Mohon tunggu...
Siti Mutiara
Siti Mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI

Bersungguh dalam usaha, bersabar dalam doa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semangat Mengabdi untuk Membangun Negeri bersama SD Negeri Bojong

24 Agustus 2021   20:50 Diperbarui: 9 Oktober 2021   14:37 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampus Mengajar di Tengah Pandemi

Suara peserta didik kelas satu yang sedang mengeja huruf terdengar ke seluruh kelas. Di samping kelas tersebut, ada kelas tiga yang sedang belajar berhitung perkalian. Suasana yang sudah lama tidak kita temukan dan mungkin dirindukan oleh sebagian guru dan peserta didik. Guru yang sedang menerangkan dan kelas sebelah yang berisik. Sementara itu, di luar kelas tidak jauh dari lapang yang bersebelahan dengan kandang domba, terlihat ibu-ibu sedang menumbuk padi. Sesekali terdengar suara motor orang-orang yang berangkat ke ladang. Hal ini menjadi pemandangan sehari-hari yang dapat disaksikan di sekolah yang berada di tengah pegunungan tersebut.

Sudah satu tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Sudah selama itu pula pandemi mengubah kehidupan. Berbagai sektor terkena dampak dari adanya pandemi ini, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Sejak adanya pandemi, pembelajaran dilaksanakan secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Penerapan PJJ ini seperti dua mata pisau. Di satu sisi peserta didik dapat belajar di mana saja dan kapan saja tanpa terhalang jarak dan waktu. Di sisi lain, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai dalam menunjang proses pembelajaran daring. Tidak ada gawai, jaringan yang kurang memadai, kuota internet, akses listrik, dan sebagainya menjadi momok utama dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

Menilik kondisi yang memprihatinkan membuat pemerintah mengambil kebijakan, salah satunya dengan mengadakan program kampus mengajar. Program ini ditujukan untuk membantu sekolah-sekolah terutama daerah 3T (terdepan, tertinggal, terluar) dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka mengimplikasikan hal tersebut, pemerintah menantang mahasiswa di seluruh tanah air untuk membantu mengajar di sekolah-sekolah yang tertinggal. Adapun program yang difokuskan, yaitu mengajar, membantu adaptasi teknologi, dan administrasi sekolah.

SD Negeri Bojong

Salah satu sekolah yang mendapatkan sasaran program tersebut yaitu SD Negeri Bojong, yang terletak di Kampung Bojong, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sebuah daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten. Sejak adanya pandemi sekolah tersebut menerapkan pembelajaran secara langsung atau tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang tentunya sudah mendapat persetujuan dari orang tua/wali peserta didik. Hal ini disebabkan tidak semua peserta didik memiliki gawai, kuota internet, sinyal yang memadai, dan berbagai fasilitas lainnya yang tidak mendukung terlaksananya pembelajaran daring.

Kondisi sekolah di SD tersebut masih memprihatinkan. Saat ini, sekolah tersebut hanya memiliki tiga ruangan. Dua di antaranya digunakan sebagai ruang kelas tempat belajar peserta didik, satu ruangan lainnya berfungsi sebagai ruang guru dan ruang kepala sekolah. Selain tiga ruangan tersebut, tidak terdapat fasilitas lain, termasuk kamar mandi.

Dari segi sumber daya manusia, jumlah tenaga pendidik terdiri atas tiga orang ditambah satu kepala sekolah. Ketiga tenaga pendidik tersebut harus mengajar seluruh peserta didik dari kelas satu hingga kelas enam dengan jumlah keseluruhan sebanyak 34 peserta didik. Maka, setiap guru harus mengajar dua kelas dalam satu waktu. Adanya keterbatasan tersebut menyebabkan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan menggabungkan dua kelas. Penggabungan ini mungkin dapat menyebabkan pembelajaran tidak maksimal karena peserta didik dapat mudah terdistraksi ketika belajar.

Meski berada dalam kekurangan, semangat peserta didik dalam belajar patut diacungi jempol. Setiap hari mereka selalu rajin ke sekolah, menunggu mahasiswa di depan lapangan. Mereka selalu antusias ketika mahasiswa memasuki kelas untuk belajar bersama. Tidak hanya itu, mereka juga sangat berbakat. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan mereka dalam mengikuti lomba pada saat kegiatan Pesantren Ramadan juga pada saat perpisahan dan kenaikan kelas. Ini membuktikan bahwa tidak ada alasan untuk tidak belajar, belajar dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun, selama individu itu masih memiliki hasrat untuk belajar.

Mengenal Kampung Bojong

Dalam melaksanakan program ini, kami memutuskan untuk menetap di rumah Pak Komite. Jarak dari rumah ke sekolah yang jauh juga akses menuju sekolah yang masih belum memadai membuat kami harus menetap di kampung Bojong. Selain mengajar di sekolah, kami juga diberi kesempatan untuk membantu anak-anak belajar mengaji yang dilakukan setelah salat maghrib dan mengikuti pengajian rutinan ibu-ibu yang diadakan setiap hari Minggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun