Bibirku mengikuti takbir, tak terasa bulir-bulir bening jatuh ke gaun yang kupakai. Dada terasa sesak, antara haru dan bahagia. Rasa haru karena tak bisa berkumpul dengan semua keluarga besarku. Bahagia karena Idul Fitri telah tiba.
Saudara kembarku tak bisa pulang karena dia bekerja di sebuah rumah sakit yang menjadi rujukan pasien Corona. Orang kembar itu selalu merasakan apa yang dirasakan saudara kembarnya. Bila saudara kembar kita sedang sedih dan ada masalah, pasti yang lain ikut merasakan. Begitu juga aku.
Semoga Corona cepat berlalu dan aku bisa berkumpul dengan kembaranku bersama keluarganya. Semoga dia sehat-sehat saja.
Kembali aku dengar lantunan takbir. Semakin malam semakin ramai, bersahut-sahutan dari beberapa mushalla dan masjid di kampungku.
Allahu Akbar Walillahil Hamdu.
Hatiku menjadi lebih tenang. Selanjutnya aku ambil wudu untuk tunaikan shalat 'Isyak berjamaah dengan suami dan anakku.
Siti Nazarotin
Blitar, 23 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H