Keterwakilan heuristik merupakan cara menilai sesuatu dengan sangat cepat. Akan tetapi, kebanyakan hasil penilaian keterwakilan heuristik selalu salah. Karena penilaian ini hanya berdasarkan aturan tanpa menghiraukan frekuensi kemunculan peristiwa atau pola tertentu. Maksudnya fakta yang mereka nilai lebih representatif sebenarnya tidak membuatnya lebih mungking.Â
Seperti penelitian yang dilakukan Nilsson, Juslin, dan Olsson (2008) menemukan bahwa keterwakilan heuristik dipengaruhi oleh akun contoh memori sehingga contoh baru diklasifikasikan sebagai perwakilan jika sangat mirip dengan kategori juga seaakan sering ditemui.Â
Dalam penelitiannya yang difokuskan pada keyakinan medis. Banyak orang yang percaya bahwa gejala medis harus menyerupai penyebab perawatannya. Contohnya, ketika banyak orang yang percaya penyakit maag terjadi karena stress, karena sifat heuristik dan representatifnya.Â
Padahal kenyataannya bakterilah yang menyebabkan penyakit maag. Dan hal tersebut membuktikan bahwa dokter menggunakan keterwakilan heuristik dengan menilai seberapa mirip pasien dengan stereotip atau prototipe dengan gangguan itu. Jadi keterwakilan heuristik memberi penilaian cepat pada objek baru dengan kategori yang ada.
Dan bagi anak usia dini yang masih memiliki cara berpikir yang sederhana, kejadian tersebut mungkin saja bisa menjadi trauma tersendiri baginya. Rasa tidak percaya diri dan mengurung diri pasti akan muncul seketika, jika penilaian yang diberikan orang lain buruk. Akan tetapi jika penilaian yang diberikan orang lain baik, hal tersebut bisa menjadi dampak baik maupun buruk bagi anak.Â
Seperti halnya temanku dan aku sendiri, hingga kini masih saja merasa tidak percaya diri di depan orang lain, sering merendahkan diri karena masih tersugesti dengan penilaian keterwakilan heuristik  orang lain.
 Hal tersebut sangatlah mengganggu disetiap aktivitas kami. Sebab, kebanyakan orang menilai dengan menggunakan keterwakilan heuristik karena dirasa mudah dan cepat tanpa mempertimbangkan keadaan yang sebenarnya.Â
Akan tetapi masalahnya, terkadang orang suka melebih-lebihkan kemampuannya untuk memprediksi kemungkinan suatu peristiwa secara akurat. Yang mana hal tersebut mengakibatkan pengabaian tingkat dasar yang relevan dan prasangka kognitifnya.Â
Lalu bagaimana mengatasi hal tersebut?
Sebelum menilai seseorang alangkah baiknya mencari fakta tentang dirinya terlebih dahulu. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut terlihat sepele. Karena mereka tak merasakan dampak keterwakilan heuristik tersebut. Akan tetapi bagi yang pernah merasakannya bisa jadi akan berusaha lebih berhati-hati dalam menilai orang lain.
Mepertimbangkan banyak hal sebelum mengecap ini itu. Bisa juga orang yang melakukan hal tersebut pernah merasakan dampaknya, yang mana pada akhirnya melampiaskan pada orang lain. Dan rasa balas dendam mengalahkan segalanya. Menggunakan keterwakilan heuristik untuk menilai orang lain dirasa kurang tepat.Â