Mohon tunggu...
siti maryamah
siti maryamah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga yang tengah menggapai mimpi jadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

YANG DEKAT, KUAT, DAN BERBUAT

22 November 2014   03:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Revolusi dari Desa , Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya pada Rakyat

Penulis Dr. Yansen, TP., M.Si

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tahun Terbit : 2013

Tebal Buku : xxv + 180 hal

ISBN               : 978-602-02-5099-1

Buku ini ditulis oleh seorang doktor yang jadi bupati di Malinau, Kalimantan Utara. Tanpa banyak kata, kedua hal itu, doktor yang bupati, sudah membunyikan tanda bahwa buku Revolusi dari Desa ini layak menjadi referensi para kepala daerah yang serius ingin memajukan daerahnya. Visi kembali ke desa mencerminkan gebrakan yang tepat sasaran, menukik pada persoalan inti pembangunan, dan mencerminkan penguasaan persoalan dari seorang pemimpin yang matang di lapangan.

Sebagai birokrat karir yang merintis dari bawah, penulis tampak sangat paham lapangan dan dekat dengan rakyatnya. Ini terlihat nyatadari beberapa pengakuan jujur di halaman-halaman awal yang bertopik “Menggugat Konsep Pembangunan”. Beberapa pengakuan itu di antaranya :

- - Kendati berbagai upaya telah dilakukan, tantangan terbesar justru datang dari para pemangku kekuasaan (hal 2) Ini pengakuan publik yang luar biasa, mengingatdatangnya dari seorang kepala daerah.

- - Kesimpulannya, pola pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang selama ini digaungkan, belum dapat diwujudkan ( hal 3) Ini kejujuran.

- - Yang sering terjadi, justru munculnya persoalan baru, sebagai akibat dari kebijakan yang kurang konsisten dan berkelanjutan. ( hal 3 ) Saya melihat, banyak sekali kebijakan yang keliru, bahkan tak masuk akal. ….tidak heran jika kebijakan pemerintah, sering mengundang sikap skeptis dari sekelompok orang..seringkali pemerintah membuat kebijakan yang dalam implementasinya justru melahirkan kerumitan baru. ( hal 5 ) Semua ini adalah pengamatan jeli, jujur, dan rendah hati, dari orang lapangan yang bersedia belajar dan berubah.

- - Menurut saya, pemerintahan sejak kemerdekaan sampai saat ini hanya sukses menjalankan dan menghidupkan birokrasi pemerintahan saja. Mereka silih berganti menjalankan strategi yang sebetulnya sama saja. Ibarat barang dagangan yang hanya berganti kemasan (box, hal 7) . Ini terdengar biasa jika ditulis oleh seorang oposan. Tetapi pengakuan ini ditulis oleh seorang kepala daerah, politisi dan birokrat karir, lulusan dari sebuah perguruan tinggi ikatan dinas. Luar biasa!

Beberapa cuplikan tadi, cukup kiranya mewakili betapa kritis dan tajamnya buku ini dalam mengupas kelemahan-kelemahan serius, struktural dan menahun dalam persoalan pembangunan kita. Ini sebetulnya hal yang biasa jika dilakukan oleh kalangan, oposan, NGO/LSM, atau akademisi, tetapi lain rasa dan gaungnya jika hal seperti ini diungkap oleh praktisi birokrasi yang kebetulan sedang jadi bupati. Ini cermin kejujuran, ketajaman analisis, dan kesediaan untuk berubah.

Dari pengalaman panjangnya menjadi camat di beberapa tempat, Dr Yansen, TP M.sc membuat formulasi yang menggebrak dalam membangun masyarakat berupa GERDEMA (Gerakan Desa Membangun). Gerakan ini adalah paradigma membangun yang didasari nilai utama, percaya sepenuhnya pada masyarakat desa ( hal 14 ). Kepercayaan pada desa ini menjadi etos pokokyang mendasari seluruh visi, misi, konsep, dan komitmen Pemkab Malinau. Menilik reputasnya sebagai birokrat karir yang matang di lapangan dan akademisi yang mumpuni, kiranya kita optimis bahwa program GERDEMA (Gerakan Desa Membangun) akan mampu menjawab tantangan pembangunan yang ada, setidaknya di wilayah setempat.

Optimisme ini didukung oleh penguasaan persoalan dan eksekusi program yang dilakukan okeh sang bupati. Mulai dari menanamkan nilai, mind set, culture set, dan attitude jajaran aparat birokrasi di lingkungan pemkab hingga pemdes. Ini permulaan yang jitu. Setelahnya, memberikan pelatihan demi pelatihan, sehingga para aparat desa khususnya, siap menerima tanggung jawab dan kepercayaan dalam menangani urusan-urusan pemerintahan. Tak tanggung-tanggung, Pemkab Malinau berani menyerahkan 31 urusan pemerintahan pada pemerintah desa. Pemkab berani melakukan hal itu karena mereka telah melakukan serangkaian pelatihan dan pendampingan pada desa. (hal 143) Ini terobosan berani dan layak diapresiasi. Revolusioner! Pantas jika judul Revolusi dari Desa jadi jargon GERDEMA.

Kejelian dalam eksekusi program juga nampakdi sini : Pemerintahan desa yang menjadi model dalam Gerakan Desa Membangun adalah desa yang dalam menyelenggarakan pemerintahannya memiliki inisiatif kuat untuk membuka diri terhadap berbagai masukan dan keter libatan masyarakat. (hal 140) Secara filosofis, sikap terbuka dan responsif pada partisipasi rakyat menunjukkan profesionalisme, akuntabilitas, ketulusan dan kesediaan bekerja keras.

GERDEMA juga meletakkan 4 pilar pembangunan yang strategis dan sinergis satu sama lain, yaitu pada Pembangunan Infrastruktur, SDM, Ekonomi Kerakyatan, dan Good Governance. Untuk daerah dengan banyak isolasi seperti Malinau, keputusan meletakkan infrastruktur sebagai pilar pertama, adalah keputusan yang jitu.

Kita telah banyak melihat bahwa program pemerintah, seringkali sempurna di tataran wacana, tetapi kedodoran dalam implementasi. Tetapi GERDEMA berbeda. Ia tampak terencana matang sejak di tataran paradigma, konsep, dan operasionalisasi bahkan hingga evaluasi program. Jika semua yang dipaparkandi buku ini benar, sungguh berbahagialah Malinau.

Selain banyak kelebihan di atas, beberapa hal yang terasa mengganggu dalam buku ini, diantaranya adalah : penggunaan bahasa yang sangat formal dan birokratis. Pilihan ini membawa konsekweni, buku ini bukan buku populer, sehingga hanya bisa dinikmati segmen tertentu.

Kedua, buku ini juga kurang menggambarkan suasana lapangan secara hidup, on the spot, sehingga pembaca memiliki gambaran yang lebih nyata dan lengkap tentang situasi Malinau, sebelum dan sesudah GERDEMA. Kebanyakan penggambaran situasinya sudah merupakan analisis belakang meja, atau realitas tangan kedua. Ini membuat dinamika wilayah sebelum dan sesudah dicanangkannya GERDEMA kurang terpotret secara nyata.

Meskipun demikian, kedua kelemahan tadi tidak menghilangkan signifikansi buku ini sebagai buku referensi bagi setiap kepala daerah yang ingin memajukan daerahnya dengan sebenar-benarnya. Dengan menuliskan lalu menerbitkannya dalam bentuk buku, Dr Yansen TP, telah memungkinkan keberhasilan di Malinau bisa direplikasi di daerah-daerah lain, tanpa perlu para kepala daerah melakukan studi banding. Buku ini sudah menjelaskan secara lengkap dan detail hingga ke akar-akarnya. Keputusan Dr Yansen TP untuk menulis dan menerbitkan buku semoga membuka mata para kepala daerah pentingnya menulis sebagai sarana berbagi.

Buku ini dan GERDEMA juga membuktikan bahwa pilkada langsung terbukti mampu memunculkan para pemimpin daerah yang dekat, kuat dan dapat berbuat banyak untuk rakyat. Salut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun