Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sejak Kemarau Membenci Hujan

13 September 2021   22:22 Diperbarui: 13 September 2021   23:50 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Payung telah lama mati
Sejak kemarau membenci hujan

Dedaunan luruh berserakan
Ilalang mengering
Menghunjam kesejukan
Rentang kemarau
Di ujung musim

Berpayung kala hujan
Menyisakan kenangan
Ketika cinta
Milik berdua

Menerobos hujan
Menikmati secangkir kopi
Dan senja tanpa benci
Kau ada di sini

Payung pelangi
Jadi saksi
Cinta takkan terhenti
Meski hari berganti

Namun, tak lagi ada kidung
Usai hati terjerembab murung.
Hilang dalam pasrah
Kau menyerah?

Payung sudah lama mati 
Sejak kemarau membenci hujan
Kuburannya jauh di mata

Blitar, 13 September 2021

Puisi ini hasil saweran beberapa Kompasianer dari gang sapi. Mereka yang ikut saweran adalah: Engkong Felix Tani, Siti Nazarotin, Katedrarajawen, Dewi Leyly, Swarna, Rudi Gunawan, Zaldy Chan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun