MINI RISET ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Analisis Laporan Keuangan melalui Perhitungan Rasio Keuangan Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Profitabilitas PT Erajaya SwasembadaÂ
(Studi kasus pada Perusahaan Erajaya Swasembada di Indonesia)
Objek riset
:
Rasio likuiditas, Aktivitas dan Profitabilitas yang bersumber pada laporan keuangan perusahaan :
PT Erajaya Swasembada (ERAA)
Tujuan riset
:
Mengetahui perbedaan (secara deskriptif) kondisi keuangan perusahaan komersil pada tiap tahunnya.
Menganalisis laporan keuangan perusahaan di atas.
Tahun riset
:
Tahun 2019, 2020, 2021, dan 2022
Batasan
:
Rasio Likuiditas yang dihitung adalah Rasio lancar dan Rasio Kas
Rasio Solvabilitas yg dihitung adalah Rasio Persediaan dan Piutang
Rasio Profitabilitas yg dihitung adalah Rasio profit margin atau GPM
Data awal
Berikut grafik perkembangan ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset Perusaahan Erajaya Swasembada di Indonesia dari tahun 2019 sampai dengan 2022:
Gambar 1. Grafik Perkembangan Ukuran Perusahaan Erajaya Swasembada di Indonesia
Tahun 2019 s.d 2022
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah aset dari tahun 2019 hingga 2022 terjadi kenaikan yang signifikan terhadap Perusahaan Erajaya Swasembada jika dilihat dari total asetnya. Hal tersebut yang menyebabkan Perusahaan berarti mengalami keuntungan yang besar jika dilihat dari total aset pada tiap tahunnya. Karena pada grafik diatas menunjukkan PT Erajaya Swasembada pada 2019-2022 belum ada mengalami penurunan total aset.
Namun apabila dilihat dari analisis Teknik horizontal pada tahun 2020 total aset mengalami kenaikan sebesar 0,2222 Kali dari Tahun 2019. Begitupula apabila dilihat dari analisis Teknik Horizontalnya pada tahun 2022 total aset mengalami kenaikan sebesar 0,5454 Kali dari Tahun 2021.
Â
Penyajian Data
Tabel 1. Tabel data yang dibutuhkan untuk Analisis Rasio Keuangan
- Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah kemampuan Perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka pendek. Biasanya Rasio Likuiditas digunakan untuk melihat kemampuan Perusahaan dalam membayar atau melunasi pembiayaan yang bersifat dalam waktu jangka pendek seperti misalkan Biaya Bayar Listrik, Telepon, Air. Gaji Karyawan, Upah lembur dan sebagainya. Contoh dari Rasio Likuiditas seperti Quick Ratio, Cash Ratio, NWC to TA.
Rasio yang digunakan adalah rasio lancar dan rasio kas. Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
Rasio lancar          =  Aset Lancar/Hutang Lancar
Rasio kas            =  Kas dan Setara Kas/Hutang Lancar
Tabel 2. Tabel Perhitungan Rasio lancar PT Erajaya Swasembada
Gambar 2. Diagram Rasio Lancar PT Erajaya Swasembada
Berdasarkan diagram diatas, rasio likuiditas PT Erajaya Swasembada di tahun 2019 adalah 3,61 artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 3,61 aset lancar. Kemudian di tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 5,97 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin tinggi dibandingkan tahun 2019. Hingga pada tahun 2021 Rasio Likuiditas PT Erajaya Swasembada mengalami kenaikan yang cukup pesat bahkan tinggi di titik 8,83 artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 8,83 aset lancar. Dan pada tahun terakhir di 2022 Rasio Likuiditas PT Erajaya Swasembada justru mengalami penurunan menjadi 4,89 yang berarti pada tahun 2022 Perusahaan tidak mampu menjamin kewajiban jangka pendeknya sehingga mengalami penurunan.
Tabel 3. Tabel Perhitungan Rasio Kas PT Erajaya Swasembada
Gambar 3. Diagram Rasio Kas  PT Erajaya Swasembada
Berdasarkan diagram diatas, rasio Kas PT Erajaya Swasembada di tahun 2019 adalah 0,58 artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 0,58 Kas dan Setara Kas. Kemudian di tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 1,07 dengan ditnjukkan pada tabel adanya kenaikan rasio Kas dan Setara Kas dibandingkan tahun 2019. Kemudian Pada tahun 2021 Rasio likuiditas mengalami penurunan drastis dengan ditandai Rasio Kas dan Setara Kas berada pada -0,79 yang berarti Perusahaan tidak mampu mempertahankan rasio Kas dan Setara Kas perusahaannya sehingga mengalami kerugian. Kemudian tahun terakhir 2022 perusahaan mampu meningkatkan rasio Kas dan Setara Kasnya pada 0,30 yang berarti menunjukkan kondisi likuiditas Perusahaan membaik dengan meningkatnya rasio Kas dan Setara Kas
- Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar Perusahaan mampu dibiayai oleh hutangnya. Rasio ini juga menunjukkan rasio Perusahaan. Contoh rasio ini adalah Debt Ratio, Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio, times interest earned.
Rasio yang digunakan adalah Debt to Equity ratio (DER). Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
      DER               =  Total Hutang/Total Ekuitas
Tabel 4. Tabel Perhitungan DER PT Erajaya Swasembada
Gambar 4. Diagram Rasio DER PT Erajaya Swasembada
Berdasarkan diagram diatas, rasio DER PT Erajaya Swasembada di tahun 2019 adalah 0,96 artinya Dari keseluruhan asset yang dimiliki Perusahaan sebesar 96% didanai oleh hutang. Begitu pula pada 2020 perusahaan didanai oleh hutang sebesar 97%. Menunjukkan kenaikan dana hutang yang artinya perusahan memburuk disebabkan pengelolaan hutang yang tidak efisien. Kemudian pada 2021 Rasio DER mengalami penurunan sebesar 76% yang artinya Perusahaan sempat mengalami kenaikan karena dapat mengelola hutangnya secara perlahan. Hingga pada tahun terakhir 2022 perusahaan Kembali mengalami masa penurunan atau kerugian disebabkan Rasio DER yang naik hinnga pada 1,37%. Hingga dapat dikatakan Perusahaan belum mampu untuk mengoptimalkan hutang yang ada sehingga Perusahaan dikatakan tidak efisien.
- Rasio Profitabilitas. Rasio Profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan Perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio maka semakin baik profitabilitasnya. Contoh rasio ini adalah GPM, NPM, ROA/ROI dan ROE.
Rasio yang digunakan adalah Profit Margin Ratio atau Gross Profit Ratio. Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
      Profit Margin Ratio(GPM)   =  Laba Bruto/Penjualan
Tabel 5. Tabel Perhitungan GPM PT Erajaya Swasembada
Gambar 5. Diagram Rasio GPM PT Erajaya Swasembada
- Berdasarkan diagram diatas, rasio GPM PT Erajaya Swasembada di tahun 2019 adalah 0,09 artinya Perusahaan mampu menghasilkan laba kotor(sebelum pajak dan bunga) sebesar 9% dari penjualan yang diterimanya. Kemudian di tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 0,10 dengan ditnjukkan pada tabel adanya kenaikan rasio GPM dibandingkan tahun 2019. Begitupula pada tahun 2021 dan 2022 terjadi kenaikan sebesar 0,11 atau 11% dari tahun sebelumnya. Yang artinya menunjukkan terjadi kenaikan profitabilitas yang memaknai kinerja keuangan Perusahaan yang semakin membaik.Â
- Kesimpulan
- Maka dapat disimpulkan pada mini riset yang dilakukan peneliti bahwa dalam analisis rasio Likudiitas, Sovabilitas dan Profitabilitas Laporan Keuangan PT Erajaya Swasembada pada tahun 2019 hingga 2022 dapat terpaparkan dalam analisis keuangan diatas. Yang menunjukkan bahwa terjadinya kenaikan dan penurunan yang tidak stabil dalam Perusahaan PT Erajaya Swasembada ini. Jika dilihat dari total aset Perusahaan ini memang bisa dikatakan selalu mengalami kenaikan. Namun ketika peneliti melakukan analisis lebih dalam diketahui bahwa dalam rasio Kas modal Perusahaan ini masih sangat didanai oleh hutang-hutangnya.
- Begitu pula dengan Kewajiban Jangka Pendeknya Perusahaan masih belum mampu dalam mengatasi hal tersebut. Namun dapat disimpulkan pula bahwa Perusahaan ini apabila selalu melakukan evaluasi atas Laporan Keuangannya maka masih bisa terus mengalami kenaikan secara signifikan karena dalam analisis Kas dan Setara Kas yang saya lakukan Perusahaan ini masih mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaannya.
Referensi
Hanafi, Mamduh M. (2013). Manajemen Keuangan (edisi 1). BPFE. Yogyakarta.
Laporan Keuangan PT Erajaya Swasembada Tahun 2019-2020 file:///C:/Users/USER/Downloads/FinancialStatement-2020-Tahunan-ERAA%20(1).pdf
Lapotan Keuangan PT Erajaya Swasembada Tahun 2021-2022 file:///C:/Users/USER/Downloads/FinancialStatement-2022-Tahunan-ERAA%20(2).pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H