Andai saja Coronavirus tidak melanda, pasti anak-anak bisa ke sekolah seperti biasanya. Ketemu bapak ibu guru dan teman-teman sekelas. Dapat uang jajan dan bisa beli jajan di kantin sekolah sambil berdesak-desakan penuh canda ria. Bisa bebas berekspresi, bisa berpetualang ke sana ke mari.
Baca juga : Mendengarkan Musik Bisa Membantu Kita untuk Meningkatkan Semangat belajar
Suka duka belajar di rumah
Karena himbauan untuk belajar di rumah, mau tidak mau harus patuh dan setuju, dan tanpa terasa sudah sebelas hari berlalu. Masih seperti hari-hari kemarin, dengan dibimbing orang tua, mereka mengerjakan tugas manual maupun online.
Sukanya, sebagian besar orang tua merasa sangat senang bisa terus bersama buah hatinya sepanjang waktu. Bisa memantau belajar anak, bisa memperhatikan dan membantu mengerjakan tugas anak.
Pagi hari tidak ribet, sebab kalau belajar di sekolah harus mempersiapkan semuanya, bangun harus lebih awal, sarapan pagi dan tetek bengek lainnya.
Bagi anak yang terbiasa memakai hand phone, merasa senang belajar di rumah, apabila ada tugas yang tidak dimengerti, bisa langsung browsing di internet, dan merasa mendapat kesempatan emas untuk berlama-lama memakai hand phone, tentunya dengan dalih mengerjakan tugas.
Sedangkan dukanya, bagi orang tua adalah, hampir seluruh waktunya tervorsir untuk membimbing anaknya dalam belajar. Sementara banyak tugas lainnya juga harus dikerjakan. Orang tua harus benar-benar bisa membagi waktu agar semua berjalan dengan lancar.
Belum lagi bagi orang tua yang gaptek, akan merasa kesulitan mana kala tugas anak berupa tugas online dan akan memakan quota yang bagi mereka juga menjadi sebuah persoalan, karena harus mengeluarkan uang khusus untuk itu.
Baca juga :Â Penerapan Keterampilan Mengajar dalam Upaya Penyampaian Hasil Belajar
Sering pula orang tua terlibat pertengkaran kecil dengan anak gegara anak ogah-ogahan mengerjakan tugas. Orang tua harus membujuk anak dengan berbagai cara agar mau belajar.