Pagi ini, si sulung Zaidan mulai masuk sekolah setelah satu pekan istirahat karena sakit tipes. Sambil mengantar dua adiknya ke sekolah karena hujan rintik dari semalam belum juga berhenti, saya menelepon gurunya Zaidan, ternyata menurut beliau sebaiknya Zaidan istirahat lagi saja di rumah karena perumahan sekitar sekolahan yang berlokasi di Tambun, banjir.
Waduh. Banjir ya ? Saya terkesiap sejenak. Baru ingat bahwa hujan yang mengguyur sekitar lima jam semalam cukup deras dan awet plus dentuman petir begitu membelah pendengaran dan membangunkan tidur.
Baiklah, kami putuskan Zaidan tidak sekolah. Tiba-tiba handphone saya berbunyi, sebuah SMS dari Mama Fanny yang mengabarkan bahwa Fanny tidak masuk sekolah karena perumahannya mulai banjir. Ooh… banjir mulai lagi ya ? Radio Dakta FM yang menemani perjalanan kami mulai terdengar mengabarkan berita banjir dari banyak tempat di Bekasi.
Lokasi pertama yang kami dengar adalah Perumahan Rawa Lumbu yang mulai tergenang dini hari tadi. Seorang Bapak lalu mengabarkan perjalanannya dari jam 5 pagi hingga pukul 7 pagi tadi masih terjebak macet di tol Jatibening. Dikabarkan juga Kali Pancoran dan Mampang Prapatan meluap hingga banjir sekitar jalan raya tak terelakkan. Jalan tol Bekasi Timur – Cawang padat merayap.
Dari Bekasi lagi, dikabarkan oleh seorang ibu bahwa Perumahan Graha Melasti Tambun banjir dan mati lampu. Disusul kemudian dengan banjir di Perumahan Karang Mulya / Karang Congok, Perumahan Griya Utama Karang Satria Tambun, Perumahan Harapan Baru, Jatimulya, Perumnas 3, Wisma Asri, Pilar Cikarang, Perumnas 1 Kranji, dan sebagainya.
Di pertigaan saya bertemu siswa, dia menceritakan bahwa Perumahan Kartika dan Pasar Induk Cibitung banjir. Jalan Raya depan Pasar Induk hingga Ramayana ini terkena genangan cukup dalam sehingga akses perjalanan Cikarang-Bekasi terganggu.
Berita dari orang tua datang bertubi-tubi. Nurtian tidak masuk karena rumahnya kena banjir, Fikri Aulia tidak masuk karena rumahnya kena banjir. Wita tidak masuk karena air hampir selutut di jalanan depan rumah, Bias tidak masuk karena rumahnya terkepung banjir.
Dari OB sekolah, kami dapat kabar bahwa enam mobil jemputan tidak beroperasi karena perumahan yang dituju banjir. Hari ini, Bekasi lumpuh lagi.
Sampai sekolah, siswa sedang ramai bertukar cerita tentang hujan semalam dan banjir pagi ini. Ternyata listrik mati. Sekolah gelap gulita. Tulisan ini entah sempat diposting kapan karena internet juga mati. Entahlah juga, bisa mengajar atau tidak pagi ini.
Teman-teman guru juga kebanjiran. Hanya bisa menitip doa padaNya dan sekedar menyampaikan simpati semoga banjir cepat surut dan sekeluarga tetap diberikan kesehatan dan keselamatan. Nah, untuk yang terakhir ini juga sangat penting. Keselamatan.
Tadi air menggenang daerah Kampung Utan yang menyamarkan antara jalanan, got, atau polisi tidur. Bebatuan besar kecilpun tak tampak. Jalan raya Kampung Utan yang mengarah ke Al Muslim sebenarnya tidak kecil, namun jika dua buah bus besar ada di dua sisinya maka tetap saja kemacetan yang terjadi. Saking tidak sabarnya dan melihat celah kosong di depan sebuah bus, seorang pengendara motor nekad menyalib dan blesss, masuk ke dalam got lumayan dalam yang tak nampak karena tertutup air. Begitulah..., tetap jaga keselamatan yaa !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H