di ujung lidah,
Ada kata menggantungTerpaut sunyi, tak kunjung pecah,
Bukan karena tak ingin bicara,
Tapi takut, sang dunia tuli tak peka.
Ribuan cerita bersarang di kepala,
Mencari jalan, tapi tak tahu arah,
Di setiap hela, terselip tanya,
Akankah telinga lain mampu bertahan?
Takut mereka lelah sebelum aku usai,
Atau tertawa saat luka ini terbuka,
Aku berjalan di lorong keraguan,
Menyembunyikan rahasia di bawah rembulan.
Hingga goresan tinta jadi pelarianku,
Kertas putih jadi saksi bisu,
Tak ada tawa, tak ada ejekan,
Hanya sunyi yang menjawab dengan tenang.
Di sana, aku bisa menjadi diriku,
Mengurai segala yang tak mampu diucap,
Tulisan adalah suara sejati,
Tak perlu takut, tak perlu bersembunyi.
Karena di antara huruf dan kata,
Ada ruang yang tak pernah menghakimi,
Hanya menerima dengan sabar dan abadi,
Tulisan, rumah bagi jiwa yang sunyi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H