Mohon tunggu...
Siti Mahmudah
Siti Mahmudah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bentuk Bukti Keesaan Allah di Surah Al-Baqarah Ayat 163 dan 255

25 Mei 2024   22:08 Diperbarui: 25 Mei 2024   22:38 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep keesaan Allah SWT (Tauhid) menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah, dan tidak ada Tuhan selain Dia. Sifat Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang menunjukkan kebesaran dan kasih sayang-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya mengajarkan bahwa tidak ada yang layak disembah atau diandalkan selain Allah.

Tauhid sendiri memiliki pengertian meyakini keesaan Allah, baik zat, sifat, maupun perbuatan-Nya menjadikan Allah sebagai satu-satu-Nya tuhan yang patut untuk disembah dengan segala keesaan-Nya.

Pertama, keesaan Allah dalam Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian, karena bila Zat Yang Mahakuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih maka berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian tersebut, yang bertentangan dengan konsep keesaan.

Kedua, keesaan Allah dalam sifat-Nya, berarti Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk-Nya, meskipun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut bisa sama.

Ketiga, keesaan Allah dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam alam semesta ini adalah hasil dari perbuatan Allah. Allah adalah sumber segala kekuatan dan tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kecuali dengan izin atau sepengetahuan-Nya. Perkara syafaat atau pertolongan adalah hak proregratif Allah bukan hak seseorang.

Dari makna tauhid ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang di bisa dijadikan tuhan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya tuhan yang patut disembah.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah 2:163).

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nyameliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.” (Qs. Al-Baqarah 2:255)

Dalam firman Allah Surah Al-Baqarah Ayat 163 dan 255 di atas, menegaskan bahwasanya ada bentuk bukti keesaan Allah SWT  yang tertera dalam Surah Al-Baqarah ayat 163 dan ayat 255 beberapa bukti diantarantya :

1. Monoteisme

Ayat 163 menegaskan bahwa bentuk keesaan Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Ini menegaskan konsep monoteisme, yaitu keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan yang layak disembah.

2. Sifat Kasih Sayang Allah

Ayat 163 juga menyebutkan bahwa bentuk keesaan Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menunjukkan sifat kasih sayang Allah yang memberikan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya (kafir/muslim) yang tak terbatas.

3. Pemeliharaan Allah

Ayat 255, dikenal sebagai Ayat Kursi, menggambarkan Allah sebagai Yang Maha hidup (Al-Hayy) dan Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya) (Al-Qayyum), menegaskan bukti keesaan Allah dalam memelihara alam semesta.

4. Kekuasaan Allah Tanpa Henti

Ayat 255 menggambarkan  bentuk keesaan Allah  bahwa Dalam pengaturan, pengawasan dan penjagaan Allah melakukannya sendiri tanpa kelengahan sedikitpun digambarkan dengan kata tidak mengantuk apalagi tidur berbeda dengan makhluk yang memerlukan istirahat.

5. Ilmu Allah yang Luas

Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan dan di belakang makhluk-Nya, menandakan bahwa bentuk keesaan Allah adalah ilmu Allah tidak terbatas oleh waktu dan ruang.

6. Kedudukan dan Kebesaran Allah

Ayat 255 diakhiri dengan penegasan bahwa Allah Mahatinggi (Al-'Aliyy) dan Mahabesar (Al-Azim), menggambarkan keesaan Allah bahwa tidak ada sesuatu yang lebih tinggi dari (kedudukan/kekuasaan/ilmu/kekuatan) maka segala sesuatu berada di bawah Allah SWT.


Ayat-ayat tersebut secara jelas menunjukkan bentuk bukti dari keesaan dan kekuasaan Allah SWT dalam penciptaan, pemeliharaan, dan pengaturan alam semesta, serta sifat-sifat Allah yang memberikan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya (kafir/muslim) yang tak terbatas.

Penulis: Siti Mahmudah (Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud, M.A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun