Mohon tunggu...
siti mariam
siti mariam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca dan menulis merupakan hobu saya sejak kecil..dulu kita membaca bisa melalui surat kabar salah satunya Kompas,namun sejak adanya internet saya bisa membaca melalui media yg terdapat digoogle

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Batas Kesabaran

9 Juli 2024   19:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   19:28 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Aku masih sibuk menyusun daganganku dimeja,kue- kue basah sebagian ada yang kubuat ada juga titipan orang. Setiap pagi beginilah aktivitasku berjualan mencari nafkah ,padahal kata ustaz laki - laki wajib mencari nafkah bukan perempuan.Perempuan tugasnya mengurus rumah tangga andai bekerja hanya sebagai mencari tambahan bukan tulang punggung. Nah ,aku dari anak masih kecil hingga anak  sudah SMA aku terus yang bekerja,punya suami kerjanya kalau nggak Luntang- Lantung ya molor. Kalau malu udah dari dulu dah digunjingin tetangga terkadang ,adik-adikku kesal dengan kesabaran ku menghadapi bang Toing ,kalau mau menangis mungkin sudah berember-ember.

        "Mpok ,nasi uduk dua bungkus ya"suara lembut disampingku ,aku menoleh seorang wanita berambut pirang dengan mikeup tipis memberi senyuman,kutaksir paling-paling umurnya sekitar 40 tahunanlah namun masih kelihatan segar .tidak seperti aku Kumal bergulat terus dengan adonan tepung mana aku sempat berdandan yang terpikir aku harus bekerja keras untuk sekolah si Farhan dan Farya ."tumben beli dua bungkus buat siapa yang satunya ?" Tanyaku kepo .setahuku si Neneng ini hidup sendirian di kosnya Pak Sobri.Kata orang si Neneng bekerja di club malam sebagai penyanyi,berangkat malam pulang pagi ,nah tuh sibuk lagi ibu-ibu bergunjing aku mencoba tutup telinga tapi terkadang terbawa juga ." Yang satu buat suamiku Mpok" jawabnya sumringah,

"Oh ,dik Neneng sudah menikah lagi " selamat ya...." 

"Terima kasih Mpok"

"Eh, ngomong-ngomong suaminya orang mana '

"Orang seberang..." 

" Seberang mane...lautan"

"He he orang Padang"

"Weih rancak bana tuh ..."

" Mpok Leha bisa ngomong Padang ya "  keheranan" 

"Nggak sih ,ikut -ikut Uda Daril yang jual nasi Padang ..kan suka gitu dia ngomongnya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun