Mohon tunggu...
Siti Munawarah
Siti Munawarah Mohon Tunggu... Lainnya - 21107030075

Siti munawarah (mbak nawa) Mahasiswa UIN sunan kali jaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sebelum Mondokin Anak ke Pesantren, Inilah yang Harus Dipersiapkan oleh Para Orang Tua

14 Juni 2022   21:39 Diperbarui: 14 Juni 2022   21:56 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Musim liburan tahun ajaran akan dimulai, setelah liburan panjang itu  anak-anak akan kembali menuntut ilmu di tempat sekolahnya masing-masing. Baik kembali ke sekolahan lama, karena belum selesai masanya, ataupun pindah ke sekolahan yang baru, karena sudah lulus sekolah.

Untuk orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren, tentunya harus bersiap untuk  berpisah kembali dengan anak tercinta. Anak-anak yang harus kembali menjadi santri dan melewati hari-harinya dengan segala macam aturan.

kepada para orang tua ataupun anak-anak, ada beberapa pengetahuan dasar yang harus kita tau ketika memutuskan untuk menitipkan anak belajar di pesantren.

A. Pertama, memasukkan anak ke pesantren tentunya tidak sama dengan menyekolahkan di dekat rumah. Pesantren adalah sebentuk subkultur tersendiri yang memiliki aturan,nilai dan budaya yang unik, tentunya jauh berbeda dengan di rumah. Lebih bagus jika dari sebelum mondok,anak-anak kita telah di kenalkan dengan dunia pesantren. Boleh dengan cerita tentang pesantren atau ajaklah anak sesekali berkunjung ke pesantren-pesantren, agar mereka punya gambaran, bagaimana nantinya ketika mereka  mondok.

B. Kedua, Pada hakikatnya  hampir setiap pesantren, apa lagi yang tradisional,adalah rumah seorang (kyai ataupun habib) yang dipercayai oleh orang tua, mempunyai sedikit banyak ilmu ataupun metode pembelajaran tentang agama, yang tentunya akan berguna untuk bekal  anak-anak di masa yang akan datang. Jadi kita juga harus mengajarkan anak-anak kita sopan santun dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh kyai. Gak lucu kan kalo ada anak yang demo kepada kyainya atau guru-gurunya. 


Orang tua pun harus mengatur
Lantas, bukan Cuma anak-anak, kita, sebagai orang tua pun harus mengatur banyak hal kepada diri kita sebelum, selama dan seusai anak mencari ilmu di pesantren.

A. Pertama, Mulai, dari mengatur niat untuk memondokkan anak: agar mempunyai akhlakul karimah, memiliki bekal ilmu agama yang berkah dan tentunya bermanfaat, serta dapat belajar untuk mengamalkannya dikit demi sedikit. Jangan pula menitipkan anak ke pesantren karena sudah tidak sanggup untuk menasehati dan  menuntunnya.

B. Kedua, Jangan pula lupa meminta izin untuk menitipkan anak, memberi kepercayaan penuh pada orang yang dititipi, serta meminta maaf jika selama anak menuntut ilmu akan banyak merepotkan kyai dan guru-guru.

C. Ketiga, peliharalah relasi dengan Pengurus pesantren secara lahir dan batin. Setiap mengunjungi anak, luangkanlah waktu untuk bersilaturahmi dan beramah tamah dengan Pengasuh pondok ataupun guru-guru. Walau untuk Sekedar mengenal lebih baik dan menanyakan perkembangan anak yang dititipkan.

Terkadang bagi orang tua hak dan kewajibannya hanyalah  sebatas membayar uang bulanan / ssp dengan tepat waktu, dan anaknya memperoleh nilai raport yang bagus.

D. Keempat, Menyekolahkan anak ke pesantren, berbeda dengan menyekolahkan anak di tempat kursus jahit, bermain musik, ataupun les matematika. Karena tujuan kita mengantarkannya tidak hanya sekadar mendapatkan ilmu pengetahuan atau keterampilan saja, melainkan juga terbinianya  akhlak dan watak  serta mendapatkan keberkahan ilmu, maka dibutuhkan beberapa perspektif sekaligus membutuhkan kerja sama yang baik antara orang tua, kyai dan ustad -- ustazah:

a) Menciptakan suasana belajar yang sehat. Contohnya , jika orang tua sedang mempunyai masalah/berantem, janganlah sesekali memberitahu anak dan diperlihatkan kepadanya. Biarkan mereka belajar dengan baik dan tenang.
b)nirakati. Setelah itu akan menjadi kewajiban guru dan pondok pesantren untuk nirakati.

c)memberikan bekal yang baik dan  halal. Tidak kalah penting, dengan dua aspek A dan B adalah aspek kesucian harta yang kita manfaatkan  untuk membiayai dan melengkapi kebutuhan belajar anak  di pesantren.

E. Kelima, bila  orang tua bukan alumni pesantren, ataupun baru pertama kali berhubungan dengan dunia pesantren, maka berlatihlah untuk mempelajari budaya pesantren, etika, dan metode pendidikannya. Maka dari itu ketika kita berhubungan dengan pihak pesantren kita harus mengikuti budaya, bahasa dan etika. Dan bagaimana adab dan tatacara santri berkata-kata, bersikap terhadap ustad-ustazah dan teman-temannya, wajib dipahami dan ikut juga diterpakan oleh para calon orang tua santri.

F. Keenam, ikatan/wasilah batin antara kyai dan santri serta almamaternya adalah wasilah yang abadi. Dalam dunia pesantren, Tidak ada yang namanya mantan santri  ataupun mantan kyai . Wasilah ustad -- ustazah murid  itu akan terus terjaga walaupun kelak seorang g murid itu telah jauh melampaui keilmuan gurunya. Ustad -- ustazah adalah orang tua kedua  bagi santri-santrinya , itu akan berlaku sampai kapanpun. Santri adalah anak bagi  sang kyai dan para ustad -- ustazah nya di pesantren. Dan pondok Pesantren adalah rumah kedua bagi santri-santrinya ,dan sampai kapan pun. Akan terus begitu, selama salah satu dari mereka tidak ada yang memutuskan Wasilah / ikatannya, misalnya dengan saling menyakiti perasaan satu sama lain.

Tidak jarang seorang santri dan santriwati yang telah lulus dan tidak lagi menetap di pondok pesantren, masih ditegur dan dinasihati  kyainya karena melakukan hal-hal  yang menurut sang kyai dan ustad -- ustazahnya kurang baik. Hal ini semata-mata karena rasa sayangn sang kyai dan ustad -- ustazah kepada santri-santrinya yang telah dianggap seperti anak-anaknya sendiri. Seringkali pada saat memarahi pun masih dengan gaya dan cara kyai terhadap santri -- santrinya saat masih menuntut ilmu di pondok pesantren. Santri-santri biasanya mafhum ( faham ) , tapi tidak jarang pula walisantri yang kurang faham dengan dunia pesantren akan baperan atau tersinggung , lalu marah dengan teguran kyai dan ustad -- ustazahnya itu.

Hanya ini yang bisa saya jabarkan dan Jangan bosan ya untuk bergaul dan bertanya kepada para kyai, ustad -- ustazah dan juga santri.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun