Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - SDN Grogol Selatan 01

Seorang guru SD di sebuah sekolah negeri di DKI Jakarta. Saat ini sedang memulai belajar menulis. Saya mempunyai seorang anak yang sangat senang ketika dibacakan cerita. Akan sangat bangga apabila bisa membacakan cerita dalam buku karangan sendiri kepada ananda tercinta. Semoga mimpi itu bisa terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Jarak Jauh

23 September 2022   05:07 Diperbarui: 23 September 2022   05:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 1 tahun Nadya dan Doni menjalani kisah cinta jarak jauh. Doni yang awalnya bertugas di polsek Kebayoran baru terpaksa mengajukan mutasi karena ibunya yang sudah memasuki masa pensiun sering sakit-sakitan. Kakak-kakak Doni tinggal di luar kota, masing-masing dari mereka sudah memiliki keluarga dan anak-anak. Doni lah yang dirasa paling mungkin untuk merawat ibunya di rumah. Awalnya Nadya keberatan dengan keputusan ini, tetapi dengan berbagai argumen dari Doni akhirnya Nadya pun menerimanya.

Nadya pun tinggal seorang diri di kontrakannya. Dua minggu sekali Doni datang ke Jakarta untuk menjenguknya. Tetapi jika ada tugas mendadak atau kondisi ibu sedang kurang bagus, bisa 3 minggu atau sebulan Doni baru berkunjung ke Jakarta. Seperti minggu ini, Doni tidak bisa ke Jakarta karena harus mengadakan sosialisasi bagi masyarakat tentang bahaya penyakit masyarakat.

Senin ini Nadya mendapat tugas dari kepala sekolahnya untuk mengikuti diklat pengembangan diri di kantor Balai Pengembangan Mutu Pendidikan (BPMP) yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Nadya pun memesan ojek dari aplikasi online di HP nya. Tak berselang lama, Nadya pun mendapatkan seorang driver ojol. "Titik jemput sudah sesuai ya Kak," chat masuk dari driver ojol. "Ya" jawab Nadya singkat. "Baik saya kesana" jawab driver ojol bernama Riki Sebastian tersebut. Tak berselang lama, driver ojol tersebut pun sampai. "Atas nama Nadya?" tanya driver ojol dengan jaket hijau yang terlihat masih baru. "Iya, dengan Mas Riki ya?" Tanya Nadya balik. "Iya, silakan helmnya Kak," kata driver sambil menyodorkan helm hijau. Setelah Nadya menggunakan helm dan duduk di jok belakang, driver pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Selama perjalanan, driver nampak begitu ramah, mungkin karena masih baru dan agar mendapatkan penilaian bintang lima dia bersikap demikian. "Ada kegiatan apa ni Kak kesana?" Tanya driver tersebut. "Diklat Mas," jawab Nadya singkat. "Kakak guru ya?" Tanyanya lagi. "Iya Mas, kok tahu?" tanya Nadya balik. "Ya Cuma nebak aja, soalnya kan yang dituju BPMP," kata driver tersebut ringan.

Driver tersebut menceritakan kisah kariernya yang terpaksa kena PHK karena perusahaan tempat dia bekerja melakukan pengurang jumlah pegawai karena pandemi covid. Daripada menganggur terlalu lama, dia pun memutuskan menjadi driver ojol. Obrolan antara keduanya terasa begitu mengalir dan nyambung. Hingga akhirnya Nadya pun sampai di kantor BPMP provinsi DKI Jakarta. "Makasih Mas, ini ongkosnya ya," kata Nadya sambil menyerahkan kembali helm yang sedari tadi dipakainya.  "Oh iya Kak, terima kasih." Jawab driver tersebut dengan senyuman di wajahnya karena mendapatkan haknya.

Keesokan harinya, Nadya kembali memesan ojol untuk menuju tempat diklat. Nadya memperhatikan nama driver yang muncul di HP nya, Riki Sebastian. "Kayaknya gak asing namanya, tapi siapa ya?" Gumamnya dalam hati. Setelah beberapa menit menunggu, sebuah motor dengan pengendara berjaket hijau menghampirinya. "Kak Nadya yang kemarin ya," Tanya driver itu. "Iya, oh ini Mas yang kemarin ya?" Tanya Nadya balik. "Iya Kak, baru kali ini saya dapat penumpang yang sama di setiap orderan pertama saya," kata driver tersebut. "Memangnya rumahnya dekat sini ya?" Tanya Nadya sambil duduk di jok belakang. "Iya Kak, tuh di belakang gang ini," kata driver itu menjelaskan.

Sepanjang perjalanan mereka pun meneruskan obrolan kemarin. "Memangnya diklatnya berapa hari Kak?" Tanya Riki. "Seminggu Mas," jawabnya singkat. "Kalau mau besok saya antar lagi Kak dengan jam yang sama kan? Jadi gak usah lewat aplikasi, nanti ongkosnya samain dengan hari ini aja," kata Riki menawarkan. "Boleh juga Mas, jam 6 ya Mas, jangan kesiangan," kata Nadya menegaskan. Mereka pun akhirnya bertukar nomor WA untuk memudahkan komunikasi. Interaksi di atas motor selama seminggu membuat Nadya dan Riki merasa nyaman satu sama lain. Mereka sering ngobrol dan chating. Obrolan keduanya sudah seperti orang yang sedang pe-de-ka-te. Nadya lebih sering chat dengan Riki daripada dengan Doni, suaminya.

Seminggu berselang, waktunya Doni berkunjung ke Jakarta. Kedua sejoli ini pun melepas rindu setelah 3 minggu tak bertemu. Namun, di sela-sela bercengkerama dengan Doni, Nadya malahan asik membalas WA Riki. Merasa ada yang tidak beres, Doni pun meminjam HP Nadya. Betapa terkejutnya Doni, saat melihat chat Nadya dan Riki.

"Kamu ini apa-apaan sih yang, jelas-jelas sudah punya suami, malah chat sama laki-laki lain," bentak Doni."Dia cuma driver ojol yang, bukan siapa-siapa," kata Nadya menjelaskan. "Tapi kenapa chatnya kaya gini, lagian kenapa kamu ladenin sih?" Doni semakin murka. "Ini kan gara-gara kamu juga, kenapa gak disini, gak stand by anter aku kemana aku mau pergi?", jawab Nadya melayangkan protesnya. "Aku kan juga harus berbakti kepada ibuku, selama ibuku masih ada, tugas utamaku tetap menjadi anak yang berbakti," jawab Doni yang tak mau disalahkan. "Tapi kan aku juga butuh sosok suami di sampingku," Nadya masih belum mengakui kesalahannya.

Biasanya malam pertemuan mereka menjadi malam yang indah, tetapi malam ini, menjadi malam kelabu, bahkan hitam kelam. Sepanjang malam keduanya membisu tak saling sapa. Tak ada yang mau mengalah, mereka mempertahankan egonya masing-masing. Keduanya saling memunggungi. Dalam kebisuan itu, Nadya dan Doni merenungi kesalahannya. Nadya pun menyadari kesalahannya, dia membalikkan badan dan hendak meminta maaf. Ternyata pikiran Doni pun seirama. Akhirnya keduanya berhadapan. "Sayang, aku minta maaf ya, aku khilaf," kata Nadya lembut. Doni yang sangat mencintai istrinya pun langsung memeluknya. " Aku cemburu yang kalau kamu chat sama yang lain, jangan diulangi ya," kata Doni.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun