Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Merindukan Sayur Lodeh Lompong

23 Juni 2021   19:49 Diperbarui: 24 Juni 2021   06:21 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayur Lodeh Lompong maknyus [Foto: Siti Nazarotin]

Lompong atau disebut juga dengan talas, lumbu maupun keladi. Tanaman yang bernama latin colocasia esculenta ini disebut-sebut sudah ada sejak zaman purba, bahkan sejak zaman padi belum ditanam.

Di Jawa, Lompong Sudah Sangat Familier Bisa Dikonsumsi

Lompong, terutama di daerah Jawa dan khususnya di tempat saya Blitar, sudah sangat familier sebagai salah satu tanaman yang bisa dikonsumsi. Almarhumah Ibu sayapun dulu sering memasak lompong sebagai alternatif sayur untuk menyelingi sayuran lainnya.

Zaman dulu lompong ditanam hampir di setiap pekarangan rumah. Jadi bila akan memasak lompong, tinggal memetik di pekarangan sendiri. Jikapun ada beberapa warga yang kebetulan tidak menanam, akan dengan mudah mendapatkan lompong dari para tetangga dengan cuma-cuma.

Kini, lompong semakin mashur, dijadikan sebagai tanaman budi daya yang mempunyai prospek bagus. Di samping batangnya, daunnya pun ubinya bisa dikonsumsi.

Batang lompong untuk sayur lodeh atau ditumis, daunnya juga bisa untuk sayur Buntil. Terlebih lagi ubinya bisa diolah menjadi kripik Mbote dan kripik Bentul yang daya jualnya lumayan tinggi.

Gambar Kripik Mbote (Foto: Tokopedia.com)
Gambar Kripik Mbote (Foto: Tokopedia.com)
Gambar Kripik Bentul, perkilo harganya kisaran 50 - 60 ribu (Foto: Tokopedia.com)
Gambar Kripik Bentul, perkilo harganya kisaran 50 - 60 ribu (Foto: Tokopedia.com)
Oleh karena itu, lompong kini dijual di pasar. Di daerah saya, masih sangat mudah mendapatkan lompong. Di keluarga saya, ada beberapa pohon lompong yang ditanam mendiang Bapak Mertua yang sesekali saya petik untuk sayuran.

Terkadang kalau mau lebih cepat, dan lagi malas memetik, saya beli lompong di tukang sayur yang tiap pagi lewat depan rumah. Seikat lompong (kira-kira 500 gram) harganya hanya 2500. Untuk keluarga dengan jumlah anggota 2-4 orang, seikat lompong sudah cukup. Cukup murah bukan?

Merindukan Sayur Lodeh Lompong

Beberapa bulan yang lalu, saat ada acara Khataman Al-Qur'an grup teman kuliah di Malang. Saya membawa sayur lompong karena ada reques dari seorang teman. Kebetulan beliau sekarang tinggal di Lampung dan beliau sering merindukan makanan tradisional dari Jawa, termasuk sayur lompong.

Saat acara selesai dan waktunya makan-makan, saya menyaksikan sendiri, beliau terlihat sangat menikmati dan beberapa kali mengambil sayur lompong. Katanya, "Duh Mbak Nazar, sayur lompongnya lezat sekali".

Tentunya saya senang dong, sayur lompong masakan saya, bisa dinikmati, dan teman-teman yang lain juga mengatakan hal yang sama. Dua rantang besar sayur lompong tandas tak tersisa. Padahal tuan rumah juga sudah menyiapkan makanan yang enak dan kekinian dengan jumlah banyak.

Hal ini membuktikan bahwa masakan tradisional tidak bisa diremehkan begitu saja. Justru semakin eksis dan semakin dirindukan.

Lompong Jenis Apa Saja yang Bisa Dikonsumsi?

Namun Anda perlu tahu bahwa tidak semua jenis lompong bisa dikonsumsi. Menurut sumber yang saya baca, (resepmasakgampang.com) ada beberapa nama lompong yang bisa dikonsumsi antara lain: lompong Bogor, Lompong Bentul, Lompong Kimpul, Lompong Belitung, Lompong Bali, Lompong Sagu dan Lompong Pari.

Dari beberapa nama di atas, ada beberapa yang belum saya kenal. Mungkin penamaannya tiap daerah beda.

Namun saya akan merekomendasikan 3 nama saja yang saya sudah pernah mengonsumsinya.

Lalu apa saja jenis lompong yang saya rekomendasikan, simak ulasan berikut ini.

1. Lompong Tlacar

Lompong jenis ini yang paling sering saya konsumsi. Lompong ini mulai dari ubi, Batang dan daunnya bisa dikonsumsi. Lompong jenis ini yang sering saya dapati di pasar, warung sayur dan tukang sayur keliling. Warna batangnya hijau agak putih. Berikut ini saya sertakan gambar lompong Tlacar.

Gambar Lompong Tlacar [Foto: Lazada.co.id]
Gambar Lompong Tlacar [Foto: Lazada.co.id]
2. Lompong Batang Putih

Jenis lompong ini juga pernah saya konsumsi. Namun tidak sesering lompong Tlacar. Karena lompong jenis ini, kalau dikonsumsi langsung, maksudnya habis petik langsung dimasak, maka sayurnya ketika dimakan, masih krenyes-krenyes gitu. Sebaiknya lompong jenis ini, setelah dipetik, didiamkan selama sehari semalam, baru kemudian dimasak.

Gambar Lompong Batang Putih [Foto: blogbojonegoro.com]
Gambar Lompong Batang Putih [Foto: blogbojonegoro.com]
3. Lompong Bentul

Jenis lompong yang satu ini, yang enak dikonsumsi adalah ubinya dan harganya cukup mahal. Perkilo ubi lompong Bentul harganya antara 25 - 30 ribu rupiah.

Gambar Lompong Bentul [Foto: goodnewsfromindonesia.id]
Gambar Lompong Bentul [Foto: goodnewsfromindonesia.id]
Sebenarnya ada lompong jenis lain juga, yang batang dan daunnya tidak bisa dikonsumsi namun ubinya bisa dikonsumsi, dengan sarat didiamkan dulu beberapa hari dan saat mengolahnya pun kita harus hati-hati agar tidak terkena getahnya. Karena getah lompong bisa menimbulkan gatal-gatal di tangan.

Dari semua jenis lompong yang bisa dikonsumsi, tetap saja sedikit banyak akan menimbulkan rasa gatal baik di bagian tubuh yang menyentuh, maupun saat kita makan, kalau kita tidak bisa mengolahnya dengan tepat

Kiat Untuk Mengatasi Agar Lompong Tidak Gatal Saat Dikonsumsi

Untuk itu, saya sertakan beberapa kiat, agar lompong tidak menimbulkan gatal.

Kiat pertama, taburi lompong yang telah kita potong-potong dengan garam halus, diamkan kira-kira 10 - 15 menit, lalu bilas kembali sampai benar-benar bersih dan getahnya hilang.

Kiat kedua, tumis lompong terlebih dahulu, sebelum dimasak. Artinya kalau ingin dimasak lodeh, tahapannya harus ditumis dulu baru diberi bumbu dan santan.

Kiat ketiga, Rebus lompong selama 5 menit, taburi garam saat merebus, tiriskan dan jangan lupa menyiramnya dengan air dingin.

Kiat keempat, Diamkan lompong. Setelah dipetik, diamkan lompong selama sehari semalam. Baru besuknya kita masak dengan menggunakan kiat nomer  1, 2 maupun 3.

Kiat kelima, Ada sebagian masyarakat yang mengupas batang lompong sebelum dimasak, tapi kalau saya tidak saya hilangkan, karena kalau dikupas kulitnya, maka tampilan sayurnya kurang menarik. Menurut saya, sayur lompong itu menariknya ya warnanya yang hijau itu.

Manfaat Lompong Bagi Kesehatan Tubuh Manusia

Ternyata eh ternyata, lompong itu, mulai dari ubi, batang dan daunnya banyak mengandung manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Mungkin masih sedikit informasi tentang itu yang kita ketahui.

Di antara manfaat lompong bagi kesehatan tubuh kita adalah:

1. Menetralkan tekanan darah.

2. Melancarkan sistem pencernaan, karena lompong memgandung serat yang tinggi

3. Mengandung antioksidan yang bisa mencegah radikal bebas.

4. Mengandung karbohidrat yang juga kita butuhkan. Bisa sebagai pengganti nasi.

5. Dan masih banyak manfaat lainnya.

Itulah sekilas tentang lompong yang bisa saya sampaikan. Selanjutnya saya akan berbagi resep Sayur Lodeh Lompong.

Resep Sayur Lodeh Lompong

Lompong Tlacar dan Tempe [Foto: Siti Nazarotin]
Lompong Tlacar dan Tempe [Foto: Siti Nazarotin]

Bahan:

  • 600 gram Lompong
  • 400 ml santan kental
  • 1000 ml santan encer
  • 2 papan tempe

bumbu Sayur Lodeh Lompong [Foto: Siti Nazarotin]
bumbu Sayur Lodeh Lompong [Foto: Siti Nazarotin]
Bumbu:
  • 15 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 15 buah cabe rawit
  • 1/2 ruas jari, kunyit (bisa diganti dengan 1/2 sdt kunyit bubuk)
  • 1/2 ruas jari, lengkuas
  • 1/2 sdm ebi

Cara membuat:

  • Siangi lompong, (hilangkan bagian batang yang jelek) dan potong-potong lompong berbentuk serong, besarnya sesuai selera, cuci sampai bersih.
  • Didihkan 1,5 liter air, masukkan lompong, rebus selama 5 menit (waktu merebus diberi 1/2 sdm garam, untuk menghilangkan getah, karena getah bisa menimbulkan gatal ketika dimakan) lalu tiriskan
  • Goreng semua bumbu (bumbu utuhan) kecuali lengkuas.
  •  Haluskan bumbu dengan cobek (bisa dikasih garam sekalian agar lebih mudah menguleknya), lengkuas bisa ikut dihaluskan, atau bisa juga digeprek.
  • Siapkan panci, masukkan lompong yang sudah direbus tadi.
  • Masukkan santan encer, masukkan bumbu halus, 1/2 sdt kaldu bubuk, 1 sdm gula pasir (bisa diganti 50 gram gula merah). Tunggu sampai mendidih.
  • Setelah santan encer mendidih, bumbu dan lompong empuk, masukkan santan kental, tunggu mendidih tapi sesekali diaduk agar santan tidak pecah.
  • Jangan lupa tes rasa, kalau sudah pas, pindahkan sayur lompong dalam mangkuk saji.
  • Sayur Lodeh Lompong siap dihidangkan.

Batang Lompong dipotong serong [Foto: Siti Nazarotin]
Batang Lompong dipotong serong [Foto: Siti Nazarotin]
Tempe dipotong kotak [Foto: Siti Nazarotin]
Tempe dipotong kotak [Foto: Siti Nazarotin]
Bumbu yang dihaluskan [Foto: Siti Nazarotin]
Bumbu yang dihaluskan [Foto: Siti Nazarotin]
Lompong direbus ditaburi garam [Foto: Siti Nazarotin]
Lompong direbus ditaburi garam [Foto: Siti Nazarotin]
lompong, santan encer dan bumbu halus dimasak sampai mendidih [Foto: Siti Nazarotin]
lompong, santan encer dan bumbu halus dimasak sampai mendidih [Foto: Siti Nazarotin]
tempe dimasukkan, tunggu sampai mendidih, masukkan santan kental dan tunggu sampai mendidih [Foto: Siti Nazarotin]
tempe dimasukkan, tunggu sampai mendidih, masukkan santan kental dan tunggu sampai mendidih [Foto: Siti Nazarotin]
Sayur Lodeh Lompong siap dinikmati [Foto: Siti Nazarotin]
Sayur Lodeh Lompong siap dinikmati [Foto: Siti Nazarotin]
Hmmmm, sayur lodeh lompong sungguh sangat lezat. Dari tanaman yang mungkin dianggap liar, kini menjadi tanaman budi daya yang ternyata bisa dikonsumsi dan mempunyai banyak manfaat.

Anda pernah menikmati sayur lompong? Wenak sekali lo, nggak percaya? Silakan dicoba deh!

Salam kuliner.

Siti Nazarotin

Blitar, 23 Juni 2021

Sumber 1, 2

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Sayur Lodeh Masih Digemari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun