Mohon tunggu...
Siti Maulida melia
Siti Maulida melia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis, membaca, memasak, bernyanyi, jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahapan Perkembangan menurut Teori Eriksson

23 Oktober 2024   08:39 Diperbarui: 23 Oktober 2024   09:19 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut teori Erik Erickson psikososial yaitu bagaimana kebutuhan individu seseorang (psycho) tergabung dengan keperluan dan tuntutan masyarakat (social).

1. Trust vs Mistrust (0-18 Bulan)

Pada tahapan ini, seorang anak belajar untuk mempercayai caregivers mereka. Anak bergantung sepenuhnya kepada caregivers untuk keperluan makan, minum, tampat tinggal, dan kasih sayang (trust). Pada tahapan ini, seorang anak juga develop mistrust, yaitu contohnya ketika anak menangis, tetapi caregivers tidak ada disana untuk menenagkan. Atau ketika caregivers kelupaan untuk memberikan makanan kepada anak. Keadaan dimana keperluan anak tidak terpenuhi dan menghasilkan mistrust ini juga merupakan sesuatu yang penting untuk perkembangan anak. Mistrust menjadi salah satu konflik yang harus dihadapi anak pada tahap perkembangan ini. Sedikit mistrust memang baik, tetapi bila caregivers secara konsisten tidak bisa diandalkan dan terus-menerus tidak bisa dipercaya, maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang yang melihat dunia dengan anxiety, ketakutan, dan mistrust. 

Autonomy vs Shame and Doubt (18 Bulan – 3 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak sudah memiliki autonomy dan independence. Anak sudah mulai memiliki makanan favorit dan mereka sudah memiliki preference terhadap suatu hal. Pada tahapan ini, penting untuk orang tua untuk memberikan pilihan dan autonomy kepada anak mereka. Contohnya, seperti memberikan kepada anak pilihan 2 jenis pakaian yang mau dikenakan di pagi hari. Pada tahapan ini, seorang anak juga sudah siap untuk melakukan toilet training.

3. Initiative vs Guilt (3-5 Tahun)

Pada tahpan ini, seorang anak mulai mengambil inisiatif dan mengontrol apa yang terjadi ketika bermain dengan teman-temannya. Anak akan mulai terus menerus menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bahkan kita tidak tahu jawabannya. Bila pada tahapan ini orang tua membatasi anak mengambil inisiatif(controlling), maka anak akan bertumbuh menjadi seorang yang tanpa ambisi, tidak inisiatif, dan selalu merasa bersalah.

4. Industry vs Inferiority (5-12 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak mulai merasa bangga atas keberhasilan dan kesuksesan dirinya. Anak mulai harus berinteraksi dengan lebih banyak orang dan mengejar kegiatan akademis mereka. Kesuksesan dalam bersosialisasi dan menggapai suatu pencapaian akan menimbulkan perasaaan kompeten, sementara kegagalan akan menghasilkan perasaan inferioritas.

5. Identity vs Role Confusion (12-18 Tahun)

Tahapan ini adalah ketika seornag anak mencari jati diri mereka. Mereka mencari identitas dengan cara mempertimbangkan kepercayaan, tujuan, dan nilai-nilai yang mereka pegang. Bila tahapan ini dilengkapi dengan baik, seseorang akan memiliki sense of self yang kuat. Bila seorang anak tidak berhasil mencari jati diri mereka, maka mereka tidak bisa melihat masa depan mereka dengan jelas. Ketidakberhasilan dalam mencari jati diri ini dapat pula terjadi bila orang tua memaksakan kepercaraan dan nilai-nilai yang mereka anut kepada anak.

6. Intimacy vs Isolation (18-40 Tahun)

Tahapan ini adalah ketika seseorang membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain. Bila seseorang belum berhasil melengkapi tahapan sebelumnya dan belum memiliki sense of identitiy yang kuat, tidak akan bisa membangun hubungan intim dengan orang lain. Orang-orang yang kesulitan untuk membangun hubungan ini akan berakhir kesepian dan depresi.

7. Generativity vs Stagnation (40-65 Tahun)

Pada tahapan ini, seseorang merasa dirinya harus melakukan sesuatu yang berkontribusi kepada masyarakat. Seseorang akan merasa puas mengetahui bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarga, komunitas, ataupun tempat kerjanya. Bila seseorang gagal memenuhi tahapan ini, maka seseorang akan merasa unproductive dan akan merasa disconnect dengan masyarakat.

8. Ego Integrity vs Despair (65 Tahun keatas)

Tahapan ini adalah ketika seseorang melihat kembali kehidupan mereka sampai saat ini. Bila mereka beerhasil memenuhi tahapan-tahapan sebelumnya, mereka akan merasa bangga dan puas. Namun, ketidakberhasilan akan berujung pada penyesalan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun