Mohon tunggu...
Siti Maysaroh
Siti Maysaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mulai saja kerjakan, pasti akan selesai!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Posisi Perempuan dalam Budaya Patriarki

20 Maret 2024   11:45 Diperbarui: 20 Maret 2024   11:48 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan antara budaya patriarki dan budaya modern dalam hal kesetaraan gender terlihat pada bagaimana mereka menganggap peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Budaya patriarki menganggap bahwa laki-laki memiliki derajat yang lebih tinggi daripada perempuan, sementara budaya modern menganggap bahwa laki-laki dan perempuan dianggap setara dan memiliki derajat yang sama. 

Salah satu contoh tuntutan bagi perempuan pada budaya patriarki ialah perempuan harus mengurus rumah. Seperti halnya mencuci, menyapu, dan memasak. Padahal pekerjaan tersebut bisa juga dilakukan oleh seorang laki-laki, tidak terbatas perempuan saja. 

Selain itu, pola asuh pada anak sangat mempengaruhi pola pikir anak ketika dewasa. Biasanya, sejak kecil anak perempuan selalu diajarkan pada pekerjaan domestik. Sementara jarang sekali anak laki-laki yang diajarkan hal demikian. Hal ini dapat membentuk pola pikir patriarki ketika dewasa nanti. 

Tidak jarang perempuan dengan lulusan pendidikan perguruan tinggi ketika setelah menikah harus mengurus rumah tangga. Mereka tidak diberikan akses untuk eksplor apa yang mereka inginkan berdasarkan pendidikan yang telah ditempuh. Budaya patriarki membelengu kebebasan bagi perempuan. 

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengembangkan program pemberdayaan perempuan, seperti kuota 30 persen untuk kepemimpinan, UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), dan program-program untuk mengatasi ketidaksetaraan digital. Namun, untuk mencapai kesetaraan gender, perlu dilakukan perubahan sistem sosial yang menyebabkan ketidakadilan gender, seperti pemberdayaan perempuan dan perubahan budaya patriarki. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun