Judul : 3 (Tiga)
Penulis : Alicia Lidwina
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020316772
Cetakan kedua, 2020
Tebal : 312 hal
"Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan."
Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan setelah perempuan itu bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura tidak pernah menepati janjinya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?
Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus kembali berhadapan dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari, impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto yang sebenarnya.
Sebenarnya buku ini kelihatan biasa aja, tapi makin masuk ke dalam makin ya begitulah. Wkwk. Pas baca blurb, kupikir tadi ada horornya, loh. Padahal aduh, kelam banget.
Buku ini menceritakan kisah seperti di blurb, tentang si Nakamura sebagai aku, tokoh utama dan dua sahabatnya. Sakamoto, pria tampan yang katanya seksi, Hashimoto yang pendiam dan genius, sedangkan Nakamura hanya gadis biasa-biasa saja, nggak pintar juga nggak bodoh, nggak populer, tetapi juga punya teman.
Awalnya mereka itu, teman biasa, tapi lama-lama jadi akrab dan makin dalam. Bahkan mereka tinggal di satu apartemen yang sama. Kisah persahabatan mereka dibumbui berbagai lika-liku, keluarga, impian dan cinta.
Seperti ada kalimat yang sering banget aku dengar atau baca yang bunyinya gini, "Nggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita."
Aku setuju nggak setuju sih sama kalimat itu. Tapi mungkin buku ini juga sedikit menggambarkan tentang itu, ya. Ada cinta segitiga di antara mereka berdua, aku aja tahunya saat udah mau ending.
Ceritanya menggunakan alur maju-mundur. Menurutku ceritanya agak belibet, entah otakku yang lagi ribet. Settingnya di negara Jepang, tetapi aku merasa belum puas dengan penggunaan latarnya.
Dan aku juga masih dilanda kebingungan pada endingnya. Pokoknya aku nggak bisa menyimpulkannya.
Lalu apa sebenarnya arti di balik judul buku ini?
3 (Tiga)
Tiga sahabat?
Tiga Cinta?
Tiga janji?
Tiga impian?
Ya, tiga.
Cerita ini mengandung 18+, mohon bijak membaca. Ya, walaupun nggak kentara, tapi cukup bahaya kalau dibaca oleh anak baru gede yang malas menyaring isinya.
Dewasa. Sebuah kata yang menggelikan. Dulu, aku merasa orang dewasa tidak akan pernah merasa kesepian. Atau tidak berdaya. Atau begitu lemah dan tidak berharga. (hal. 176)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H