Diari, Dengarkan ceritaku ya.
Kuberitahu kamu ya Di, aku mengaguminya.
Iya, hanya sebatas mengagumi.
Dia sahabat baikku.
Aku tahu, takada manusia yang sempurna.
Tapi bagiku, dia begitu sempurna, takada cela.
Dia sangat sayang keluarga.
Dia sangat memuliakan wanita.
Dia senang bercanda.
Dia berwawasan luas
Nyaris segala hal bisa.
Dari tanaman sampai politik.
Dari makanan sampai musik.
Bicara dengan siapapun nyambung.
Dia sangat rendah hati.
taksuka dipuji.
Meski dia sangat piawai.
Dia takpernah tunjukkan prestasi, meski banyak yang dia miliki.
Benar-benar beruntung aku mengenalnya.
Setiap kali kita ngobrol, dia tunjukkan rasa nyaman.
Sesekali dia berikan arahan.
Jika ada sesuatu yang kutanyakan.
Dia begitu sabar dan telaten menjelaskan.
Kamu pasti bertanya-tanya ya Di, siapakah dia?
Dia bukan pejabat, bukan pula dari golongan konglomerat.
Dia sosok pendengung maslahat.
Darinya aku banyak belajar.
Belajar tentang apapun.
Tentang hidup dan kehidupan dan segala tetek bengeknya.
Kamu pasti mau bilang beginikan Di, orang yang aku ceritakan ini hanya ada pada novel atau cerpen-cerpen karangan penulis fiksi.
Nyatanya tidak, dia benar-benar ada, Di.
Aku tahu, ia pasti memiliki kekurangan, karena dia juga manusia biasa, bukan Dewa.
Namun, sepanjang aku mengenalnya, aku belum bisa menemukannya.
Oh iya, sekarang aku baru menyadari.
Satu-satunya kekurangan yang dia miliki adalah, dia takbisa mencegahku untuk mengaguminya.
Aku tahu, sikapnya tidak hanya padaku saja.
Akupun tahu, banyak pula yang mengaguminya.
Aku tulis ini, sebagai utusan batin.
Tolong tanyakan padanya ya Di, maukah dia kukagumi? Iya, sekadar mengagumi.
Tolong ceritaku ini dirahasiakan ya Di.
Jangan sampai orang lain tahu.
Aku kan malu.
Terima kasih ya Di.
Kamu memang baik hati.