Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Halo hai!

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit yang Berbeda

26 Desember 2022   15:07 Diperbarui: 26 Desember 2022   15:38 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Respon yang tak pernah dipikirkan Azril dan sangat mengejutkan hatinya. 

~~~

Berminggu-minggu sikapnya berubah sangat cuek pada Aulia. Saat Aulia sidang skripsi-pun Azril tak menunjukkan batang hidungnya. Terlihat sangat kejam ketika melupakan moment penting orang yang ia anggap penting. Namun, hal itu Azril lakukan bukan tanpa alasan. Azril masih berperang dan bergejolak dengan hatinya pada keputusan yang dibuat sang ayah. Ia tak kuasa melihat orang terkasihnya sedih. 

Berminggu-minggu pula, Aulia mulai merasakan kejanggalan pada diri Azril. Sikap Azril yang begitu dingin membuat Aulia mulai overthinking kemana-mana. Azril sempat mengabari bahwa, ia sedang disibukkan dengan pekerjaannya. Tapi tetap, firasat Aulia semakin kuat, ini bukan hanya perihal pekerjaan melainkan ada hal lain yang sedang menggelayuti pikiran Azril. 

24 Desember 2022

Mendung di pagi hari seakan menyampaikan kabar buruk yang akan diterima Aulia. Aulia tak menyadarinya, sebab tiba-tiba Azril memberikan kabar dan akan menyampaikan hal penting padanya. Setelah sekian minggu menghilang, rasa rindu itupun tumpah ruah tak tertahankan. Menunggu kabar orang tekasih yang akhirnya tiba. Namun, senyum sumrigah Aulia seketika menghilang mendengar ucapan Azril, 

"Kemarin setelah wisuda, saat saya ngantar ayah ke stasiun, ayah bilang supaya dengan sampean teman biasa saja".

Bak disambar petir, kabar baik yang dipirkan Aulia setelah menunggu hilangnya Azril sekian lama berubah menjadi mimpi buruk yang membunuh. Keduanya saling terdiam, air mata keduanya banjir tak tertahankan. Awan mendung yang makin gelap disambut dengan rintik hujan yang tiba-tiba deras mewakili derasnya tangis mereka berdua. 

"Apa tanggapan sampean ayah bilang begitu?".

"Saya nurut apa kata ayah".

"Tunggu, ini sakit banget lo", senyum Aulia sembari mengusap air matanya.

"Maka dari itu maaf banget kemarin saya agak cuek ke sampean, karena saya kepikiran terus dengan pendapat ayah, ditambah lagi kerjaan dan saya mau bilang kata yang pas seperti apa sama sampean. Saya juga sampai ndak bisa datang diacara sidang sampean. Saya malu dan sedih dengan diri sendiri, disaat sampean lagi butuh-butuhnya, saya bergejolak dengan hati saya sendiri", ucap Azril dengan tertunduk lesu.

"Sebelum semuanya bener-bener selesai, saya mau tanya, gimana perasaan sampean ke saya?"

"Saya suka dengan sampean. Tapi saya gak bisa abaikan nasihat ayah saya, kita boleh suka tapi suka itu ternyata tidak pasti memiliki. Saya mohon maaf atas segala kekhilafan saya, saya tetap menganggap sampean sebagai teman saya".

"Bentar, butuh waktu buat nerima semuanya", tatapan Aulia mulai kosong mendengar ucapan Azril. "Saya mau tau ayah bilang gitu alasannya apa?"

"Apa ayah gak suka saya? Atau apa?? Bilango??"

"Bentar dulu, sampean kuatkan diri sampean, yang tegar..", kata Azril mencoba menenangkan. 

"Bilango langsung aja apa???", tanya Aulia dengan makin histeris.

"Inget kan, kalo saya anak ragil. Gimanapun anak ragil harus tinggal di rumah orang tua, sedangkan sampean gak bisa ikut saya dan punya tanggung jawab sendiri di rumah".

"Ya rabb, hanya karena ini.. Alangkah baiknya, sebelumnya sampean bilangnya langsung. Mungkin sekarang sampean udah lupa dan menganggap saya bukan siapa-siapa lagi, dan disini tinggal saya sendiri yang masih bergejolak dengan hati dan itu butuh waktu lama, sangat-sangat lama." 

"Ngge maaf. Kita sebagai manusia cuma bisa berusaha, tapi Allah punya takdir". 

Pupus sudah, harapan dua sejoli. Ketika hati saling terikat, namun takdir tak mengikat. Hanya karena tradisi yang tak bisa dihindari. Disinilah letaknya berpikir positif pada Allah, sulitnya masyaAllah. Terkadang sampai mau marah banget tapi kalo dipikir-pikir kita ini cuma boneka yang dimainkan sama pemilik-Nya. Kalo gak nurut sama pemilik-Nya, hidup kita pasti berantakan, bukan?

~~~

Sore itu, Aulia menumpahkan gundah gulana hatinya pada ibunya. 

"Coba istikharah dulu, tirakat dulu, puasa senin kamis. Gak sehari dua hari tapi dua tahun. Nanti gimanapun hasilnya kalo gak jodoh sengeyel apapun kamu gak akan bisa disatukan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun