Suami istri adalah dua orang yang berbeda latar belakang menyatu mengarungi biduk rumah tangga. Suka duka sudah seharusnya dilalui dan dirasakan bersama.Menyatu dalam ikatan pernikahan, saling percaya, saling menjaga sampai saling membantu menyelesaikan semua tugas dalam rumah tangga.
Istri bekerja itu sudah biasa
Sekarang zaman sudah lebih maju dan terbuka. Meskipun kewajiban mencari nafkah adalah tugas suami, namun tidak menutup kemungkinan, seorang istri juga mengerjakan tugas ini. Bahkan sekarang hampir merata, wanita memasuki dunia kerja seperti laki-laki.
Akan halnya saya, kebetulan bekerja  dan pekerjaan saya sebagai guru mengharuskan saya keluar rumah seharian. Mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang kadang sampai sore hari baru bisa pulang.
Sedangkan suami kebetulan bekerja di rumah. Secara otomatis suamilah yang banyak tinggal di rumah. Karena bekerja di rumah dan pekerjaannya lepas, artinya tidak terikat dengan siapapun, suami menjadi lebih leluasa bekerja.
Suami istri bertukar peran, siapa takut
Tentunya hal ini memberikan peluang kepada suami untuk mengerjakan pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh seorang istri. Misalnya mencuci pakaian, mencuci piring, merebus air putih dan lain-lain.
Jadi selama ini, saya dan suami sudah terbiasa bertukar peran. Saya yang bekerja keluar dan suami yang di rumah. Bagi saya hal ini tidak menjadi masalah. Justru kalau suami atau istri tidak mau bertukar peran maka banyak pekerjaan rumah yang terbengkalai. Pekerjaan kantor juga akan keteteran.
Coba saja dibayangkan, andai saja suami saya bersikeras tidak mau mengambil alih sebagian, ingat lo ya, hanya sebagian dari tugas istri. Misalnya sebelum jam 7 saya harus sudah siap berangkat kerja, sementara peralatan yang dipakai memasak belum dibereskan, baju belum dicuci dan sebagainya dan sebagainya.
Makanya antara suami istri harus berbagi tugas agar semua berjalan dengan baik.
Kuncinya adalah saling memahami
Suami menyadari kalau pekerjaan saya menuntut  untuk banyak di luar rumah, sehingga ada pekerjaan rumah yang tidak bisa saya lakukan dan suami bisa hendel.
Sayapun juga sangat berterima kasih pada suami karena telah dibantu menyelesaikan tugas di rumah. Karena saya bekerjapun bertujuan untuk membantu suami, agar keluarga semakin sejahtera.
Dengan adanya saling menyadari, saling memahami pekerjaan dan peran masing-masing, saling membantu dan saling melengkapi Insya Allah dalam rumah tangga akan baik-baik saja.
Namun saya sebagai istri, wajib menghormati dan mendengarkan apa kata suami. Setiap berangkat atau keluar rumah, selalu izin pada suami. Bahkan setiap kali saya ada acara khusus atau saya ditunjuk atasan untuk tugas tertentu, saya selalu izin dan minta doa restu kepada suami.
Jika suami ridha, Allahpun akan ridha
Restu dan ridha suami bagi saya adalah, sebuah spirit yang tak ternilai. Bisa menumbuhkan semangat saat saya mengalami down. Bisa menambah kekuatan batin dalam melakukan sesuatu.
Percaya atau tidak, semua acara saya Alhamdulillah lancar dan sukses berkat ridla dan dukungan suami.
Apabila seorang wanita sudah menikah, ridha suami berada di atas ridha orang tua. Jikalau suami sudah ridha terhadap istri, niscaya Allah akan ridha. Kalau Allah ridha, siapapun tidak bisa menghalangi. Â Maka kemudahan-kemudahan akan mengalir pada seorang istri. Inilah yang selalu saya pegangi dan mudah-mudahan terus bisa saya lakukan.
Oleh karena itu, bagi saya bertukar peran adalah hal yang biasa dan tak menjadi masalah. Semoga artikel ini bermanfaat. Selamat bertukar peran ya.
Salam hangat
Siti Nazarotin
Blitar, 15 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H