Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kalap Belanja? Jangan Sampai ya

2 Mei 2020   08:15 Diperbarui: 2 Mei 2020   08:21 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: www.tribunnews.com

Kalau bicara tentang aksi borong memborong barang atau kalap belanja, pasti mengarah kepada kaum wanita atau ibu-ibu. Karena pada kenyataannya wanitalah yang gampang tergoda dengan barang-barang jualan, baik itu berupa makanan, pakaian, pernak-pernik dan asesoris lainnya. 

Apalagi bulan Ramadhan seperti ini. Kebutuhan akan bahan makanan tiba-tiba meningkat. Tersebab semua umat islam membutuhkannya untuk menyiapkan menu buka puasa dan sahur. Tidak hanya untuk kebutuhan keluarga sendiri, tapi untuk sanak famili atau tetangga yang kurang mampu.

Secara, sebagian besar dari kita, selama 11 bulan telah menjalani hari-hari biasa, dalam artian makan sehari-hari dengan menu yang sederhana. Uang ditabung dan dihemat memang tujuannya untuk menghadapi bulan ramadhan dan hari raya. Menabung mandiri di bank, menabung di koperasi, menabung di kumpulan PKK dan lain-lain, dan kebanyakn diambil pada bulan ramadhan.

Ada banyak kebutuhan dalam bulan ramadhan dan bulan syawal. Kebutuhan syar'i dan kebutuhan tradisi yang harus bisa dipenuhi umat islam.

Kebutuham syar'i misalnya untuk membayar zakat fitrah dan zakat mal juga ingin lebih banyak bersedekah karena memang Allah menjanjikan bahwa amalan di bulan ramadhan akan mendapat pahala yang berlipat.

Adapun kebutuhan tradisi misalnya, beli baju baru, beli aneka kue lebaran, menyiapkan angpao untuk anak-anak yang bertandang. Karena tradisi silaturrahmi ini sudah baik dan perlu dilestarikan. Hanya perlu kesadaran saja bahwa kita tidak boleh berlebih-lebihan.

Kebutuhan syar'i kita tidak bisa mengelaknya pun kebutuhan tradisi. Namun yang harus kita ingat, harus tetap diperhatikan, janganlah belanja melebihi batas kewajaran. Jangan menumpuk bahan makanan terlalu banyak.

Ilustrasi gambar: aceh.tribunnews.com
Ilustrasi gambar: aceh.tribunnews.com
Saya setuju dengan tulisannya Mbak Zahrotul Mujahidah, untuk belanja bahan makanan, cukuplah menyetok untuk 2 atau 3 hari ke depan. Beri kesempatan kepada orang-orang yang  kurang mampu agar mereka juga bisa memenuhi kebutuhannya. Jangan asal borong saja. 

Meskipun pada bulan ramadhan kita mendapatkan uang dari beberapa pos seperti yang saya sebutkan tadi. Karena sejatinya hakekat puasa sendiri adalah menahan hawa nafsu. Tidak hanya menahan makan dan minum, tapi juga menahan nafsu agar tidak boros, menahan nafsu agar tidak berbuat maksiyat dan hawa nafsu lainnya. Apalagi sekarang lagi prihatin dengan adanya pandemi covid19. Harus lebih ditahan lagi nafsunya.

Diharapkan setelah puasa berakhir, kita bisa mencapai predikat la 'allakum tattaquun (menjadi orang yang bertaqwa), kembali suci (suci secara lahir maupun batin), menjadi hamba yang pandai bersyukur dan lain-lain.

Indikasinya adalah semakin meningkat iman dan taqwanya dan semakin baik akhlaqnya kepada sesama manusia dan sesama makhluq.

Jadi, belanja sih boleh-boleh saja. Tapi jangan main borong dan pakai aksi timbun menimbun. Karena akan merusak perekonomian dan merugikan banyak orang.

Akhirnya, semoga umat islam semakin menyadari hakekat puasa yang sebenarnya dan semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT. Aamiin

Siti Nazarotin
Blitar, 2 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun