"Kamu darimana saja? Kenapa basah kuyup begini?" ibu bertanya tanpa jeda, Toni hanya bisa menunduk pasrah.
"Ibu kan sudah bilang, jangan main hujan-hujanan! Kamu ini mengerti, tidak?" ibu menatapnya dengan tajam, Toni mengangguk dalam diam.
"Sekarang kamu masuk dan berganti pakaian. Lalu kerjakan PR untuk besok," Toni berjalan masuk ke rumah dengan langkah gontai. Keceriaan yang tadi ia rasakan bersama teman-temannya mendadak sirna setelah tahu ibu marah padanya.
"Kamu masih mau hujan-hujanan?"
Toni terkesiap dengan pertanyaan ibu yang tiba-tiba. Rini sudah tidak lagi berada dalam gendongannya. Ibu menghampiri Toni dan membelai kepalanya dengan lembut.
"Kemarin kamu tidak nurut dengan ibu, lihat yang terjadi hari ini. Kamu demam dan pilek sehingga tidak masuk sekolah. Siapa yang rugi kalau sudah begini?"
Toni menelan ludah. Ibu menatapnya sambil tersenyum.
"Ibu bukan melarangmu bermain bersama teman-teman. Ibu hanya ingin Toni belajar sebab-akibat dari apa yang telah terjadi..." Toni memandang ibu lekat-lekat seolah ia menyesal karena hari ini tidak masuk sekolah.
"Sebab Toni tidak pakai payung saat kemarin hujan, sekarang Toni demam dan pilek. Akibatnya Toni tidak masuk sekolah, tidak bisa bermain dengan teman-teman."
"Maafin Toni, bu," Toni memeluk ibunya sambil menangis. Ia menyadari kesalahannya kemarin yang harus ia perbaiki hari ini.
"Kalau Toni sudah tahu sebab-akibat dari perbuatan Toni kemarin, sekarang Toni harus belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Supaya Toni bisa belajar lagi di sekolah esok hari. Bertemu dengan teman-teman lagi setelah Toni sembuh. Toni tahu apa yang harus dilakukan sekarang?"