Kali ini saya bicara tentang pengambilan gambar, seperti  yang sudah saya tuliskan di awal.Â
Teman-teman dalam WAG-lah yang seakan-akan bertindak sebagai pengamat gambar pertama.
Karena dalam tulisan kuliner, gambar hasil masakan tentulah termasuk factor yang sangat mendukung bagus tidaknya tulisan kuliner. Maka dari mereka saya mendapatkan masukan.
Saya sebisanya menjawab komentar mereka, sesuai dengan keterbatasan kemampuan saya. Tentunya dari percakapan-percakapan di WAG yang terbangun sangat bermanfaat bagi saya.Â
Secara, di WAG itu banyak penulis senior yang bergabung. Tentulah komentar mereka adalah komentar yang berdasarkan analisa matang, berdasarkan keilmuan dan pengalaman.
Dari respon teman-teman, saya menjadi tahu. O, seharus begini. O, sebaiknya begitu. Meskipun dari hal-hal yang kelihatannya kecil dan sepele, namun kalau kita perhatikan dan kita gunakan sebagai bahan perbaikan atas tulisan kita, akan memengaruhi hasilnya.
Resep yang akan saya bagikan ini adalah jajanan tradisional berbahan dasar dari beras ketan. Pasti Anda sudah sangat familiar dengan lupis beras ketan, kan?
Menurut referensi yang saya baca, lupis adalah jajanan tradisional yang diklaim berasal dari daerah pulau Jawa. Meskipun masing-masing daerah mempunyai kekhasan masing-masing dalam membuat lupis.
Penampilan dan Teksturnya  Berbeda Namun Cita Rasanya Sama
Kemarin saya membuat lupis dengan cara tanpa dibungkus dengan daun pisang. Alasannya di samping daun pisangnya pas nggak dapat, saya juga cari cara yang lebih praktis.
Tujuan saya menggunakan cara tanpa dibungkus dengan daun pisang agar bisa dipraktikkan oleh semua orang.Â