Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar yang ke-695 dan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-74 Pemerintah Kecamatan Kanigoro bekerja sama dengan semua instasi mengadakan berbagai macam kegiatan. Mulai dari kegiatan lomba, kirap panji Hurub Hambangun Praja, upacara bendera, malam tirakatan dan doa serta malam tasyakuran.
Setiap tahun peringatan tersebut rutin diadakan, dengan berbagai kreatifitas yang tentunya disesuaikan dengan kondisi. Kali ini pemerintah Kecamatan kembali menggelar beberapa kegiatan namun dengan kemasan yang sedikit berbeda dengan tahun lalu.
Jenis lomba yang akan diadakan ada beberapa yang sama dan mengacu pada lomba tahun lalu namun ada juga yang beda. Tahun ini direncanakan ada lomba Jaranan yang diikuti oleh semua desa. Dengan tujuan untuk melestarikan budaya tradisional yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
Kegiatan lain yang berbeda dengan tahun lalu adalah Kirap Panji Hurub Hambangun Praja.
Di mana Hurub Hambangun Praja merupakan motto atau semboyan Kabupaten Blitar.
Hari ini (02/08) kirap Panji Hurub Hambangun Praja diikuti oleh semua instansi yang ada di kecamatan Kanigoro. dengan start dari Lapangan Tawangsari Garum menuju selatan dan keliling desa se kecamatan Kanigoro dan finish di area Candi Lawang Wentar Desa Sawentar Kanigoro.
Seiring dengan masuknya agama Islam ke Nusantara, terutama di daerah jawa yang berkembang pesat atas jasa Wali Sanga salah satunya Sunan Kalijaga. Beliau mengembangkan ajaran agama Islam melalui budaya dan adat istiadat masyarakat jawa.
Menurut Sunan Kalijaga, Kiblat papat berarti empat jenis nafsu manusia yaitu nafsu lawwamah, nafsu sufiah, nafsu amarah dan nafsu mutmainnah.
Nafsu lawwamah berarti instink dasar manusia, ingin makan dan minum, ingin tidur, ingin berumah tangga dan lain-lain.
Nafsu Sufiyah berarti keinginan untuk dipuji, untuk kaya, mendapatkan derajat atau jabatan dan lain-lain.
Nafsu amarah berarti keinginan untuk mempertahankan harga diri. Nafsu mutmainah berarti nafsu yang mengajak ke arah kebaikan.
Sedangkan lima pancer diartikan "mata hati" yang bersumber dari kesejatian "min ruhi" yang dianugerahkan oleh Ilahi. Keempat nafsu tersebut harus dirawat, diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal dalam bimbingan hidayah ilahi.