Tidak bisa sekolah dengan normal, Bintang, Wulan, Justin dan Alexa yang merupakan siswa-siswi SD Negeri Tembalang terus bersemangat untuk belajar dari rumah.
Semarang (06/02/21) - Liburan akhir tahun telah lama berlalu, anak-anak sekolah dasar mendapatkan kabar bahwa mereka masih harus belajar mandiri dari rumah tanpa bisa melakukan tatap muka langsung dengan teman-teman sekelas dan guru-guru di sekolah. Hal ini tentu bukan pengalaman baru lagi bagi Bintang, Wulan, Justin dan Alexa. Namun, bukan berarti anak-anak ini makin terbiasa dan sudah bebas dari kendala apapun selama proses belajar mandiri dari rumah.
Bintang yang pada tahun ini berada di Kelas 6 merupakan murid sekolah dasar Negeri Tembalang. Sedangkan Wulan, adiknya, juga berasal dari sekolah yang sama, namun masih menempuh jenjang pendidikan Kelas 4. Kemudian Justin yang merupakan teman sekelas Wulan dan Alexa yang masih duduk di kelas 1, belum pernah sekalipun berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya semenjak hari pertama bersekolah.
Orang tua dari keempat anak ini, sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga. Ibu dari Wulan dan Bintang bahkan merangkap sebagai seorang pedagang makanan yang setiap harinya harus berjualan sekaligus membeli bahan-bahan ke pasar. Selain berjualan, beliau juga harus membantu dan mengawasi anaknya selama proses belajar mandiri dari rumah. Apakah mendampingi anak belajar mandiri di rumah sambil mencari nafkah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan?
Siti Mayna yang merupakan seorang Mahasiswi Universitas Diponegoro mencoba untuk menjawab pertanyaan di atas dengan turun secara langsung ke lapangan untuk membantu mendampingi proses belajar keempat anak sekolah Dasar tadi. Siti yang mendapatkan arahan langsung dari Dosen Pembimbing Lapangan yaitu dr. Farmaditya Eka Putra, M.Si.Med., Ph.D., langsung membaur ke dalam masyarakat RT.02/RW.03, Kelurahan Tembalang, sehingga bisa merasakan secara langsung pengalaman mendampingi anak-anak belajar dari rumah melalui Program Pemberdayaan Masyarakat periodik Universitas Diponegoro, yaitu Kuliah Kerja Nyata Undip 2020/2021 Periode 1.
Berdasarkan survei dan hasil pengamatan yang Siti lakukan terhadap orang tua dan anak, kendala yang paling besar untuk dihadapi selama belajar mandiri dari rumah adalah ketersediaan perangkat dan koneksi internet. Tentu hal ini tidak dialami oleh semua anak. Namun, pada kenyataannya hal inilah yang menjadi salah satu penyebab efektivitas belajar mandiri di rumah menurun. Kondisi perekonomian dan lingkungan rumah tempat anak belajar mandiri juga menjadi faktor yang mendukung atau menghambat proses belajar anak, sehingga tidak bisa disamaratakan dan diperlukan toleransi atau kebijakan tertentu dari sekolah maupun guru untuk anak-anak yang mengalami keterbatasan.
Jadwal belajar mandiri yang kebanyakannya berlangsung di pagi hari, kadang kala bertabrakan dengan kegiatan orang tua untuk mencari nafkah. Sebagai contoh, hal yang dialami oleh Ibu dari Wulan dan Bintang, beliau perlu pergi ke pasar di pagi hari, sedangkan tugas-tugas sekolah yang diumumkan melalui Google Classroom sudah berjejer rapi untuk dikerjakan. Keterbatasan jumlah smartphone yang bisa digunakan mengharuskan Wulan dan Bintang untuk bergantian saat harus mengakses materi bahan pembelajaran.
Beruntung pihak sekolah memberikan akses untuk membawa buku paket ke rumah, sehingga orang tua tidak perlu membeli lagi. Dukungan sumber belajar interaktif dari Pemerintah Kota Semarang juga dapat diakses dengan mudah melalui Channel Youtube “Pembelajaran SD Kota Semarang”. Melalui berbagai video yang tersedia, para guru menjelaskan lebih detail mengenai bahan yang sudah ada di buku paket. Apabila anak-anak memperhatikan dengan baik video di Youtube dan memiliki keinginan besar untuk membaca buku yang tersedia, besar kemungkinan mereka bisa menyelesaikan secara mandiri latihan-latihan yang diberikan melalui Google Classroom.
Selama proses pendampingan belajar mandiri, tujuan utama yang ingin ditanamkan oleh Siti adalah kemauan anak agar mau belajar mandiri dan tahu kemana harus mencari dan bertanya apabila Ia tidak paham atas materi tertentu. Hal ini bisa dicapai dengan memberikan tips maupun bantuan langsung apabila mereka mengalami kendala teknis. Perlu diketahui, tidak hanya mereka yang mengalami kesulitan belajar mandiri dari rumah, masih banyak anak-anak di luar sana yang mengalami hal yang serupa.
"Mba, kapan kita belajar lagi?" Ujar Alexa yang sangat bersemangat untuk mengikuti pendampingan belajar. Kemudian, Ibu dari Justin juga mengatakan, "Iya mba... justru saya yang berterimakasih sama mba Siti, selama pademi ini saya stress sama tugas sekolah." Meskipun sederhana, bantuan kecil seperti mendampingi anak-anak kecil disekitar kita untuk belajar selama kondisi pandemi ini merupakan hal yang cukup berarti. Tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, khususnya selalu menggunakan masker.
Penulis: Siti Mayna