Beberapa waktu yang lalu, usai mengajar, saya berkesempatan mengunjungi jalan JLS (Jalur Lintas Selatan). Tentu dalam rangka sebuah acara yang diadakan oleh salah satu organisasi yang saya ikuti. Kesempatan baik ini saya sambut dengan senang hati.
Melihat dari Dekat, Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa
Ada acara rapat yang kami agendakan di tempat yang akan kami singgahi nanti. Rapat Out Door sekarang ini memang menjadi pilihan, karena sangat mujarab untuk mengobati kejenuhan. Melepaskan penat dari runitas kerja. Selain itu juga ingin melihat dari dekat sampai dimana pembangunan jalan JLS.
Seperti diketahui bahwa JLS adalah proyek nasional yang dibangun di jalur Pansela (Pantai Selatan Jawa) yang dimulai dari Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Panjang Jalan Pansela diperkirakan mencapai 684 kilometer.
Saya pikir, rute perjalanan kami ke arah barat, dan melewati JLS daerah Blitar. Ternyata rutenya ke arah timur. Berarti perjalanan arah Malang. Tapi tak apalah, masih tetap JLS juga dan banyak pantai yang indah yang bisa kita kunjungi di sepanjang JLS arah Kabupaten Malang.
Perjalanan masuk JLS dimulai dari Desa Sumberoto Kecamatan Donomulyo. Sebenarnya begitu memasuki JLS ini ada Pantai Modangan dengan destinasi unggulannya Bukit Waung, ada spot wisata olah raga paralayang, take off dari puncak bukit dan landingnya di pantai Modangan.
Akan tetapi teman-teman memilih untuk meneruskan perjalanan dulu, menikmati jalan baru yang mulus, lebar, sunyi dari keramaian dan pemandangannya asri. Pantai Modangan tidak kami singgahi. Semoga suatu saat bisa ke sana.
Mengunjungi Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap
Mobil kami bergerak pelan, setelah sekitar 1 jam, kami menemukan sebuah pantai yang belum begitu familier. Semua sepakat untuk mengunjunginya. Setelah membayar ke loket, (tiket masuk perorang hanya 10 ribu rupiah), kami berjalan menyusuri tepi pantai yang banyak ditumbuhi pohon cemara yang rindang, setelahnya terlihat sebuah jembatan. Mata saya tertegun, membaca sebuah papan bertuliskan nama pantai itu. JPTS (Jembatan Panjang Tanjung Sirap).
Ya, kali pertama mengunjungi pantai ini. Agak beda dengan pantai-pantai yang pernah saya kunjungi selama ini. Biasanya setelah melewati area parkir, melewati rindangnya pepohonan, lalu hamparan pasir yang menyambung dengan pantai.
Akan tetapi tidak demikian untuk Pantai JPTS ini. Seluruh bibir pantai diberi pagar tembok dan pada bagian tengah ada gapura, masuk gapura ada jembatan yang lumayan panjang, sehingga disebut Jembatan Panjang. Sekitar 300 meter panjangnya. Kita bisa menyusuri jembatan yang sudah dibangun cantik itu menuju sebuah pulau kecil yang diberi nama Pulau Hanoman.
Di Pulau Hanoman ada banyak tangga yang mengitarinya. Sampai di atas pulau kecil itu kita bisa memanjakan mata menikmati hamparan laut biru berikut suara deburan ombaknya. Di situ pula kita jangan lupa mengabadikan kehadiran dengan berfoto. Sementara bila lelah karena naik turun tangga, ada gazebo untuk beristirahat.
Setelah merasa cukup menikmati indahnya pantai dari pulau kecil, kita turun kembali dan melewati jembatan panjang yang tadi. Oh iya, di sepanjang jembatan ada banyak pemancing ikan. Mereka dari dari daerah sekitar pantai. Terutama dari desa di Kecamatan Bantur Kabupaten Malang.
Jadi ingat, ketika kuliah dulu, kebetulan saya KKN di Desa Bandung Rejo yang berada di Kecamatan Bantur. Jadi kangen ingin berkunjung ke sana. Padahal kami ini berada di Kecamatan Bantur, tinggal mencari desa tempat saya KKN. Tapi momennya kurang tepat dan rombongan kami tidak mungkin saya ajak ke sana. Semoga suatu saat nanti bisa berkunjung.
Pantai (JPTS) ini relatif masih sepi pengunjung. Tapi keindahannya tak kalah dengan Pantai Bale Kambang yang berada tepat di timurnya. Justru menurut saya, Pantai JPTS lebih indah dan asri. Karena belum begitu ramai pengunjung, malah kelihatan masih sangat bersih. Sangat nyaman untuk dijadikan tempat rekreasi melepaskan lelah.
Melanjutkan Perjalanan ke Pantai Bale Kambang dengan Berjalan Kaki
Setelah puas menikmati keindahan Pantai JPTS ini, di ujung batas pantai ada petugas yang menginformasikan bahwa kalau mau ke Pantai Bale Kambang langsung menyusuri jalan bertangga itu, nanti akan langsung masuk area Pantai Bale Kambang. Jelasnya sambil telunjuknya mengarah ke timur.Â
Ternyata kami tadi masuknya dari pintu belakang. Itu berarti kalau mau masuk lewat pintu depan, kita harus masuk Pantai Bale Kambang dulu. Lha ini kami malah sebaliknya. Wkwkwkwk.
Benar saja, setelah kami berjalan menyusuri tangga yang awalnya agak naik lalu landai, akhirnya tembus pada tengah-tengah jalan yang mengarah ke pulau kecil yang ada puranya. Itulah viu yang biasa kita lihat di media sosial, pura di pulau di lokasi Pantai Bale Kambang.
Kami sengaja tidak mengunjungi pulau yang ada puranya itu, Pulau Ismoyo dengan Pura Amarta Jati, yang biasa dijadikan tempat beribadah umat Hindu. Sepanjang kaki melangkah mata kami sesekali melihat pulau Ismoyo yang memang sangat indah, bahkan pulau ini dijuluki Tanah Lotnya Malang. Lokasi Pantai Bale Kambang ini berada di Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Catat ya!
Kami menuju arah keluar jembatan dan menyusuri jalan untuk mencari masjid di ujung sana. Sepanjang jalan ke masjid di sebelah kanan dekat pantai berjejer mobil para pengunjung pantai. Sementara di sebelah kiri berderet toko-toko souvernir, warung-warung makan dan toilet, --- khusus disiapkan untuk pengunjung. Kita tinggal pilih, mau berhenti di mana.
Rombongan kami berjalan menuju masjid yang berada di dekat pintu masuk. Lumayan jauh jaraknya bila ditempuh dengan jalan kaki. Sekitar 500 meter. Masjid yang berada tepat di utara pantai itu sangat nyaman, bangunannya lumayan bagus dan luas. Kebetulan saya ada udzur syar'i (kedatangan tamu bulanan) sehingga ketika teman-teman menjalankan salat duhur, saya justru menikmati indahnya Pantai Bale Kambang di serambi masjid bagian selatan.
Penoramanya sangat elok. Langit cerah, laut berwarna biru, terlihat jelas dengan segala aktivitasnya. Suara deburan ombak yang menggulung, diterpa semilir angin sepoi-sepoi, membuat saya berdecak kagum. Sungguh indah, nyaman dan menjadikan kita termanjakan dengan suasananya.
Sebenarnya antara Pantai Bale Kambang dan Pantai JPTS sama-sama indah. Cuma perbedaannya, Pantai Bale Kambang lebih padat pengunjung karena memang lebih dulu terkenal, yakni sejak tahun 1985. Namun karena sudah padat pengunjung, ruang gerak kita jadi terbatas, lokasi di sepanjang pinggir pantai kurang bersih gegara banyak sampah yang ditinggalkan para pengunjung.
Setelah teman-teman selesai salat duhur, kita berjalan arah balik, tapi mau mampir dulu ke warung makan karena perut sudah menyuarakan kata hatinya untuk dipenuhi hajatnya. Lapar!
Diputuskan memilih menu ikan bakar plus sambal dan lalapan. Tapi kami harus menunggu lumayan lama, membuat perut semakin meronta-ronta. Ketika hidangan datang, langsung saja kami menyantapnya. Seperti biasa, makan di pinggir pantai dengan menu ikan bakar, sambal dan lalapan memang menggoda selera. Ditambah perut yang lapar, sehingga hidangan yang disajikanpun cepat habis dan berpindah memenuhi perut.
Kenyang sudah, kami melanjutkan perjalanan menuju mobil yang berada di area parkir Pantai JPTS, kembali berjalan menuju area parkir. Kamipun bergegas masuk dan pulang menyusuri JLS lagi.
***
Jadi, anda yang penasaran dengan JLS, yuk agendakan ke sana. Karena di sepanjang JLS bisa kita temui banyak pantai di selatan pulau jawa (pansela). Akhir bulan juni liburan tiba, JLS dan pesona pantainya bisa dijadikan tujuan anda untuk mengisi liburan. Semoga bermanfaat.
Salam
Siti Nazarotin
Blitar, 2 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H