Sekaligus etika yang harus dipegang oleh teman-teman kerja digital di ruang publik, sebisa mungkin untuk menghargai di mana pun tempat kita bekerja.Â
Di ruang publik, kita tidak hanya bersentuhan dengan laptop, data, dan deadline. Namun, ada eksistensi pengunjung lain yang layak mendapatkan fasilitas sepadan dengan kenyamanan yang kita butuhkan.Â
Coffee shop merupakan contoh tempat yang paling sering menjadi lokasi pertukaran gagasan, menyelesaikan deadline, hingga merumuskan konsep gerakan sosial.Â
Menariknya, belum ada tindakan dari pemerintah daerah guna mewadahi tingginya kebutuhan masyarakat akan co-working space yang nyaman dan aman.Â
Padahal, kalau bicara profit dan peluang, tentu bisnis kopi ini tidak akan ada matinya. Ditambah, banyak talenta muda yang bingung mencari tempat publik yang nyaman untuk bekerja dan berkarya.Â
Kenapa coffee shop yang dipilih bukan taman atau ruang perpustakaan?Â
"Ada sensasi tersendiri yang menjadi magnet saat bekerja di cafe. Kita tidak sendirian. Kita bisa melihat bahkan berinteraksi dengan pengunjung lain. Ditambah, ruangan ber-AC menjadi faktor utama dalam pemilihan tempat kerja untuk WFA, bukan?"
Work From Anywhere (WFA) menjadi istilah populer di kalangan pekerja digital. Merujuk pada kegiatan kerja di mana saja, membuat aktivitas mencari cuan menjadi hal yang fleksibel dan menyenangkan.Â
Sayangnya, aktivitas WFA yang sudah umum di masyarakat masih belum mendapatkan perhatian yang serius.
Jaringan WiFi stabil, ruangan ber-AC, stop kontak untuk mengisi daya, musik populer di latar belakang, serta ambience ruangan dengan dekorasi tanaman hidup membuat kerja digital di ruang konvensional seperti cafe menjadi gaya hidup baru masyarakat pinggiran kota.Â
Kalau kamu lebih suka bekerja di mana?Â