Mohon tunggu...
Siti Mugi Rahayu
Siti Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru yang tertarik pada pendidikan yang humanis.

Mengajar di SMA Al Muslim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta, Segalanya Ada di Sini

19 Juni 2012   05:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta memang kejam. Demikianlah yang saya rasakan ketika harus berjuang menyelesaikan kuliah. Bagaimana tidak, perkenalan dengan Jakarta diawali dengan nyasar keliling kampus. Tidak ada yang bisa ditanya karena semua yang saya temui di kampus baru ini adalah orang-orang luar kota yang juga sedang nyasar. Aduh gusti... kemana orang Jakartanya ya?

Empat tahun di Jakarta memang meninggalkan kesan mendalam buat saya. Bertahan di Jakarta telah membelajarkan kita akan pluralisme. Bahwa Jakarta adalah muaranya perbedaan. Sebuah cerita ketika dengan santainya saya masuk ke dalam sebuah warteg, namun ternyata rumah makan ini adalah tempat makan saudara-saudara kita yang mengandung B2. Waduuh... luar biasa ya. Untungnya saya diingatkan oleh seorang pengunjung yang kaget ketika menemukan saya nyasar ke sana. Maklumlah, saya kan berjilbab.

"Mbak, benar mau makan di sini?",

Loh, saya jadi bingung. Jelas mau makan dong, kok diragukan begitu ya? Apa saya tidak ada tampang bisa bayar nasi warteg ?

"Ini khusus makanan B2 mbak...", Oooh... kaget saya. Ada juga ya di Jakarta ?

"Di Jakarta apa sih yang ga ada, Mbak?"... Hehe.. saya jadi nyengir sendiri dan segera berlalu.

Ketika naik metromini, ceritanya lain lagi. Sopirnya ngebut salib kanan salib kiri. Di suatu persimpangan tiba-tiba kondekturnya meminta kami turun. Loh? Kenapa harus turun, Bang? Kan masih jauh?

Dengan logat batak yang kental dia bilang mau balik lagi ke arah Pulo Gadung. Waduh, ini kan baru sampai Pulomas... perjalanan masih jauh.

"Kalo gitu, kembalikan ongkosnya ya Bang", pinta saya agak memelas. Maklumlah mahasiswa dengan bekal terbatas. Tetapi si kondektur malah marah-marah sambil memukul pintu metromini.

"Kurang ajar ya.. kamu bilang apa tadi ?", saya jadi bingung. Bilang apa ya ? Saya kan cuma minta uang ongkos dikembalikan. Emang ga boleh ya, soalnya baru naik harus turun lagi... Saya jadi gemetar. Kenapa nih kondektur.

"Tadi kamu bilang asu sama saya!!," kondektur ini berteriak lagi. Maksudnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun