Mohon tunggu...
Siti Maidah
Siti Maidah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Sosiologi, Universitas Trunojoyo Madura

Semangat berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peluang Optimalisasi Ekonomi Digital dalam Persaingan Perekonomian Global

21 Januari 2021   21:05 Diperbarui: 21 Januari 2021   21:08 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ditengah perlambatan ekonomi global, kini kinerja ekonomi digital menumbuhkan Optimisme bagi masa depan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi digital di indonesia termasuk yang terpesat di Asia Tenggara dalam perhitungan 5 tahun terakhir. Tentu ini membutuhkan dukungan berupa infrastruktur, sistem logistik, pembayaran, serta industri manufaktur.

Dalam laporan hasil riset Institute for Development of Finance (INDEF) dan Laboratorium data persada terlihat besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia, total kontribusi ekonomi terhadap PDB Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp 814 Trilliun atau setara dengan $56,4 Milyar Dollar Amerika atau 5.5% dari PDB. Ekonomi digital juga mampu menambah 5,7 juta lapangan kerja baru atau 4,5% dari total tenaga kerja.

Menurut Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019 sekitar 171 juta orang atau lebih dari 60% penduduk indonesia menggunakan internet. Dengan pengguna yang besar dan jaringan yang tersedia, potensi bisnis digital bisa berkembang tidak hanya di kota besar namun juga di wilayah terpencil yang terhubung internet. Apalagi internet bukan hanya untuk mencari informasi dan Chatting , tetapi juga untuk berbelanja daring. Sehingga tokoh-tokoh online  yang berwujud situs-situs yang menawarkan jasa, barang, tiket pesawat, kamar hotel bermuculan.

Hasil riset perusahaan teknologi E-commerce lokal SIRCLO akhir desember 2019 menyatakan rata-rata satu orang  konsumen Indonesia dapat berbelanja di Market place sebanyak 3 sampai 5 kali dalam satu bulan, dan dalam laporan yang berjudul Navigating Market Opportunities In Indonesia's E-Commerse juga menyebutkan rata-rata konsumen E-Commerse  Indonesia menghabiskan hingga 15% dari pendapatan bulanan mereka. Perilaku konsumtif puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia menjadi penyebab belanja Online  di Indonesia terus berkembang.

Laporan dari Google, Temasek dan Bain and Company dalam E-conomy SEA 2019 menyebut Indonesia bisa menghimpun perekonomian melalui digital sebesar $ 133Milyar Dollar Amerika pada tahun 2025, tahun lalu ekonomi digital yang meliputi perdagangan elektronik, media online, transportasi online, wisata dan perjalanan serta jasa keuangan digital sudah mencapai $ 40 juta Millyar Dollar Amerika atau setara dengan Rp 560 Trilliyun. Angka ini tumbuh 5 kali lipat dibandingkan pada tahun 2015 yang hanya mencapai $ 8 Millyar.

Di Asia Tenggara pertumbuhan ekonomi digital Indonesia termasuk yang paling pesat dalam 5 tahun terakhir, dalam 4 tahun ke depan perdagangan elektronik Indonesia di prediksi tumbuh 12x lipat, sedangkan transportasi online tumbuh 6x lipat, pembiayaan di Indonesia pun berpotensi melebihi rekor yang tercatat pada tahun 2018. Laporan MCKINSEY yang berjudul Unlocking Indonesia's Digital Opportunity juga menyebutkan digitalisasi diprediksi memberi dampak besar $150 Dollar Amerika hingga tahun 2025, transaksi berbasis digital di Indonesia berpotensi menambah 26 juta pekerjaan hingga 2025.

Indonesia sendiri terhitung negara dengan pertumbuhan usaha rintisan atau start-up  tercepat di dunia. Data startupranking.com menunjukkan data start-up Indonesia tumbuh dari 1.400 usaha pada tahun 2017 menjadi 2.214 usaha pada 2019. Indonesia menempati urutan ke 2 di Asia dan urutan ke 5 di dunia.

Berbagai data ini menimbulkan optimisme terhadap masa depan ekonomi digital di Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi akar ketidakpastian. Meski awal tahun 2020 sempat mereda, dampak volume perdagangan dunia menyusut dan harga komoditas anjlok, pertumbuhan ekonomi global pun tertekan. Laporan prospek ekonomi global yang dirilis Bank Dunia pada tahun 2019-2020 sebanyak 2,4% hingga 2,5%. Lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia ini berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Perekonomian dalam negeri tahun ini diperkirakan tumbuh lebih landai dibandingkan tahun 2018, 2019. Prediksi pertumbuhan tahun 2021 ini sebanyak 5,5%.

Adapun Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) seperti tercantum dalam arah kebijakan dan strategi perkembangan ekonomi digital 2020-2024 menyebut sektor informasi dan komunikasi tumbuh lebih besar 7% jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini merupakan indikasi meningkatnya peran ekonomi digital pertumbuhan tenaga kerja di sektor teknologi informasi dan komunikasi masih bisa meningkat pesat. Tahun 2018 peningkatannya 7,21%, sektor transportasi dan pergudangan juga tumbuh lebih dari 7%.

Pertumbuhan yang tinggi ini salah satunya di dorong oleh pertumbuhan perdagangan elektronik dan transportasi online. Berbagai kajian menunjukkan potensi ekonomi berbasis digital amat besar dan bisa di manfaatkan untuk pemerataan pembangunan, namun perlu sejumlah syarat agar ekonomi digital Indonesia 2021 bisa berjalan maksimal.

Kesenjangan digital
Akses layanan telekomunikasi masih belum menjangkau semua desa di Indonesia, masih ada kesenjangan infrastruktur digital. Kecepatan akses di Jakarta misalnya rata-rata 7 Mbps, sedangkan di Papua rata-rata hanya sekitar 300Kbps.
Kualitas SDM rendah serta kurangnya literasi digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun