruh persiapan dilakukan, mulai dari kostum yang akan dipakai, tampilan yang akan digelar dan makanan yang akan disajikan dalam acara tersebut.

Tampilan yang akan digelar tentunya bertemakan kebudayaan jawa khususnya Jawa Timuran. Bisa lagu tradisional maupun permainan tradisional. Bisa juga tampilan yang lainnya.

Mengenalkan Tokoh dan Watak Wayang


Lembaga saya mempersembahkan tampilan yang berbeda dengan lainnya. Bila yang lain kebanyakan lagu dan permainan tradisional, lembaga saya mengenalkan wayang dan wataknya. Dalam hal ini yang tampil adalah anak-anak, bapak ibu guru hanya mendampingi saja.

Anak-anak membawa wayang dan mengenakan baju adat jawa | Foto: Siti Nazarotin 
Anak-anak membawa wayang dan mengenakan baju adat jawa | Foto: Siti Nazarotin 

Tentu mengenalkan tokoh wayang berikut wataknya, butuh latihan keras, karena kita tahu bahwa anak-anak masih awam dengan dunia pewayangan. Kebetulan Kepala Sekolah saya mempunyai saudara yang berprofesi sebagai dalang, hinggalah bisa dimintai bantuan untuk melatih anak-anak.

Tokoh Pandawa Lima dan Wataknya

Tokoh Pandawa Lima, yang ditampilkan anak-anak kami. Di mana Pandawa Lima merupakan tokoh dalam pewayangan berjumlah lima orang, digambarkan sebagai tokoh kebaikan. Pada masing-masing tokoh bisa diteladani wataknya.

Ilustrasi Gambar Pandawa Lima: indonesia.go.id
Ilustrasi Gambar Pandawa Lima: indonesia.go.id

Yudhistira, pandawa yang pertama mempunyai watak selalu bicara jujur dan tak pernah berbohong. Sehingga apa yang diucapkannya dipercaya.

Bima, pandawa yang kedua ditampilkan sebagai tokoh yang bicaranya selalu ceplas-ceplos. Apa yang pernah diucapkannya, tidak pernah ditarik kembali. Ia juga tidak pernah duduk dan selalu berdiri.

Arjuna, pandawa yang ketiga ini digambarkan sebagai ksatria laki-laki yang sangat tampan dan mempunyai istri banyak. Diantara istri-istrinya yang paling terkenal adalah Subadra dan Srikandi.

Pandawa keempat adalah Nakula. Ia mempunyai keistimewaan yakni ingatan yang tidak terbatas. Bahkan semua yang dialami bisa diingatnya dengan sempurna. Selain itu, ia juga ahli dalam hal pengobatan.

Pandawa yang kelima adalah Sadewa. Ia mempunyai kesaktian berupa penglihatan masa depan, namun tidak pernah berbicara banyak.

Meskipun pandawa lima merupakan tokoh fiktif, namun pada kenyataannya tokoh pewayangan yang satu ini sangat dikenal bahkan masih terus dibahas oleh para budayawan jawa. Dan inilah alasannya mengapa anak-anak perlu kenal tokoh-tokoh dalam pewayangan.

Simak penampilan anak-anak pada tayangan video berikut ini: 


Dengan Melestarikan Budaya Jawa, Berarti Ikut Andil dalam Pembentukan Profil Pelajar Pancasila

Acara launching Program Kanigoro Saja berlangsung dengan sangat meriah. Semua lembaga mempersembahkan penampilan terbaiknya.

Acara launching dihadiri oleh semua lembaga SD yang mengikutsertakan 10 anak dan semua guru. Sebagai tamu undangan, hadir di tengah-tengah kita, mulai dari Kepala Puskesmas, Kepala Desa Kanigoro, Kepala Kodim, Kepala Polsek, Camat dan Kepala Dinas Pendidikan yang diwakili oleh Kepala Bidang TK-SD.

Wiji Asrori, Kepala Bidang TK-SD memberikan sambutan pada acara Launching Kanigoro SaJa | Foto: Siti Nazarotin 
Wiji Asrori, Kepala Bidang TK-SD memberikan sambutan pada acara Launching Kanigoro SaJa | Foto: Siti Nazarotin 

Dengan dilaunchingkannya Program Kanigoro Saja ini, harapannya agar anak-anak bisa melestarikan budaya jawa dan mengembangkannya. Mengingat saat ini perkembangan budaya baru dan asing sangat deras dan pesat, dan dikhawatirkan bisa menggerus budaya leluhur yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya.

Diharapkan agar anak bisa memilih dan memilah budaya asing yang sesuai dengan budaya leluhur, dalam hal ini budaya jawa. Karena budaya jawa menghargai semua agama dan pluralitas sehingga dinilai sinkretik (sinkretisme*) oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu agama tertentu dan sektarian.

Budaya Jawa penting untuk dilestarikan dan dikenalkan kepada anak-anak, mengapa? Karena budaya Jawa ini sangat dikenal bahkan banyak orang mancanegara yang mempelajarinya. 

Sebagai bukti bahwa budaya jawa sangat digemari orang asing. Di antara budaya Jawa yang sangat digemari oleh orang mancanegara salah satunya ya wayang ini. Di samping juga ada gamelan, keris, batik, dan kebaya.

Maka tak ada alasan malu dan enggan untuk mempelajari dan melestarikan budaya Jawa, kalau tidak ingin budaya kita lebih dikenal dan dipakai oleh orang mancanegara.

Selain itu, dengan melestarikan kebudayaan Jawa, anak-anak akan semakin kenal dan mencintainya. Pun dengan melestarikan budaya Jawa, diharapkan terbentuk budi pekerti yang luhur, hal ini akan mempunyai andil besar dalam mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Karena dalam budaya Jawa mengandung nilai-nilai karakter mulia yang tinggi.

Dengan semangat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, mari bersama-sama kita dukung program Kanigoro Saja. Kanigoro Saja, tandya!

Siti Nazarotin
Blitar, 8 Desember 2022

*Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan yang sangat beragam dari beberapa pemahaman kepercayaan atau aliran-aliran agama.

Sumber: 1, 2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun