Kemarin di grup WA teman seprofesi tetiba ramai, tersebab ada salah seorang teman yang mengunggah gambar buah kepel disertakan beberapa manfaat dari buah tersebut. Yang mengunggah gambar adalah Pak Muslihin.
Ramai-ramai Pesan Buah Kepel
Satu persatu teman-teman pada pesan. Ada yang pesan 2 kilo, ada yang 3 kilo, 4 kilo bahkan 6 kilo. Sayapun tak ketinggalan ikut-ikutan pesan. Saya iseng nanya, Pak, kapan buahnya dipetik, saya ingin lihat pohon yang lebat buahnya dari dekat.
Setelah diberitahu metiknya jam 14.00 sayapun meluncur ke lokasi. Ternyata buahnya sudah dipetik. Namun masih ada dua pohon lagi yang masih lebat buahnya dan bisa dilihat dari dekat untuk sekadar tahu dan selfi di dekat pohon itu.
Pohon Kepel itu Berumur Lebih dari Lima Puluh Tahun
Saya nanya-nanya, seputar Buah Kepel ini kepada Pak Muslihin dan istrinya. Pemilik pohon Kepel ini sebenarnya adalah mertua dari Pak Muslihin.Â
Pekarangannya sangat luas, nuansa khas pedesaan sangat terasa. Di pekarangan itu tumbuh aneka tanaman dan buah. Mulai dari pohon kepel, sawo, durian, manggis, pisang, lasep dan tanaman lainnya.
Tanaman itu tumbuh subur tanpa adanya perawatan khusus. Memenuhi halaman depan sebelah kanan dan kiri, tersisa bagian tengah yang dijadikan akses keluar masuk rumah setelah berangkat dan pulang dari bepergian.
Di pekarangan belakang, tanaman tumbuh sama rimbunnya. Saat mendekati pohon Kepel, saya disambut sekawanan nyamuk yang mendengung-ndengung, seakan memperkenalkan diri, ada orang asing yang datang. Maklum, pekarangannya dipenuhi banyak tanaman yang rindang dan rimbun, membuat nyamuk betah tinggal.
Saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto dekat pohon kepel. Sudah cukup lama saya tak melihat pohon kepel dari dekat. Terakhir saya lihat sewaktu masih duduk di bangku SMP. Saya lihat pohon kepel di rumah paman. Setelah itu takpernah melihatnya lagi, dan baru hari ini saya melihat pohon kepel lagi.
Ada beberapa keterangan yang saya dapatkan siang tadi. Pohon kepel milik mertua Pak Muslihin ini sudah berumur lebih dari 50 tahun. Pohonnya cukup besar dan menjulang tinggi. Pohon kepel berbuah hanya setahun sekali. Satu pohon kepel yang buahnya lebat, sekali panen bisa menghasilkan buah sampai 1 kwintal.
Pohon Kepel Milik Mertuanya Pak Muslihin Berbuah Lebat
![Pohon kepel yang berbuah lebat | Foto: Siti Nazarotin](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/20/img20210220143809-60311b518ede48671a09bfd3.jpg?t=o&v=770)
Itu masih dari pohon kepel. Belum dari tanaman lainnya. Lumayanlah sebagai tambahan pemasukan buat ibu mertuanya Pak Muslihin yang sudah lama ditinggal wafat oleh suaminya.Â
Sementara ke tiga anaknya sudah berkeluarga, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tentulah tidak bisa mengandalkan dari anak-anaknya, karena mereka juga repot mencukupi kebutuhan keluarganya sendiri.
Melihat banyak tanaman yang bisa menghasilkan, kiranya ibu mertua dari Pak Muslihin tidak khawatir untuk sekadar mencukupi kebutuhannya sendiri.
Lima Fakta Mengapa Buah Kepel Terancam Punah
Kembali pada buah kepel, mungkin Anda masih asing dengan buah ini. Saat ini buah kepel termasuk buah langka yang terancam punah. Mengapa demikian? Setidaknya ada beberapa fakta yang membuat buah kepel ini terancam punah, yaitu:
1. Pohon kepel adalah jenis pohon yang setelah berumur puluhan tahun baru bisa berbuah.
Hal ini membuat buah kepel jarang ada yang melirik. Butuh waktu yang lama baru bisa dinikmati buahnya atau hasilnya. Sangat tidak efektif.
![Biji buah kepel | Foto: Siti Nazarotin](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/20/img-20210220-205620-60311bb4d541df264c2fc2a3.jpg?t=o&v=770)
3. Fakta nomer 1 dan 2 ini cukup menjadi alasan orang enggan membudidayakan buah kepel ini.
4. Karena masih jarang yang membudidayakan buah kepel ini, membuat buah kepel kurang dikenal, akhirnya menjadikan harga buah kepel sangat murah.
5. Belum ada home industri yang mengolah buah kepel secara serius. Misalnya dijadikan olahan sirup atau olahan dodol buah kepel atau apalah.
Tidak seperti buah lainnya, di kanal youtube maupun di konten kuliner lainnya, masih sangat sedikit yang mengangkat buah kepel sebagai olahan makanan.
Gerakan Menanam 1000 Pohon Kepel Oleh IPKINDO Daerah Ibukota Yogyakarta
Tanaman asli jawa  yang mempunyai nama latin Stele Chorar pus burahol ini tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang mencapai 40 cm.
Buah kepel ini tergolong unik, karena bunga dan buahnya muncul menggerombol di batang pohon, bukan dari  pucuk ranting atau dahannya. Besar buah kepel ini sekepal tangan manusia sehingga kepel (kepal) digunakan untuk penamaan buah ini.Â
Cara mengenali apakah buah kepel sudah masak adalah dengan menggores sedikit kulit luarnya, kalau sudah berwarna kekuningan berarti buah itu sudah masak, kalau masih hijau berarti belum masak.
![Cara memakan buah kepel: dibelah, lalu dikerokoti daging buahnya | Foto: Siti Nazarotin](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/20/img20210220183108-60311a1bd541df738c7d43f2.jpg?t=o&v=770)
Adalah IPKINDO (Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia) Daerah Ibukota Yogyakarta  pernah membudidayakan pohon kepel dengan gerakan menanam 1000 pohon kepel kawasan hutan lindung Mangunan daerah Bantul Jawa Tengah. Dengan tujuan untuk melestarikan buah kepel sehingga bisa lebih dikenal secara luas dan tidak mengalami kepunahan.
Dari Deodoran Alami Sampai Alat Kontrasepsi
Konon buah kepel ini adalah buah favorit para putri raja pada zaman dahulu, terutama di keraton Yogyakarta. Dengan baunya yang wangi, buah kepel dipercaya sebagai deodoran alami.
Selain sebagai deodoran alami ternyata buah kepel memiliki beberapa manfaat antara lain, bisa menyembuhkan batu ginjal, radang ginjal, menurunkan asam urat, peluruh kencing, menjadikan kemandulan sementara (sebagai alat Kontrasepsi) dan lain-lain.
Mari Kita Dukung Pelestarian Buah Kepel
Menilik dari catatan seputar buah kepel yang kurang tersohor ini, kiranya sangat dibutuhkan gerakan untuk membudidayakan buah kepel berikut olahannya.Â
Apabila ditangani dengan sungguh-sungguh, dan akan sangat baik bila ada campur tangan dari dinas terkait, niscaya buah kepel bisa menjadi buah favorit dengan berbagai olahan makanan sebagai bahan dasar maupun bahan tambahan. Mungkin Anda berminat?
Akhir kata, mari kita dukung pelestarian buah kepel, sehingga keberadaan buah kepel bisa semakin dikenal oleh masyarakat dan menjadi buah yang diminati.
Salam hangat.
Siti Nazarotin
Blitar, 20 Februari 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI