"Iya, tadi kamu bilang asu sama saya. Pura-pura bego lagi !!," Sumpah, saya ga ngerti maksud si abang yang satu ini. Saya terlanjur takut, akhirnya saya bertanya perlahan, "Asu itu apa?"
Seorang teman mencubit saya sambil berbisik ,"Asu itu anjing".
Eyalaah... "Ngerti juga enggak bang sama bahasa Jawa. Bilang aja abang ga mau balikin ongkos saya!", sambil nyerocos tiada henti, lengan saya ditarik teman untuk segera berlalu.
Yaah.. begitulah Jakarta. Segala model orang ada di sini.
Lalu, di sore itu di tempat kos, tiba-tiba terdengar orang berteriak dan berlari lalu lalang. Ada apa pula ini ?
"Cepat lari, selamatkan harta benda," terdengar teriakan Bapak Kos. Emang ada apa, Pak ?
"Ada kebakaran neng. Ayo yang perempuan cepet bungkusin baju biar larinya gampang".
Waduuh. Saya dan teman satu kamar kontak panik. Maklumlah ini kejadian kebakaran pertama yang ditemui. Rasa penasaran mendorong saya pergi mencari tahu di mana kebakaran ini terjadi ? Ternyata ada di RT sebelah, jauh sekali lokasinya dari tempat saya tinggal. Namun, kepanikan bisa menjalar hingga satuu kelurahan. Mungkin pengalaman mengajarkan mereka untuk selalu waspada pada peristiwa kebakaran ini, mengingat rumah-rumah yang berdekatan satu sama lainnya. Belum lagi, kalau dekat kampus bisa ditebak bahwa kamar-kamar darurat yang jadi tempat kos ini terbuat dari triplek-triplek yang disambung.
Ah Jakarta, kota kenangan. Kota segala ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H