Pendidikan adalah sebuah proses yang di lakukan oleh pendidik dan di berikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan. Pada usia dini atau anak - anak mereka tidak hanya memerlukan pendidikan akademis saja, namun di usia tersebut anak - anak memerlukan aspek kepribadian, sosial emosional, dan nilai - nilai religius untuk membekali anak - anak dalam mempersiapkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.Â
Salah satu aspek penting yang harus di kembangkan pada anak usia dini adalah aspek emosi, karena emosi berkaitan erat dengan perilaku anak - anak. Goleman (2002) menggambarkan emosi sebagai suatu keadaan mental yang kuat, meliputi dinamika perasaan dan pikiran yang khas, disertai perubahan fisik, serta kecenderungan untuk bergerak dalam suatu pola perilaku tertentu.
Perkembangan sosial emosional setiap anak - anak berbeda antara satu dan lainnya karena seiap anak memiliki tahapan emosional yang berbeda, kemampuan emosional dapat di pengaruhi oleh interaksi mereka baik dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar mereka. Salah satu cara untuk membangun kecerdasan emosional adalah dengan memanfaatkan cerita fantasi anak, bentuk dari cerita fantasi dapat berupa dongeng, bercerita dan lain sebagainya. Â
Perkembangan emosional anak adalah kemampuan anak dalam mengelola emosi yang di dapatkan. Hal ini berarti jika anak dapat mengelola dan mengendalikan emosi yang dia terima dengan baik maka anak tersebut dapat membangun hubungan sosial dengan baik kepada orang lain termasuk dengan teman dan keluarganya. Anak dengan kecerdasan emosi yang baik dapat di katakan anak yang sanggup atau mampu dalam mengelola emosinya dengan bijak sehingga anak tersebut dapat menyelesaikan masalah yang sedang dia hadapi dengan baik, yaitu dengan membuat keputusan dengan hati - hati, serta dapat mengontrol emosi nya dan mengalihkannya ke dalam kegiatan yang lebih baik atau positif. Â
Kemampuan anak dalam mengenali emosi dapat di tandai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi emosi yang sedang dia rasakan lalu dapat mengomunikasikannya, artinya anak dapat menyebutkan apa yang mereka rasakan dan penyebabnya apa. Contoh emosi yang biasanya di ungkapkan oleh anak kecil adalah seperti marah, sedih, senang, takut, terkejut, malu, jijik, serta emosi lainnya. Anak - anak dapat mengekpresikan emosi tersebut karena biasanya pada usia dini mereka cenderung memperhatikan sekitarnya, salah satu contoh kecilnya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar dalam tahap perkembangan emosi pada anak, karena pada umur yang masih dini pengalaman emosi yang di dapatkan pasti akan melekat hingga masa dewasa.Â
 Bercerita atau storytelling adalah sebuah metode pembelajaran yang di berikan kepada anak untuk memberikan pengalaman anak secara lisan, dalam bercerita harus pintar dalam penyampainnya agar anak tidak cepat bosan serta dapat mengundang perhatian anak sehingga pesan yang di sampaikan baik nila - nilai sosial atau kemasyarkatan dapat tersampaikan dengan baik. Storytelling atau bercerita adalah kegiatan yang bertujuan memberikan pesan atau pengetahuan, melalui suatu pengalaman, peristiwa, atau kejadian, baik nyata atau rekaan, yang disampaikan kepada anak (Kristsuana et al., 2023). Bercerita atau storytelling memiliki tujuan untuk mengembangkan imajinasi anak serta kreatifitas anak, selain itu dengan bercerita dapat mengembangkan aspek kepekaan, seni, emosi serta daya fantasi pada anak - anak. Meskipun anak - anak tidak mengalami secara langsung, namun anak - anak akan berimajinasi dan dapat menjadikannya sebagai pengalaman hidup, sehingga anak dapat belajar memecahkan masalah dari cerita tersebut. Dalam penelitian yang di lakukan oleh Hibbin pada tahun 2016 menegaskan bahwa metode storytelling terbukti sangat bermanfaat bagi anak - anak dalam mengembangkan kemampuan anak untuk memahami perasaannya serta mengekspresikan diri dan lainnya. Sehingga dalam metode bercerita atau storytelling dapat membantu anak - anak dalam perkembangan emosi anak. Ketika ada yang bercerita anak akan masuk ke dalam ceritanya dan merasakan emosi yang di rasakan oleh tokoh dalam cerita sehingga, anak dapat memahami apa yang di rasakan oleh tokoh baik perasaan marah, takut, sedih dan sebagainya, hal tersebut akan memacu anak untuk lebih bisa mengenali emosi dari dirinya sendiri.Â
Mendongeng juga merupakan kegiatan yang dapat mendorong anak dalam mengenali emosi dan mengenali emosi orang lain. Menurut Pebriana (2017) Mendongeng adalah kegiatan bercerita atau menuturkan cerita atau pun peristiwa kepada anak secara lisan. Kegiatan mendongeng dapat membantu anak usia dini dalam tahapan sosial emosional mereka. Melakukan kegiatan mendongeng secara rutin dapat membantu anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan perasaan dan emosi, serta memahami dan mengontrol emosi mereka sendiri (Sekarini, 2023). Dalam kegiatan stimulasi mendongeng anak - anak akan belajar untuk mengenali emosi nya, selain itu kegiatan mendongeng bagi anak - anak dapat meningkatkan kemampuan imajinasi si anak dan juga yang tidak kalah penting adalah dapat menambah kosa kata anak - anak. Dalam mendongeng perlu menggunakan teknik seperti memperagakan ekspresi wajah serta gerakan tubuh yang sesuai dengan ceritanya agar anak dapat masuk ke cerita dan dapat merasakan emosi setelah mendengarkan cerita tersebut. Ketika mendongeng di perlukan keterlibatan orang tua atau pun orang yang lebih dewasa dalam memahami cerita narasi karena dalam mendongeng di perlukan ketrampilan dalam menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut dapat di terima dan di pahami oleh anak - anak usia dini. Contoh ketrampilan yang dapat di gunakan untuk mendongeng adalah dengan menggunakan alat peraga / boneka tangan yang dapat menarik perhatian anak - anak. Dengan mendongeng proses pendidikan moral dan emosi dapat di laksanakan dan di terima oleh anak sejak dini.
Membangun kecerdasan emosional anak dapat dilakukan melalui cerita fantasi. Kecerdasan emosional anak adalah kemampuan anak dalam mengatur emosinya dengan baik, artinya anak dapat mengenali, mengolah, mengontrol, penuh kesadaran diri, motivasi, dan empati. Karena anak dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih memiliki tingkat percaya diri, sehingga mereka dapat membangun hubungan baik dengan orang lain, selain itu anak dengan tingkat kecerdasan emosional yang baik dapat mengelola stres sehingga anak cenderung tidak akan memiliki gangguan kesehatan mental.Â
Dapat di simpulkan bahwa sangat penting untuk mengenalkan emosi kepada peserta didik sebagai dasar dari kecerdasan emosinya, serta dengann metode storytelling dapat menjadi salah satu media yang dapat di gunakan untuk memperkenalkan emosi kepada anak yang masih berusia dini. Dengan storytelling pendidik dapat mengamati atau melihat secara langsung respon peserta didik serta dapat langsung mengajarkan emosi kepada peserta melalui ekspresi emosi yang di sajikan oleh pendidik. Sehingga dengan di berikan contoh maka anak dapat dengan mudah menangkap emosi tersebut dan mengerti emosi apa yang telah di keluarkan, dengan demikian ketika anak - anak menemukan ekspresi serupa pada kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitarnya, anak dapat atau mampu untuk mengidentifikasi bahwa dirinya sendiri dan orang di sekitarnya sedang merasakan emosi tertentu. Sehingga metode bercerita cerita fantasi sangat membantu dalam membangun kecerdasan emosi pada anak usia dini.Â
Selain metode bercerita atau storytelling, mendongeng juga sangat membantu dalam membangunkecerdasan emosi pada anak usia dini, karena dengan metode mendogeng anak dapat di tarik ke dalam cerita sehingga dapat mendorong anak untuk meningkatkan imajinasinya, selain itu mendongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak serta dapat membangun daya sosialisasi anak. Ketika anak sudah masuk ke dalam alur cerita dongeng lalu berimajinasi, anak akan mengerti bagaimana mengekspresikan perasaan ketika sedih, senang, malu, marah , dan yang lainnya, sehingga dengan sendirinya anak akan dapat mengekspresikan emosinya sendiri dan anak akan perlahan menyampaikan emosi yang sedang di rasakan, nah ketika anak telah mampu untuk mengekspresikan dan menyampaikan emosinya dengan baik dan tepat maka anak dapat di katakan bahwa telah memiliki kecerdasan emosi yang baik. Sehingga metode mendongeng sangat membantu dalam membangun kecerdasan emosi pada anak usia dini.
Daftar PustakaÂ
Laiya, S. W., Sutisna, I., Daud, N., & Shodiq, N. A. M. (2023). Pengaruh Metode Mendongeng Terhadap Kecerdasan Emosi Anak. Jambura Early Childhood Education Journal, 5(1), 12-25.
Ansar, W., Jalal, N. M., Rifani, R., Mutiara, M., & Salinding, N. (2024). Edukasi Program Stimulasi Sosial dan Emosi Anak Usia Dini Terhadap Orangtua di TK Insan Cemerlang. Jurnal Pengabdian Sosial, 1(8), 751-754.
Khadijah, K., Putri, H. A., Akhiriyah, A. F., Nasution, A. Z., Pratiwi, E. S., Harahap, M. J., & Rahmawati, N. (2024). Mengembangkan Sosial Emosional Anak Melalui Metode Bercerita. Dewantara: Jurnal Pendidikan Sosial Humaniora, 3(3), 137-146.
ANDINI, J. (2022). PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD DARUL MUSHLIHIN BANDAR LAMPUNG (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Kristsuana, L. N., Afriline, G. V., Gea, F. S. P., & Krishi, N. S. L. (2024). Metode Storytelling untuk Mengenalkan Emosi pada Anak Usia 4-5 Tahun. Aletheia Christian Educators Journal, 5(1), 34-41.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H