Papringan adalah penamaan sebuah tempat yang di situ tumbuh rumpun bambu. Dari kata "pring": bambu, menjadi "papringan": rumpun bambu yang rindang. Tempat itu berada di Desa Minggirsari Kecamatan Kanigoro (kecamatan saya).Â
Lokasi berada di belakang rumah penduduk, berbatasan dengan sungai Brantas. Sungai yang mengaliri sebagian besar daerah Blitar. Sehingga pemandangannya sangat alami.Â
Ada beberapa angkringan sederhana yang dibangun, meja dan bangku-bangku dari bambu, yang bisa dimanfaatkan untuk duduk-duduk, ngobrol sambil menikmati teh atau kopi. Pun makanan sederhana yang disiapkan oleh sebuah warung yang sangat sederhana milik warga setempat.
Rombongan kami datang dengan mengendarai sepeda motor. Akses menuju ke lokasi masih perlu diperbaiki. Karena jalannya agak terjal. Kalau musim hujan agak berbahaya karena tanahnya dipastikan akan licin.Â
Makanan yang tersedia di satu-satunya warung tersebut sangat terbatas. Ada nasi bungkus sambel teri tempe, mi rebus, kopi, teh, minuman kemasan dan beberapa kripik kemasan. Kamipun memutuskan untuk memesan nasi sambel teri dan menikmatinya di bawah rindangnya pohon bambu (Papringan) tersebut.
Ahai, ternyata meskipun makanannya sangat sederhana, bungkus nasi dari koran, yang dilapisi daun pisang, --- menikmati nasi sambel teri tempe di bawah pohon bambu (Papringan) sangatlah nikmat. Tempat yang berbeda dalam menikmati makanan, ternyata berpengaruh dengan rasa.Â
Masih banyak pepohonan rindang, terdengar air mengalir, kicauan burung sesekali hadir, semilir angin menerpa, menambah sempurna suasana alam pedesaan.
Setelah puas menikmati pemandangan dan makan nasi sambel teri tempe di Papringan, kamipun segera pulang ke rumah masing-masing.