Mohon tunggu...
Siti Masitoh
Siti Masitoh Mohon Tunggu... -

"Hidup akan indah jika diri kita sendiri memaknainya dengan indah,tak ada satu alasanpun untuk mundur dalam kehidupan,maju dan pantang menyerah karena beribu-ribu alasan yang mendorongnya" Saya seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Purwakarta,saya suka menulis,mengarang,mendaki gunung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlibur ke Bandung

14 Mei 2016   07:00 Diperbarui: 14 Mei 2016   07:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alarm berdering, menunjukan pukul 04.00 WIB. Berat rasanya mata ini untuk ku buka, bahkan tangan pun lemas untuk mematikan alarm yang berisik dan terus berdering itu. Maklum saja, semalam baru bisa tidur pukul 02.00 WIB, dan jika kalian bertanya ngapain saja?  Itu rahasia, cukup aku dan Tuhan yang tahu! Heeemm, Andai saja aku punya Doraemon yang bisa memutarkan waktu, akan ku putar waktu ke pukul 22.00 WIB lagi, untuk memuaskan tidurku.

Dengan penuh rasa malas, kulepaskan dekapanku dari bantal guling yang empuk itu dan menyingkirkan selimut yang telah menghangatkanku. Mata yang masih silau pun menuntunku ke kamar mandi. Setelah itu aku pun bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan ke Bandung.

Oh iya, perkenakan terlebih dahulu, namaku Siti Masitoh seorang mahasiswa di STKIP Purwakarta, Jawa Barat. Hari selasa tepatnya tanggal 10 Mei 2016, aku beserta teman kuliahku akan pergi jalan-jalan ke Bandung dengan didampingi salah satu dosen bernama Bapak Yudi Bachtiar, serta salah satu pengelola Tata Usaha (TU) yaitu Bapak Asep. Ya, anggap saja lah ini liburan unuk menghilangkan kepenatan dari tugas-tugas kuliah yang terkadang menjengkelkan itu.

Karena jarak rumahku cukup jauh, maka pukul 05.15 WIB aku sudah pergi meninggalkan rumah menuju kosan salah satu temanku untuk menitipkan motor. Semilir angin pagi pun menemani perjalananku, untung saja jaket kuningku bersedia memberi sedikit kehangatan.

Jalanan saat itu pun cukup ramai, motor dan mobil berlalu-lalang, padahal suasana belum cerah karena matahari masih malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Kurang lebih 45 diperjalanan dan pukul 06.00 WIB aku sampai di kosannya Anita Rahma, yang lebih akrab dipanggil Ateu itu. Ternyata dia sudah ada didepan pintu, dengan muka kusutnya yang belum mandi dan mungkin baru bangun tidur. “Bahaya ni, anak gadis jam segini belum mandi” kata hatiku. Selang beberapa menit, Irma dan Euis pun datang. Setelah Anita Rahma selesai siap-siap, kami pun berangkat ke Damri dengan berjalan kaki untuk kumpul dan start disana.

Tiba di Damri, ternyata teman-teman beserta bapak Yudi Bachtiar pun sudah berkumpul dan kelihataannya mereka yang berpenampilak cantik-cantik dan ganteng-ganteng itu sudah siap untuk berangkat. Setelah semuanya berkumpul kami pun naik ke bus dengan diabsen oleh Siti Aminah sebagai panitia absensinya.  Kebetulan saat itu aku duduk disamping Bu mida, ibu-ibu gaul dan kekinian itu. Kami duduk dibangku kedua dari depan, barisan kiri. “Berangkattt”, bus pun berjalan menelusuri jalan tol menuju Bandung. Snack pun menemani perjalanan kami,  lumayan pengganjal perut sebelum ketring dibagikan. Di bus aku hanya terdiam sambil membaca buku yang sengaja kubawa dari rumah, lumaya untuk mengilangkan kejenuhan. Ya, lebih tepatnya untuk menghindari mual akibat mabuk perjalanan. Sesekali aku pun mengobrol dengan teman-teman dan mendengarkan bercandaan mereka dengan ketawa ngakaknya itu.

Kurang lebih dua jam perjalanan, akhrinya kami sampai di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Sesuai dengan yang dijadwalkan, kunjungan pertama yaitu ke Kampus UPI, lebih tepatnya ke Museum Pendidikan yang ada disana. Disana kami melihat-lihat sejarah pendidikan pada jaman purba, selain itu juga ada sejarah mengenai kerjaan Hindu-Budha, Agama Nasrani. Ada juga sejarah mengenai masjid Agung Demak, Mesjid Agung Kudus, dan yang lainnya. Mengenai pendidikannya, di Museum UPI ini ada gambar pahlawan dan tokoh-tokoh pendidikan, kemudain ada ijazah sekolah pada jaman Belanda dan Jepang selain itu juga ada peninggalan alat-alat pembuatan tinta untuk meulis seperti katel, kaleng dan yang lainnya, ternyata dulu untuk membuat tinta itu menggunkan beras merah yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi tinta. Tidak hanya itu, disana juga ada patung bapak-ibu guru memakai seragam, dan patung yang menggambarkan suasana belajar pada jaman dahulu. Oh iya, tidak ketinggalan, disana juga ada buku-buku sekolah pada jaman dulu, mulai dari ejaan Jepang sampai Belanda.

Setelah kuluar dari Museum, kami berjalan melihat gedung-gedung UPI. Kaki pun cukup pegal berkeliling-keliling gedung itu, apalagi dengan cuaca yang lumayan panas. Pak Yudi Bachtair pun sedkit memberi penjelasan mengenai gedung-gedung yang ada disitu bahkan beliau menunjukan gedung saat beliau menjalankan S2_nya. Luar biasa, dan mimpi terbesar saya bisa masuk gedung itu sebagai mahasiswanya.

Setelah selesai, kami masuk bus kembali. “asik, akhirnya makan juga” ketring pun dibagikan dan kami langsung melahap ketring yang isinya nasi timbel, ayam bakar, dilengkapi dengan kesukaan Bu Mida yaitu sambal dan lalaban. Setelah  perut kenya, bus pun melaju kembali, “Cikapundung dak” kata Teh Winda sambil tertawa. Ya, Cikapundung tujuan selanjutnya. Tetapi disana kami hanya sebentar, hanya menumpang shalat dzuhur dan langsung berangkat lagi.

Nah, ini yang kami tunggu-tunggu, Ciwalk-Bandung. Ditempat ini ada kejadian lucu sekali, disaat kami akan naik ke lantai atas untuk di foto, Bu Mida ketakutan tidak mau naik escalator. Karena tidak menemukan lift, Bu Mida pun kami paksa untuk naik escalator. Dengan ekspresi ketakutan akhirnya Bu Mida pun mau, pas saat kakinya menginjak escalator, Bu mida hampir saja jatoh, untuk ada Senny yang menahan badan Bu Mida yang cukup besar itu. Setelah sampai diatas muka Bu Mida memerah dan gemetar terlihat sekali kalau dia kapok tidak mau lagi jalan escalator. Ternyata, Jonas Photo itu ada dibawah. Kami pun segera kebawah, “Ibu gak mau lewat escalator, gak mau” kata Bu Mida. Akrinya Aku, Bu Mida, Seny dan Lutfia pun memutuskan untuk menggunakan lift.

Setelah foto-foto selesai, karena Bu Mida entah kemana, aku dengan kedua temanku yaitu Senny dan Luttfia liat-lait disekeliliing sana, liat-liat sepatu, baju, tas dan akeseoris. Namun apa daya isi dompet tak sampai utnuk membeli sepatu, aku pun hanya memutuskan membeli tas kecil berwarna ijo tosca saja. Lalu kami pun cepat-cepat kembali ke bus karena teman-teman yang lain sudah menunggun disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun