Mohon tunggu...
siti mariam
siti mariam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca dan menulis merupakan hobu saya sejak kecil..dulu kita membaca bisa melalui surat kabar salah satunya Kompas,namun sejak adanya internet saya bisa membaca melalui media yg terdapat digoogle

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Nonformal dalam Kemandirian Berwirausaha

13 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 13 Juli 2024   14:03 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan bagi orang tua merupakan tempat membentuk karakter positif anak,Oleh karena itu tak heran banyak orang tua yang berani merogoh kocek jutaan rupiah hanya untuk masuk sekolah TK atau SD swasta yang bonafid .Seperti salah satu saudaraku yang sibuk memasukkan anaknya ke sekolah swasta yang  harus mengeluarkan uang untuk PPDB sebesar  32 juta , weeih sebuah nilai fantastis bagi ku seorang guru SD PNS daerah .Untuk kuliah anakku saja tidak lebih dari 5 juta aku sudah pusing tujuh keliling. 

Tetapi bagiku wajar Pendidikan mahal tentu setara dengan pelayanan pendidikan yang prima. Namun bagi orang yang tidak mampu sekolah negeri yang notabene gratis tidak membayar SPP  tetap saja merasa berat ."sekolah bukan hanya SPP Bu...tapi butuh banyak biaya lain .Baju seragam,buku- buku dan buku pelajaran lainnya" keluh salah satu orang tetanggaku."  Lebih baik tidak sekolah bisa  bantu kami  di sawah toh sekolah belum tentu dapat pekerjaan" sekali lagi argumennya. 

Aku terhenyak itulah potret kehidupan bila dipandang pendidikan salah satu ajang setelah tamat sekolah " sukses mencari pekerjaan " ." Lihat tuh bu...dia itu S2 loh ,penganggur jugakan akhirnya" katanya mencibir  .Tapi ibu lihat pemuda itu tidak sekolah tinggi  loh  ,dia sukses menjadi orang kaya hanya membeli hasil kopi petani ..."  . Aku tertawa " tetapikan harus punya modal besar Bu" selorohku. 

Memang benar sih keberhasilan seseorang bukan hanya dari pendidikan formal semata tetapi ketekunan dan kegigihan kata kuncinya. " Jadi gimana akhirnya ,Doni jadi masuk SMA?" Tanya ku penasaran,tetanggaku hanya mengangkat bahu....ia masih pusing memikirkan dua anaknya yang masih sekolah. Lagi- lagi biaya ....akupun termenung bagaimana dengan nasib anak ku setelah lulus wisuda ,mudah atau sulit kah mencari pekerjaan.

Permasalahan di Indonesia adalah kurangnya lapangan pekerjaan .Persaingan yang berat untuk mengikuti Ujian CPNS saja sudah menyita perhatian,berulang - ulang mengikuti pada akhirnya gagal karena adanya sistem perengkingan.  Bagaimana dengan lulusan SMA yang hampir setiap tahun diluluskan?" ..siapkah dalam berjuang dalam kancah persaingan mencari pekerjaan dengan lulusan sarjana dan tak ayal lagi lulusan sarjana pun banyak yang menganggur.   

"Bagaimana mereka bisa bekerja jika dalam tuntutan yang dicantumkan yang dibutuhkan sudah berpengalaman . Beberapa pertanyaan tersebut akan muncul ,Lalu upaya kita hanya sebatas ketidak mampuan saja ..membiarkan anak - anak hanya menjadi generasi  muda yang melekat sebagai " Pengangguran" .

Suatu hari motor saya mogok,masuklah saya kebengkel dipinggir jalan  walau kecil namun banyak yang menunggu jasanya. Sambil menunggu tukang bekel itu bercerita lulus SMA iya tidak dapat pekerjaan untuk kuliah lagi tak ada biaya akhirnya masuklah kelembaga pendidikan non formal dalam bidang otomotif.

Setelah selesai ia mencoba bekerja pada bengkel lain untuk menambah pengalaman akhirnya dengan sedikit demi sedikit gajinya ia bisa membuka sendiri dan mampu mempekerjakan dua orang yang membantunya. Atau teman kusendiri yang membuat toko kue ,padahal yang kutahu dia tidak bisa memasak namun berkat kegigihannya mengikuti pelatihan secara online akhirnya ia bisa membuat toko kue kecil- kecilan dan dapat menambah uang dapur dikeluargannya. 

Dari pengalaman orang  lain saya berpikir semakin sedikit lapangan pekerjaan sementara lulusan sekolah semakin banyak semakin sedikit pula peluang untuk bekerja. Apa salahnya Pemerintah membuka sekolah non formal seperti BLK ( balai lembaga keterampilan) yang menghasilkan lulusan yang siap pakai karena mereka dibekali skill atau keterampilan sesuai bakat dan minat. Sehingga ketika mereka lulus sudah siap untuk membuka lapangan pekerjaan seperti menjahit,otomotif ,sablon dan lain-lain .

Pendidikan formal wajib 12 tahun tetap menjadi prioritas ,Sementara pendidikan tinggi menghasilkan sarjana - sarjana yang kompeten . Sistem pendidikan menciptakan SDM yang unggul dan negara menjadi maju. Semakin tinggi kualitas pendidikan semakin maju pula sebuah negara begitu juga sebaiknya semakin rendah pendidikan semakin keterbelakangan sebuah negara .Pada dasarnya pendidikan formal maupun non formal berhulu pada kualitas hidup yang lebih baik dan bermutu.

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun