Dan tangganku mulai bergetar tapi sebisa mungkin aku menelpon ibuku dijeneponto, ibu benar bapak aji sudah meninggal? Tak percaya rasanya dan ibupun menjawab iya nak bapak ajimu sudah meninggal kita semua harus sabar yah nak...aku tahu ibukupun sangat merasa terpukul atas kepergian beliau. Dan ibu sebisa mungkin terus berusaha menutupi kesedihannya dengan sabar dan ketabahannya. Beliau sangat dekat dengan ibu ku, beliau adalah kakak tertua dari 10 bersaudara di keluarga aku ..Dan sangat terdengar jelas tangisan ibu di telpon. Lemas semua rasanya tubuh ini tak bisa berbuat apa apa tak terasa tangis ku semakin keras dan Kubangunkan Adik adik sepupuku untuk bergegas menuju ke rumah sakit melihat terakhir kalinya bapak aji.
Malam menjelang subuh...Sepanjang jalan tangiskupun tak bisa berhenti serasa masih mipmi...tapi sayang itu bukan mimpi ..berat langkah ku menuju RUMAH SAKIT UGD BAYANGKARA.
Kulihat tubuh kaku beliau terbaring di tempat tidur, badannya masih terasa hangat .
Ya allah apakah kah yang terbaring ini adalah Bapak aji?,
yang selama ini aku anggap sebagai ayahku?
gemetar rasanya tanganku. Untuk menyentuh tubuh yang tak berNyawa ini. Tangisku semakin dalam. Kupeluk badan yang kaku tak berdaya itu. Di pembaringan kucium keningnya. Untuk terakhir kalinya .Pesan mu ku akan ingat selalu, dan sosokmu ku kenang selalu di hati ku, Semoga amal ibadah dan kebaikan beliau di terima disisi Allah serta dilapangkan jalannya..Amiiiiin...amiiin Selamat Jalan Bapak aji Ku Sayang ..I Love U Your Best My Father.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H