Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - SDN Grogol Selatan 01

Seorang guru SD di sebuah sekolah negeri di DKI Jakarta. Saat ini sedang memulai belajar menulis. Saya mempunyai seorang anak yang sangat senang ketika dibacakan cerita. Akan sangat bangga apabila bisa membacakan cerita dalam buku karangan sendiri kepada ananda tercinta. Semoga mimpi itu bisa terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persahabatan Kelin dan Yaya

26 Agustus 2022   09:19 Diperbarui: 26 Agustus 2022   09:23 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, Kelin, si kelinci, untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah Yaya, si ayam.  Mereka memang baru saja kenal kemarin, saat acara parade hewan. Kelin dan Yaya berkenalan, mereka pun langsung akrab satu sama lain. Keesokan harinya, Yaya mengundang Kelin untuk main ke rumahnya. Kelin pun sangat antusias dan bersemangat untuk datang ke rumah sahabat barunya itu.

"Assalamualaikum.." ucap Kelin sebelum masuk ke rumah Yaya.

"Waalaikumsalam, silakan masuk Kelin.." jawab Yaya dari dalam rumahnya.
Kelin cukup takjub melihat rumah Yaya. Di rumah Yaya banyak hiasan-hiasan berbentuk telur yang sangat indah. Sementara di rumahnya, di dalam galian tanah, tak ada satupun hiasan terpajang.

Kelin senang melompat-lompat. Maklum, ia memang sangat aktif dan energik, sepertinya tenaganya tak pernah habis. Sedangkan Yaya, hanya bergerak seperlunya saja. Meskipun bersayap, Yaya jarang sekali menggunakan sayapnya untuk terbang.

Saat sedang asik bermain, Kelin merasa haus. Ia pun meminta ijin kepada Yaya untuk minum.

"Kelin, kalau kamu haus, ambil saja di dapur  ya, anggap saja rumah ini rumahmu sendiri," kata Yaya kepada Kelin.
"Baik Yaya, kau sungguh baik sekali," puji Kelin kepada Yaya.

Namun saat hendak minum, Kelin tak sengaja menyenggol hiasan telur yang ada di meja. Kelin kaget dan bingung harus bagaimana. Tetapi ia tak mau persahabatannya yang baru dijalin rusak karena kesalahan ini. Kelin langsung membereskan pecahan hiasan telur itu. Ia menyimpan pecahan hiasan telur itu di dalam tasnya. Kelin memang selalu membawa tas kemanapun ia pergi.  Ia berusaha menghilangkan jejak kesalahan yang telah dilakukannya.

Kelin pun kembali ke depan. Dan bermain bersama Yaya.
"Kenapa kau lama sekali Kelin, kau haus banget yaa?" tanya Yaya sambil tersenyum.

"Eh,, i...i... iya Yaya..." jawab Kelin agak gugup.

Yaya tidak curiga dengan sikap Kelin, mereka pun kembali bermain bersama. Setelah bermain cukup lama, Kelin pun berpamitan dan hendak pulang. Yaya berusaha menahan Kelin karena masih ingin bermain dengannya.

"Kelin, kenapa kau tidak menginap disini saja?" Tanya Yaya.

"Maaf Yaya, nanti ibuku bisa mencariku," jawab Kelin.

"Yasudah, tapi aku ada sesuatu untukmu," kata Yaya sambil berjalan mengambil sesuatu.

Yaya mencari barang itu, tetapi tak ada. Dia sudah mencari ke setiap sudut rumah tetapi tak ditemukannya.
"Maaf Kelin, sesuatu yang akan kuberikankepadamu mendadak hilang," kata Yaya kepada Kelin dengan nada sedih.
"Tidak apa-apa Yaya, lain kali saja," jawab Kelin.

"Padahal tadi sudah aku siapkan di meja dapur," kata Yaya lagi.
Kelin pun kaget. Jangan-jangan barang yang dicari Yaya adalah hiasan telur yang tadi dia pecahkan.

Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya.
"Maaf Yaya, apakah barang yang kau maksud adalah hiasan telur?" Tanya Kelin.
"Bagaimana kau bisa tahu Kelin?" Tanya Yaya penasaran.

Seketika muka Kelin langsung pucat.
"Maafkan aku Yaya, tadi sewaktu aku minum, aku tidak sengaja menyenggolnya, dan aku memecahkannya. Karena takut kamu akan marah dan persahabatan kita akan rusak, aku menyembunyikan peristiwa ini darimu," ungkap Kelin jujur.
"Ya ampun Kelin, kenapa kamu tidak berterus terang saja kepadaku. Apakah kau melakukannya dengan sengaja?" Tanya Yaya dengan nada agak kesal.
"Aku benar-benar tidak sengaja Yaya, maafkan aku.."pinta Kelin mengiba.

"Ya sudah, tapi lain kali jujurlah padaku ya sahabat. Kita harus berani mengakui kesalahan kita. Aku akan tetap menerimamu menjadi sahabatku.," kata Yaya sambil memegang pundak sahabatnya.
"Terima kasih Yaya, kau memang sahabatku yang baik," ucap Kelin lega.

Pesan moral : Jangan takut mengakui kesalahan yang kita perbuat, akui dan meminta maaf adalah sikap yang terhormat.

Siti Fatimah

26.08.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun