Sering berseliweran di media sosial tentang anak sd yang sudah berani pacaran hingga berhubungan seksual. Di usia 8-12 tahun, saya pribadi sebagai seorang penulis tidak tahu apa itu yang namanya cinta, apa itu pacaran. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini, fenomena pacaran di kalangan anak usia Sekolah Dasar (SD) semakin sering menjadi sorotan. Mirisnya tidak hanya sebatas pacaran, pegangan tangan, bahkan beberapa anak telah dilaporkan sudah terlibat dalam hubungan seksual. Kondisi seperti ini tentu saja mengejutkan banyak pihak termasuk orang tua dan guru sebagai pendidik, gimana anak usia SD seharusnya masih dalam tahap perkembangan mental dan emosional yang membutuhkan pengawasan yang ketat. Lantas bagaimana kasus ini dapat terjadi? Pada artikel ini akan membahas bahaya pacaran dini serta pentingnya pendidikan karakter sebagai salah satu solusi yang diperlukan untuk anak.
Dilansir dari sebuah akun tiktok bernama dr. Amira, sp.OG yang membagikan ceritanya tentang siswi kelas 6 SD yang sudah hamil 8 bulan dan baru diketahui setelah di bawa ke rumah sakit ternyata yang menghamili adalah teman sekelasnya sendiri.
Menurut video itu siswi jarang keluar rumah bahkan 24 jam di rumah terus, tapi kenapa hal mencengangkan ini bisa terjadi karena kondisi rumah yang sering sepi membuat teman cowok dari siswi ini sering ke rumah korban dan berbuat hal yang tidak senonoh.
Kasus seperti ini sangat meresahkan, umumnya anak usia SD masih berada dalam fase perkembangan, baik secara fisik, emosional maupun psikologis mereka. Ketika mereka terlibat dalam pacaran atau hubungan romantis, Mereka cenderung memahami konsekuensi yang akan ditanggung.
Memang benar anak SD usia kelas 4, 5, dan 6 sudah masuk baligh baik itu laki laki yang ditandai dengan mimpi basah maupun perempuan yang ditandai dengan haid. Walau sudah baligh bukan berarti mereka telah dewasa sepenuhnya hingga melakukan hal hal terlarang.
Anak yang berpacaran di usia terlalu dini seringkali tidak siap untuk mengelola konflik, cemburu, dan tekanan yang datang dalam hubungan tersebut hal ini menyebabkan siswa siswi stres hingga depresi. Bahkan parahnya dampak dari pacaran diusia dini langsung pada prestasi mereka karena mereka tidak termotivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Anak yang di usia SD seharusnya fokus pada pengembangan minat dan keterampilan untuk membentuk identitas diri malah digunakan untuk pacaran yang mengalihkan perhatian mereka dari tugas pengembangan ini. Ketika pacaran yang melibatkan hubungan seksual dampaknya menjadi lebih serius. Apalagi anak-anak SD sekarang belum memiliki pemahaman yang matang tentang seksualitas sehingga rentan terhadap penyalahgunaan, pelecehan, serta trauma psikologis yang mendalam.
Apa yang harus dilakukan orang tua dan guru tentang pendidikan karakter dan teks education?
Menghadapi kasus ini peran pendidikan karakter semakin penting di mana pendidikan karakter sebagai landasan yang membentuk kepribadian anak membekali mereka dengan nilai-nilai moral, tanggung jawab, dan pengendalian diri.
Anak siswa SD perlu diajarkan mengenali diri mereka baik kekuatan kelemahan maupun emosi yang dimiliki. Melalui pendidikan karakter anak belajar tentang pentingnya tanggung jawab, rasa hormat, dan empati. Nilai penting untuk membimbing mereka dalam hubungan sosial dan menghindari perilaku yang dapat merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain. Harusnya anak SD usia 9 sampai 12 tahun mampu untuk mengendalikan diri dan membuat keputusan mana yang baik dan mana yang buruk untuk mereka.
Peran orang tua dan sekolah juga tak kalah penting untuk memberikan teladan dan nilai-nilai moral kepada anak sejak dini. Berikan pendidikan tentang seks education pada anak siswa siswi SD menyesuaikan dengan usia anak tersebut. Karena memberi pemahaman tentang seks education harus secara bertahap.