Dalam artikel kuliner saya, hampir semua resep saya praktikkan langsung. Hanya ada beberapa tulisan saja yang merupakan riview masakan dari warung yang berada di daerah saya yang pernah saya kunjungi.
Dari Mana Saja Saya Mendapatkan Ide Menulis Kuliner?
Dalam memilih resep, tentu tidak asal pilih atau asal comot saja. Ada pertimbangan tertentu mengapa saya memilih resep ini, mengapa saya memilih bahan ini, dan alasan-alasan lainnya.
Lalu dari mana saja saya mendapat ide menulis resep masakan? Berikut ini saya tuliskan beberapa sumber ide yang sangat membantu saya dalam menulis artikel kuliner:
1. Resep Baru
Yang saya maksud resep baru di sini dalam artian belum pernah saya praktikkan sama sekali. Dalam mempraktikkan resep baru ini tentu ada rasa kekhawatiran akan kegagalan.Â
Namun rasa khawatir tersebut kalah dengan rasa keingintahuan saya dan rasa penasaran saya untuk mempraktikkannya.
Resep baru yang telah saya tulis antara lain Bola-bola Ubi Ungu
2. Rekues Keluarga dan Teman
Saya sering mendapatkan rekues dari keluarga dan teman. Nakdis maupun suami sering meminta saya untuk memasak makanan kesukaannya.Â
Tentu hal ini tidak saya sia-siakan begitu saja. Sambil menyenangkan keluarga, saya menuliskannya. Agar kebermanfaatannya tidak berhenti hanya untuk menyenangkan keluarga saja, lebih kepada orang lain.
Teman-teman juga menyumbang banyak ide menulis. Terutama teman-teman sesama penulis yang tiap hari intens ngobrol di WAG.
Saya colek beberapa nama yang sering memberi ide menulis resep ya. Ada Mbak Muthiah Al Hasany, Mastah Budi Susilo, Mbak Ari Budiyanti, Engkong Felix Tani, Bang Jack Zaldy Chan, Kang Widiatmoko, Kang Elang Salamina dan teman-teman lainnya. Ada yang lupa belum saya sebut? Maafkeun ya.
Beberapa tulisan yang berasal dari ide teman dan keluarga adalah sebagai berikut:
Ide dari Nakdis: Ayam Katsu
Ide dari Bang Jack: Asam Padeh
Ide dari Mbak Muthiah: Gethuk Ubi Ungu, dan masih ada beberapa tulisan lagi.
Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya saya sampaikan kepada teman-teman yang selalu mendukung saya dalam menulis maupun bersedia membaca dan berkunjung pada artikel saya.
3. Ketersediaan Bahan
Sering pula saya memasak menggunakan bahan seadanya. Bahan yang tersedia di kulkas. Terkadang tanpa adanya rencana, hasil masakan dari sisa bahan di kulkas menjadi masakan yang lezat dan disukai keluarga.
Resep dari bahan sisa yang pernah saya tulis yaitu Perkedel Tahu.
4. Resep yang Viral
Pernah beberapa kali saya mempraktikkan resep yang sedang viral di media sosial. Harapan saya, resep yang sedang viral akan banyak yang membutuhkan. Banyak yang membutuhkan artinya akan banyak yang membaca tulisan tersebut. Dengan banyaknya pembaca tentu saja artikel kita semakin bermanfaat.
Salah satu resep viral yang pernah saya tulis yaitu tentang Tteokbokki.
5. Terinspirasi dari Tulisan Orang Lain
Pernah mempraktikkan resep dari tulisan sesama Kompasianer, yakni Master Kuliner dari Bogor dan Semarang. Colek Mastah Budi Susilo dan Suhu Wahyu Sapta.
Judul tulisannya adalah Tumis Batang Kangkung, terinspirasi dari Tulisan Mastah Budi Susilo dan Lepet Jagung, terinspirasi dari tulisan Suhu Wahyu Sapta.
6. Â Resep Topik Pilihan dan Even
Beberapa kali menulis resep karena ikut topik pilihan yang disediakan oleh admin Kompasiana. Pun beberapa kali menulis resep dalam rangka ikut even. Menjadi sebuah tantangan tersendiri saat menulis topik pilihan maupun even. Bagaimana kita menulis dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya, agar tulisan kita dipilih oleh admin dan disukai pembaca.
Salah satu tulisan resep saya ketika mengikuti even adalah yang berjudul Ayam Saus Barbeque, dan kebetulan tulisan ini memenangkan even Petasan beberapa bulan yang lalu.Â
7. Â Resep Tradisional DaerahÂ
Lumayan banyak tulisan saya yang memaparkan tentang resep masakan tradisional daerah di Indonesia. Mulai dari resep masakan asli Blitar, resep masakan tradisional Jawa Timur, bahkan resep masakan dari berbagai daerah di antero Nusantara.
Beberapa resep masakan tradisional yang pernah saya tulis antara lain: Mangut Lele Khas Yogyakarta, Empal Gentong, Ayam Woku dan lain-lain.
Mengapa saya membahasnya, di samping sebagai pengingat bagi diri saya bahwa ternyata ada banyak orang yang mensupport saya dalam menorehkan tulisan, pun semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Ayam Turun Kandang dengan Harga Murah, Enaknya Dimasak Apa?
Seperti banyak diberitakan di media massa, di tempat saya, Blitar, harta telur anjlok. Beberapa minggu yang lalu, peternak se Kabupaten Blitar mengadakan orasi di depan kantor Pemerintah Kabupaten Blitar yang berada di Kanigoro.Â
Orasi digelar dengan tujuan untuk menyampaikan aspirasi kekecewaan peternak ayam yang mengalami kerugian besar. Sebelum melakukan orasi para peternak ayam mengadakan pawai sepanjang ruas jalan raya kabupaten.Â
Dalam kesempatan itu para peternak membagikan telur gratis kepada masyarakat yang datang. Tak ayal masyarakatpun berjubel memenuhi halaman pemerintah kabupaten Blitar.
Berkaitan dengan anjloknya harga telur, tentu imbasnya kepada Ayam penghasil telur tersebut. Dipertahankan denga risiko akan membesar kerugian, atau lebih baik ayam-ayam tersebut turun kandang. Dijual.
Akhirnya para ayam yang sebenarnya masa bertelurnya rerata masih 75 % an, dengan terpaksa turun kandang dan dijual di pasar-pasar maupun dijual keliling kampung dengan harga yang sangat murah.Â
Harga ayam petelur perekornya kisaran 20 sampai 25 ribu rupiah saja. Warga masyarakatpun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ada membeli ayam hanya untuk kebutuhan lauk saja, ada pula yang sengaja membeli beberapa ekor untuk dipelihara lagi.Â
Pasalnya ayam tersebut masih produktif bertelur. Kata beberapa tetangga yang kebetulan beli ayam untuk dipelihara, ayam tersebut setiap hari masih bertelur.Â
Saya sudah dua kali membeli ayam ras yang dijual keliling kampung. Saya membeli semata hanya untuk lauk keluarga saja. Belinyapun juga cuma seekor seekor.
Ayam petelur yang saya beli pertama kali, saya olah menjadi masakan Ayam Woku, ulasannya bisa dilihat di sini.
Kali kedua, saya beli ayam petelur berupa ingkung yang sudah diungkep. Rencana mau saya masak apa, tentu saya ingat-ingat apa ya yang enak dan tentu kalau saya jadikan artikel, resepnya belum pernah saya tulis.Â
Oh, saya menemukan ide, sebuah resep yang merupakan masakan favorit saya. Ayam Bumbu Kecap Pedas. Karena ayamnya jenis ayam ras, maka saya namai resep ini Ayam Ras Bumbu Kecap Pedas. Kalau begitu, mari kita lanjut ke resepnya.
Resep Ayam Ras Bumbu Kecap Pedas
Bahan-bahan:
1 ekor ayam ras (potong sesuai selera)
Bumbu halus:
- 15 siung bawang merah
- 5 siung bawang putih
- 5 cabai merahÂ
- 20 cabai rawitÂ
Bumbu yang lain :
- 1 ruas lengkuas geprek
- 1 lembar daun salam
- 1 jeruk limau (opsional)
- Kecap manis secukupnya
- Garam secukupnya
- Kaldu bubuk secukupnya
Langkah-langkah:
- Cuci ayam, lalu rebus sampai matang, kebetulan saya beli sudah diungkep, tinggal masak. Ayam bisa tetap diutuhkan, bisa pula dipotong sesuai selera.
- umis semua bumbu halus hingga harum,setelah harum dan matang lalu beri air kurang lebih 100 ml, lalu masukkan ayam yang sudah diungkep, kecap, lengkuas, daun salam dan bumbu yg lain, aduk rata sampai bumbu meresap, koreksi rasa, lalu tutup wajan dengan rapat, agar ayam ras bener-bener empuk. Jika suka, sesaat sebelum diangkat kucuri dengan air jeruk limau.Â
Salam kuliner.Â
Makan enak dan sehat? Ya masak sendiri!
Siti Nazarotin
Blitar, 26 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H