Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - SDN Grogol Selatan 01

Seorang guru SD di sebuah sekolah negeri di DKI Jakarta. Saat ini sedang memulai belajar menulis. Saya mempunyai seorang anak yang sangat senang ketika dibacakan cerita. Akan sangat bangga apabila bisa membacakan cerita dalam buku karangan sendiri kepada ananda tercinta. Semoga mimpi itu bisa terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan di Stasiun Kereta

22 September 2022   10:36 Diperbarui: 22 September 2022   10:42 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nadya baru saja diterima menjadi ASN di ibukota Jakarta tercinta. Setelah melewati 3 tahapan tes,  akhirya Nadya diumumkan masuk menjadi jajaran mantu idaman para mertua. 

Ya, di negeri ini menjadi ASN adalah incaran banyak pencari kerja, karena selain masa tua yang terjamin, ASN adalah profesi calon menantu yang menjadi idaman para mertua.

Sebelumnya Nadya adalah guru honorer di salah satu sekolah negeri di kota Solo. Sebelum wisuda, Nadya mengirim lamaran ke SD Pajang II. 

Kebetulan salah satu guru di SD tersebut baru saja mengajukan pindah tugas, sehingga lamaran Nadya langsung diterima oleh kepala sekolah. Sudah  hampir 2 tahun Nadya  mengajar di sekolah tersebut. Sebagai mahasiswa lulusan PGSD, tentu Nadya ingin menjadi ASN seperti rekan-rekan guru seniornya.

Kebetulan tahun itu pemerintah membuka tes penerimaan ASN. Nadya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setiap hari dia selalu membuka internet untuk mencari informasi mengenai syarat dan ketentuan penerimaan ASN tahun itu.  Tahapan demi tahapan tes dilalui Nadya dengan penuh semangat, hingga akhirnya cita-citanya dan cita-cita orang tuanya pun terwujud.

Hari Senin besok Nadya mendapat undangan penerimaan Surat Keputusan (SK) di gedung Balaikota DKI Jakarta. Itu artinya mulai Senin pula dia akan berdinas sebagai ASN di kota metropolitan itu. Pengumuman undangan ini baru diterima Nadya Jumat sore, sepulangnya Nadya dari mengajar les. 

Nadya cukup panik mendapat info yang mendadak itu. Satu sisi dia senang karena SK yang dinanti-nantinya akhirnya keluar, tetapi di sisi lain dia belum mempersiapkan segala sesuatunya. Hari Sabtu pun Nadya masih harus mengajar di SD Pajang II. 

Sepulang sekolah Nadya mulai mengemasi barang-barang dari kost-an nya. Beberapa barang dia minta dibawa pulang oleh kakaknya ke rumah, beberapa lagi akan dia bawa ke stasiun untuk dibawa ke Jakarta malam ini. Nadya memutuskan untuk pergi ke Jakarta dengan kereta, selain karena lokasi stasiun yang dekat dengan kost-annya, kereta juga dinilai tepat waktu dan tidak terkena macet layaknya bus.

Cukup banyak barang bawaan Nadya malam ini, bahkan ada satu tas besar yang tak masuk ke bagasi atas, Nadya terpaksa menaruh tas itu di bawah kakinya. Seorang lelaki muda menyapa Nadya dengan ramah, "Permisi mbak, disini kursi 4C ya?" Tanyanya membuat Nadya yang sedari tadi menatap layar HP menoleh. 

"Oh iya mas, benar," jawab Nadya lembut. Lelaki itu pun menaruh tasnya di bagasi atas, lalu duduk di samping Nadya. Ini adalah pengalaman kedua Nadya pergi sendirian naik kereta api, sebelumnya, saat tes seleksi ASN, dia selalu bersama teman kuliahnya. Namun, saat tes penerimaan terakhir dia berangkat sendiri, karena teman-temannya gugur di tes sebelumnya. 

Beberapa saat kemudian, lelaki muda itu mencoba membuka obrolan dengan Nadya. "Barangnya banyak banget Mbak, mau pindahan ya?" tanyanya memecah keheningan. "Oh, iya Mas, saya baru saja diterima kerja di Jakarta jadi bawa banyak barang," jawab Nadya polos. 

"Sebelumnya kerja di mana Mbak?" tanya lelaki itu lagi. "Di Solo mas," jawab Nadya singkat. "Hmm, boleh kenalan gak mbak? Nama saya Doni," ucap lelaki itu dengan senyum manisnya. "Oh iya mas, saya Nadya," jawab Nadya sambil menjabat tangan Doni yang sudah diulurkan sejak tadi. 

"Memangnya diterima kerja di mana Mbak?" tanya Doni yang sudah seperti wartawan. "Saya baru saja lolos tes ASN Mas, jadi guru SD," jawab Nadya sambil membenarkan posisi duduknya. "Wah, ibu saya juga seorang guru SD lho Mbak," obrolan mereka pun terlihat semakin seru. 

"Masih aktif atau sudah pensiun Mas?" tanya Nadya yang mulai penasaran. "Masih aktif, tapi tahun depan sudah pensiun," jawab Doni sambil membuka bekal makanannya. "Mbak Nadya, makan yuk, saya kalau naik kereta seringnya bawa bekal masakan ibu saya, soalnya kalau beli di kereta mahal, hehe," kata Doni sambil tertawa. "Oh iya mas, makasih, saya tadi sudah makan sebelum naik," jawab Nadya sambil kembali membuka aplikasi WA.

Seteleh selesai menghabiskan bekalnya Doni melanjutkan obrolannya lagi. Dia menceritakan bahwa dia adalah seorang polisi yang bertugas di Polsek Kebayoran Baru. Dia menceritakan kepada Nadya tentang kasus-kasus kejahatan yang sering terjadi di Jakarta. 

Doni memperlihatkan video-video perlindungan diri yang bisa dilakukan untuk menangkal kejahatan tersebut. Nadya terlihat menyimak dengan sungguh-sungguh tips yang diberikan Doni. Perjalanan yang biasanya terasa begitu lama, menjadi tak terasa karena asik ngobrol dengan teman baru.

Malam sudah semakin larut, penumpang yang lain sudah terlihat nyenyak tertidur. Nadya pun terlihat menguap. Doni yang sudah banyak memberikan sharing ilmunya, mempersilakan Nadya tidur. "Mbak Nadya kayaknya ngantuk ya, berasa didongengin ya Mbak dengar cerita saya," kata Doni sambil tersenyum. 

"Hehe, iya nih mas, saya tidur dulu ya mas, nanti Mas Doni turunnya di Stasiun Pasar Senen juga kan?" Tanya Nadya menegaskan. "Iya Mbak, nanti saya bangunin, tenang aja," jawab Doni lagi meledek. "Hehe, iya Mas, saya tidur dulu ya," kata Nadya pamit.

Perjalanan kereta malam itu pun hening, hampir semua penumpang tertidur dengan nyenyak. Pelayanan kereta sekarang ini memang sudah sangat baik, kebersihan juga sangat dijamin, sehingga memberi kenyamanan bagi para penumpang. Penyewaan bantal dan selimut juga disediakan.

Perjalanan kereta berhenti di Stasiun Pasar Senen, semua penumpang bergegas turun. "Mbak, sudah sampai Senen ni, jadi turun gak?" kata Doni meledek. "Jadi dong mas, kalau gak turun nanti saya bisa dibawa ke Solo lagi," jawab Nadya sambil tertawa. "Dibantuin gak Mbak bawa baranganya?" kata Doni menawarkan. 

"Boleh Mas, banyak banget ini, hehe" kata Nadya. sambil nyengir. "Setelah ini naik apa Mbak?" tanya Doni serius. "Saya dijemput saudara Mas, tapi kayaknya belum sampai," jawab Nadya sambil menurunkan barang dari bagasi. Nadya dan Doni berjalan menuju pintu keluar Stasiun Pasar Senen. 

Saat sampai di ruang tunggu, ternyata benar, saudara Nadya belum datang. Doni dengan sabar menemani Nadya, karena khawatir dia kenapa-kenapa. Maklum Nadya belum memiliki banyak pengalaman di Jakarta. "Eh Mbak, saya boleh minta nomor WA-nya gak? Nanti siapa tahu ada keperluan gitu," kata Doni dengan wajah ngarepnya. "Oh boleh Mas, sini saya ketikkan nomornya," kata Nadya yang sesaat kemudian sudah selesai mengetik nomornya.

Tak berapa lama, saudara Nadya pun datang. "Mas Doni, terima kasih ya atas bantuannya," kata Nadya sebelum masuk ke mobil jemputannya. "Iya sama-sama Mbak Nadya, ingat ya pesan-pesan saya tadi, jaga diri baik-baik di kota yang keras ini," Doni memberi wejangan kepada Nadya. "Siap Mas," jawab Nadya sambil meletakkan tangannya di dahi. Doni pun melepas Nadya dengan tenang.

Setelah pertemuan itu, mereka sering berkomunikasi melalui chat di WA. Hubungan mereka ternyata terus berlanjut. Hingga akhirnya ke jenjang yang lebih serius. Bulan depan Nadya dan Doni akan menikah, mereka berencana akan melaksanakan foto prewedding di Stasiun Pasar Senen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun