Jangan pernah bergantung pada manusia. Bahkan bayangan milikmu sendiri akan meninggalkanmu saat kamu berada di kegelapan"Â -Imam Ibnu Taimiyah-
Yokk flashback masa kecilmu. Pernah gak kamu yang merasa cewe nih, waktu kecil selalu dimanja bak seorang princess?? Apa-apa diturutin kamu tinggal duduk manis menunggu keinginanmu terkabul?? Apalagi ibu mengenakan kamu gaun layaknya seorang putri raja?Â
Nahh, jika kamu pernah mengalami hal seperti ini dimasa kecilmu. Ada yang harus diwaspadai.Â
Sebelumnya aku akan mengawali dengan kisah Cinderella salah satu film Disney dengan ciri khas gaunnya berwarna biru muda dan sepatu kaca. Pasti tau semua kan? Yang menjadi ciri khas dikisah itu, awalnya hidup Ella yang menyedihkan sebab ditinggal mati oleh ayahnya, berakhir dengan bahagia setelah bertemu pangeran idamannya.Â
Semudah itu ya, kehidupan langsung berubah drastis setelah bertemu sang pangeran. Kisah Cinderella hampir sama dengan sindrom cinderella complex. Sesuai dengan nama sindromnya. Penderita sindrom ini cenderung mengalami permasalahan pada kemandiriannya. Dia selalu manja dan bergantung pada orang lain.Â
Sindrom Cinderella Complex pertama kali dicetuskan oleh psikiatri modern, Colette Dowling. Colette Dowling menuangkan bagaimana kondisi seseorang yang mengalami sindrom cinderella complex dalam bukunya berjudul "The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear Of Independence".
Dalam bukunya, Coletta mengungkapkan bahwa sindrom cinderella complex merupakan sebuah keinginan dibawah ketidaksadaran untuk diurus oleh orang lain atau keadaan seorang wanita yang selalu merasa ingin dilindungi oleh pria untuk dijadikan pelindung bagi dirinya sendiri.Â
Ya semacam berangan angan-angan ingin bertemu sosok yang melindungi, mengayomi, perkasa, tampan dan tanpa cela. Sebenarnya fitrah sih. Tapi jika berlebihan dan tidak disikapi dengan baik maka akan menjadi bom waktu.Â
Penyebab Cinderella ComplexÂ
Nahh, penyebab awal sindrom ini sebenarnya lebih ke pola asuh orangtua yang salah pada anaknya. Terutama ketika mengasuh anak perempuan. Terkadang seseorang yang dikaruniai anak perempuan ia akan lebih memanjakan dan kurangnya menstimulus anak agar mandiri. Ataupun membuat anak menjadi sosok yang kuat.Â
Tanpa orangtua sadari, mereka secara tidak langsung kurang menanamkan cara anak untuk menerima kenyataan hidup. Dengan terlalu banyak memberikan kisah yang berakhir bahagia. Sedangkan nyatanya, akhir bahagia adalah hasil proses panjang dari sebuah usaha dan perjuangan.
Berbanding terbalik dengan anak laki-laki yang kebanyakan diasuh dengan cara yang tegas. Orangtua mencoba menanamkan agar mereka menjadi pribadi yang tidak manja dan tidak bergantung pada orang lain. Sebab kebanyakan orangtua berpikir sikap manja merupakan ciri khas kaum wanita.Â
Tanda Pengidap Sindrom Cinderella ComplexÂ
Seseorang yang mengalami sindrom cinderella complex cenderung sangat mengharapkan kehidupan yang secure dan ideal seperti dalam dongeng. Lebih tepatnya mereka yang suka mengkhayal akan datangnya pangeran menawan pembawa kebahagiaan untuk mereka.Â
Wanita penderita sindrom ini juga selalu bergantung pada pasangannya. Berharap selalu dilayani bak seorang princess. Padahal tak semua pasangannya bisa melayani dan mem'princess'kan mereka.Â
Hal yang paling mengkhawatirkan, sindrom ini bisa membuat penderita tak bisa bekerja secara maksimal dan efektif. Sebab mereka selalu bergantung pada orang lain. Terutama rasa cemas dan takut akan kesuksesan menyelimuti.Â
Bagaimana cara mencegahnya?
Setelah kamu tau tentang arti sindrom cinderella complex. Sebagai orangtua atupun calon orangtua, kamu perlu mencegahnya sedini mungkin. Toh, mencegah lebih baik daripada mengobati kan?Â
Pertama, ketika kamu memiliki seorang anak perempuan. Alangkah baiknya jangan terlalu memanjakannya, cobalah bersikap tegas namun bukan keras. Tanamkan kemandirian dan kekuatan bahwa hidup tak selamanya bahagia atupun enak mulu. Bahagia atau hidup enak akan muncul jika kita mau berjuang dan berusaha untuk kebahagiaan itu.Â
Terutama menjadi sosok yang mandiri dan tak bergantung pada orang lain akan membuat anak mampu menghadapi semua masalah dalam hidupnya kelak. Cobalah tepis, prinsip jadul bahwa kaum perempuan itu lemah dan selalu bergantung pada laki-laki.Â
Kedua, ketika memiliki anak laki-laki. Cobalah tanamkan bahwa perempuan dengan laki-laki itu sama saja. Memiliki tingkatan yang sama. Pekerjaan rumah bukanlah pekerjaan khusus untuk perempuan. Laki-laki juga memiliki kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah. Sebab banyaknya orangtua yang menganggap kaum perempuan meskipun sekolah setinggi mungkin toh akhirnya akan mengurus rumah.Â
Nahh, secara tidak langsung hal tersebut akan membuat anak perempuan menjadi lemah dan takut akan kesuksesannya kelak.Â
Ketiga, cobalah bersikap adil saat mendidik anak perempuan dengan anak laki-laki. Dengan membiarkan anak mengembangkan impiannya tanpa ada doktrin ini itu. Hak tersebut sebagai bekalnya dikehidupan nyata kelak.Â
"Menjadi wanita yang mandiri itu baik, namun bukan berarti menjadi wanita yang mengharapkan perhatian dan kasih sayang seorang pria itu buruk, asalkan kita melakukan dengan porsi yang tepat. Karena segala hal yang dilakukan secara berlebihan tidak pernah benar"
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H