Kebebasan berpendapat di Indonesia sudah merupakan sebuah hak yang dilindungi oleh konstitusi. Sebagaimana dalam pasal 28E ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945), mengamanatkan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Didalam artikel ini kita akan membahas tentang jenis berbicara ilmiah. Sebelum kita mengetahui apa saja jenis berbicara, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu berbicara? Tujuan dalam berbicara untuk apa? mengapa berbicara itu sangat penting? dan mengapa berbicara itu harus dilatih dengan baik? Baik kitaa simak penjelasannya sama-sama.
Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengeksperasikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan juga bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) dengan memanfatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Jadi, dapat kita pahami bahwa berbicara bukan hanya mengandalkan fisik atau fsikis, tetapi harus dipahami antara fisik dan psikis harus menjalin kerja sama yang baik, agar terciptanya sebuah bunyi bahasa yang menghasilkan makna.Â
Lalu, apa tujuan dalam berbicara?
Tujuan merupakan sesuatu yang paling fundamental dalam berbicara, karena tanpa memperhatikan tujuan dengan jelas maka bunyi-bunyi ujaran yang disampaikan tidak bermakna dengan baik, sehingga akan mengambang dan tidak mencapai sebuah klimaks dan titik final dari sebuah komunikasi. Maka dari itu, terdapat beberapa aspek tujuan dalam berbicara, diantaranya :
- Mengeksperasikan pikiran, perasaan imajinasi, gagasan, ide dan pendapat
- Memberikan respon atau makna
- Menghibur oranglain
- Membujuk atau memengaruhi oranglain
- Menyampaikan informasi kepada oranglain
Lalu, apa saja jenis dalam berbicara?
Adanya berbagai jenis bicara karena ada berbagai titik pandang yang digunakan orang dalam mengklasifikasikan berbicara adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan situasinya, terdapat berbicara informal dan formal. Dalam situasi formal pembicara dituntut untuk berbicara secara formal pula. Contohnya percakapan yang dilakukan dalam kehidupan sehari- hari. Sebaliknya dalam situasi tidak formal, pembicara harus berbicara secara tidak formal pula. Contohnya berbicara saat ceramah dan interview.
2. Dilihat dari tujuannya, berbicara dapat dibedakan sebagai berbicara untuk  menghibur, menginfomasikan, menstimulasi, meyakinkan,  atau menggerakkan   pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara tersebut dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis antara lain :
-Berbicara Menghibur
-Berbicara Menginformasikan
-Berbicara Menstimulasi
-Berbicara Meyakinkan
-Berbicara Menggerakkan
Dalam berbicara menghibur, pembicara harus membuat pendengarnya senang dan bersuka ria. Dalam berbicara menginformasikan, pembicara harus berusaha berbicara jelas, sistematis, dan tepat agar informasi yang disampaikan benar-benar terjaga keakuratannya. Dalam berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan  semangat pendengarnya sehingga pendengarnya bekerja lebih tekun, berbuat baik, bertingkah laku lebih sopan, dan belajar lebih berkesinambungan. Dalam berbicara meyakinkan, berbicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam  berbicara menggerakkan, pembicara berusaha menggerakkan pendengar untuk mencapai tujuan bersama seperti dalam berpidato.
3. Dilihat dari metode penyampaiannya, berbicara dapat diklasifikasikan  menjadi empat jenis, yaitu :
-berbicara mendadak
-berbicara berdasarkan catatan kecil
-berbicara berdasarkan hafalan
-berbicara berdasarkan naskah
Berbicara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara didepan umum. Berbicara berdasarkan catatan kecil yakni pembicara menggunakan  catatan kecil dalam kartu, bisanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman  berbicara.
4.Berdasarkan jumlah pendengarnya, berbicara dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
-berbicara antar pribadi,
-berbicara dalam kelompok kecil
-berbicara dalam kelompok besar.
Berbicara antar pribadi atau berbicara empat mata terjadi apabila dua  pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu. Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila seorang pembicara menghadapi  sekelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang. Berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila seorang seorang pembicara menghadapi pendengar  berjumlah besar atau massa.
5. Berdasarkan peristiwa khusus yang melatar belakangi, berbicara atau pidato dapat digolongkan menjadi enam jenis, yaitu :
-pidato presentasi
-pidato penyambutan
-pidato perpisahan
-pidato jamuan (makan malam)
-pidato perkenalan
-pidato nominasi (mengunggulkan).
Sesuai dengan peristiwanya, maka pidato atau berbicara tersebut harus pulang mengenai peristiwa yang berlangsung
Lantas, mengapa berbicara itu sangat penting? dan mengapa berbicara itu harus dilatih dengan baik?
Berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk untuk diperhatikan, karena tanpa berbicara kita tidak bisa untuk berkomunikasi dengan oranglain. Bukan hanya itu, kita juga tidak bisa untuk menyampaikan informasi, ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kita kepada orang lain. Oleh karena itu, berbicara sangatlah penting, agar terciptanya sebuah bunyi bahasa yang menghasilkan makna dan memengaruhi orang lain.Â
Dengan berbicara juga diharapkan mampu memberikan manfaat kepada diri sendiri maupun oranglain, seperti mengajak untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, memberikan motivasi, bahkan menjadi sebuah profesi bagi diri sendiri. Maka dari itu, berbicara harus dilatih secara terus-menerus agar dapat berbicara dengan baik.Â
Dengan adanya informasi berupa artikel ini, dapat membantu kita khususnya para pembaca dapat memperhatikan betapa pentingnya berbicara dan harus melatih berbicara agar dapat berbicara dengan baik dan benar.
Referensi:
Muhammad Ilham, I. A. (2020). Keterampilan berbicara: Pengantar keterampilan berbahasa. Lembaga Academic & Research Institute
Tarigan, H. G. (1986). Materi Pokok Keterampilan Berbicara. Jakarta: Karunika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H