Istri dari Kompasianer senior, Tjiptadinata Effendi ini, adalah wanita setia. Beliau selalu mendampingi suami di manapun berada, baik suka maupun duka. Saat masih muda sampai lansia. Mendampingi suami baik dalam urusan pribadi, pekerjaan maupun urusan sosial.
Wanita setia, banyak kita jumpai. Yang membedakan dengan wanita setia lainnya adalah, beliau sangat produktif menulis, di usianya yang sudah tidak muda lagi, di sela-sela melayani suaminya, di sela-sela aktivitas sosialnya, harus melayani diri sendiri juga. Masih sempat-sempatnya menulis seputar kisah dan pengalaman hidupnya, yang banyak mengandung pelajaran, untuk dibagikan kepada kita.
2. Muthiah Alhasany
Nama yang satu ini pernah saya tulis kisahnya, pada saat beliau mengadakan Give Away dalam rangka memperingati 10 tahun keaktifannya di Kompasiana.
Wanita ini, adalah satu-satunya kompasianer yang menulis artikel politik. Wawasannya cukup luas. Dari pembahasan politik tanah air sampai politik luar negeri bisa mengikuti. Bahkan beliau mengikrarkan dirinya sebagai pengamat politik Timur Tengah. Eh sebagai bocoran saja, beliau adalah wartawati lo.Â
Tidak sekadar hasil dari membaca, namun beliau terjun atau mengamati langsung, apa, siapa, mengapa dan bagaimana politik itu---beliau benar-benar menguasainya. Negera Timur Tengah, tepatnya Turki, cukup sering beliau kunjungi. Makanya beliau sangat hafal budaya Turki.
Ngomong-ngomong, saat saya chat pribadi, beliau sempat mengatakan kalau memiliki kemampuan untuk melukis sketsa wajah. Tentu saya kejar dong, saya minta beliau menunjukkan lukisan sketsa wajah itu.
Eh selang beberapa detik sketsa wajah itu sudah dihapus. Tapi sekilas saya lihat, hasil coretan tangannya memang bagus.
Dan ternyata, beliau ini berasal dari keluarga yang berkecimpung dalam dunia politik. Politik ada dalam darah beliau, setidaknya ada darah kepemimpinan yang mengalir dari kakek, paman, bibinya yang pernah menjabat sebagai bupati.
Meskipun darahnya politik, hebatnya beliau
bisa menulis semua hal. Dari soal politik, musik sampai soal makanan bahkan tulisan fiksi, beliau kuasai.
Mbak Muth, begitu saya menyapanya, satu saat bisa menjadi sosok yang kharismatik, pada saat yang lain menjelma menjadi sosok yang humoris, tak jarang berubah romantis dan mendayu-dayu dalam untaian karya fiksinya.
Hobi traveling yang beliau jalani, membuat wawasannya semakin luas. Banyak daerah bahkan negara yang pernah disinggahinya, tentunya banyak ilmu dan pengalaman yang beliau dapatkan.