Instalasi teknologi digital akan percuma jika mindset karyawan belum memahami visi perusahaan secara utuh.
Perusahaan memproyeksikan potensi digital sebagai tumpuan dari pertumbuhan ekonomi mapan. Tentu, bayangan percepatan proses pra-produksi, produksi, hingga pasca produksi dapat meningkatkan profit apabila dihitung secara kalkulatif.Â
Semakin banyak jumlah barang yang diproduksi dalam suatu waktu, maka semakin mudah meningkatkan pendapatan.
Artinya, perusahaan harus fair dalam memperlakukan karyawan dengan digital skill dan karyawan yang tidak memilikinya. Berikan apresiasi pada karyawan yang menunjukkan sikap siap berkembang guna selaras dengan misi perusahaan. Teorinya kan seperti itu, lalu bagaimana dengan kekurangannya?
Weakness (Kelemahan)
Kembali ke artikel berjudul "Mengintip Kerja Digital di Ruang Konvensional" yang memaparkan kelemahan ruang konvensional sebagai wadah bagi pekerja digital. Perspektif perusahaan dalam ini, tentunya menyangkut sumber daya manusia (SDM) yang resisten terhadap perkembangan teknologi.
Saya punya pengalaman terkait hal ini. Pernah di masa pandemi, saya berusaha memperkenalkan cara "menulis digital" pada rekan yang mempertanyakan keberhasilan saya dari tulis-menulis. Saya ajarkan selangkah demi langkah secara perlahan dan sabar. Namun, setelahnya rekan tersebut justru tidak melakukan apa yang telah saya berikan.
"Susah sekali ya, kalau kamu kan enak sudah terbiasa menggunakannya, jadi mudah saja buatmu."
Tentu ini menjadi PR apabila di kemudian hari saya memimpin perusahaan dan mendapat respons yang sama dari karyawan. Kalimat "kamu mah enak..." merupakan penyangkalan sejak dalam pikirannya yang tidak mau berusaha lebih keras.
Sebagian orang menganggap kerja digital adalah "bermain gadget yang menghasilkan". Padahal, diperlukan lebih dari sekadar skill dan jam terbang yang tinggi. Mengetahui sulitnya bekerja digital, karyawan sekalipun akan malas meng-upgrade diri karena itu bukan passion mereka.
Kenyataan di lapangan memang sepahit itu. Tapi, tenang saja! Realitas virtual ini punya peluang bagi siapapun yang mau bertumbuh.
Opportunity (Peluang)
Selalu ada jalan keluar bagi setiap masalah. Jika masalahnya adalah tenaga kerja yang berkemampuan rendah terhadap bidang digital. Mengapa tidak mengadakan pelatihan secara berkala?