"Gue masih normal! Mana mungkin suka sama cewek!" bantah Lulu dengan tatapan tajam.
"Owh, gitu. Kirain kamu suka samaku," sahut Yuni mengulum bibir, menahan tawa yang hampir meledak.
Acara dilanjutkan, Ibu Lulu sengaja mengalihkan perhatian mereka ke hidangan yang menggiurkan.
Rasa bahagia di awal acara nyaris tak ada lagi. Semua terasa menyebalkan.
"Udah, makan dulu sana!" titah ibu sembari mengelus pundak putrinya pelan.
"Gak mood! Mau balik kamar aja," balas Lulu memasang muka cemberut.
"Nggak boleh gitu, sopan sama tamu, Nak!" tegur ibu.
Lulu menghela napas berat. Kalau sudah orang tua yang berbicara, dia bukanlah ahlinya membantah.
"Iya, iya."
Jam sudah menunjuk ke arah 23.00, para tamu sudah berpulangan. Ibu dan ayah juga sudah kelelahan, mereka langsung istirahat.
Lulu memandang semua kado yang berbentuk serupa itu. Sangat banyak. Gadis itu tersenyum kecil, biarlah seperti itu. Kalaupun isinya semua jam tangan, kan sudah bisa buka toko jam tangan.
Dengan perlahan Lulu membuka salah satu kotak. Sontak gadis itu membulatkan mata karena terkejut.
Isi kotak hanya ada selembar kertas putih kecil yang bertuliskan "JOMLO LEGEND."
"Ini apaan, sih!" Dia melemparkan kertas itu dengan kesal.
Karena masih penasaran, Lulu membuka kotak kedua dan seterusnya hingga tak bersisa. Semua sama. Ada 150 kotak 150 kertas kecil dan tulisan. Tulisan yang menyakitkan bagi Lulu.