Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Empat Hal yang Bisa Saya Teladani dari Ibu

16 November 2020   04:05 Diperbarui: 16 November 2020   04:16 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: asshidiqaqiqah via paluipuntik.com

Ibu adalah sosok yang sangat berjasa bagi semua orang, tentunya ayahpun juga sangat berjasa bagi kehidupan kita. Namun pada tulisan kali ini saya fokuskan pada pembahasan sosok ibu.

Ibu saya hebat

Begitu juga dengan ibu saya. Ibu saya adalah orang yang hebat. Meskipun beliau bukan pejabat, bukan pegawai negeri dan bukan tokoh publik atau menyandang jabatan apapun. Ibu saya hanyalah ibu rumah tangga biasa.

Lalu mengapa saya katakan hebat? Apa keistimewaan ibu saya?

Justru karena ibu saya adalah wanita biasa itulah mengapa saya katakan hebat. Wanita biasa yang tak mengenyam pendidikan tinggi bahkan SMP pun beliau tidak tamat. Namun sepanjang hidupnya beliau adalah sosok yang sangat menginspirasi.

Empat hal yang bisa saya teladani dari ibu

Banyak hal yang beliau ajarkan kepada anak-anaknya. Banyak pula teladan yang beliau berikan. Di antara banyak teladan yang beliau berikan setidaknya ada empat hal yang bisa saya rangkum di tulisan saya ini.

Adapun empat teladan dari ibu saya adalah:

1. Kedisiplinan
Ibu saya adalah orang sangat disiplin. Disiplin di sini misalnya ketika beliau punya hutang kepada anaknya, ataupun anaknya yang punya hutang kepada beliau, kalau sudah jatuh tempo pastilah ditanyakan.

Beda lagi kalau niatnya beliau memberi. Jadi meskipun dengan keluarga, ibu selalu disiplin dalam bertransaksi.

Pun sangat disiplin dalam beribadah. Beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan ibadah wajib. Malah ibadah sunnahpun dilakukan ibu dengan istiqomah.

2. Teguh pendirian
Ibu saya adalah orang yang sangat teguh pendirian. Kalau sudah punya prinsip terhadap sesuatu, beliau takmudah dipengaruhi orang lain, bahkan keluarganya sendiri.

3. Pekerja keras
Ibu saya seorang pekerja keras. Meskipun pekerjaan ibu bukanlah  yang prestise namun beliau sangat rajin dalam menekuni pekerjaannya.

Sejak menikah dengan ayah, ibu saya mulai bekerja. Bekerja apapun yang penting menghasilkan. Demi mendapatkan tambahan keuangan, karena pada awal-awal pernikahan ayah saya belum memiliki pekerjaan tetap.

Ibu selalu kreatif menghasilkan uang. Pernah menjadi pengrajin/pembuat tampar/tali dari serat kayu waru sekaligus menjadi pengepul tampar dari tetangga kanan kiri.

Pernah menjadi penjahit, selain menjahit baju juga bisa bordir. pernah menjadi buruh tani, mulai menanam, menyiangi rumput sampai memanennya.

Pernah buka toko kelontong yang sempat laris dan punya banyak pelanggan. Terakhir ibu saya menekuni pekerjaan sebagai penjual pakaian.

Dari hasil pekerjaaan sebagai penjual pakaian inilah ibu saya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit yang pada akhirnya bisa terkumpul dan digunakan untuk biaya menunaikan ibadah haji bersama ayah di tahun 2013 lalu.

Dari serentetan pekerjaan yang pernah dijalani ibu, menunjukkan bahwa ibu adalah seorang pekerja keras dan penuh semangat.

4. Religius
Ibu saya adalah orang yang sangat rajin beribadah. Baik ibadah wajib maupun sunnah ajeg beliau amalkan.

Ibu saya juga aktif di organisasi sosial dan kegiatan keagamaan. Meskipun lingkupnya kecil, ibu saya termasuk penggiat kegiatan ibu-ibu di lingkungan kami.

Dari ibulah saya pertama mengenal agama. Ibu selalu mengajak anak-anaknya terutama saya sebagai satu-satunya anak perempuan untuk rajin menjalankan ibadah shalat dan puasa pun ibadah lainnya.

Sebenarnya banyak hal dari ibu yang bisa saya teladani. Namun ke-empat hal di atas kiranya sudah mewakili.

Ibu adalah sekolah pertama bagi saya

Maka kalau seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengatakan " Al Ummu Madrasatul ula" yang artinya "Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya" adalah sangat tepat.

Pada tanggal 7 November kemarin, genap dua tahun ibu saya menghadap keharibaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Satu hal yang ingin saya sampaikan, semoga saya bisa meneladani ibu saya, menjadi seorang ibu yang bisa diteladani oleh anak-anak saya.

Buat ibu, semoga bahagia di sisiNya. Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fu 'anha. Aamiin

Artikel ini ditulis dalam rangka mengikuti blog event menulis dengan tema "Ibuku Sekolah Pertamaku. Semoga bermanfaat.
Aamiin

Siti Nazarotin
Blitar, 16 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun